Wattpad Original
There are 3 more free parts

6. New Look

39.1K 4.5K 193
                                    

"Seperti yang kubayangkan. Bahkan lebih!" seru Sandra melihat Elena yang sekarang sudah memakai gaun santai yang manis, sepatu balet dengan hak tiga senti yang lucu, serta rambut bergelombang yang terlihat sangat indah dan rapi. Jangan lupa tentang wajah Elena yang sudah dipoles tipis namun menghasilkan wajah cantik yang seharusnya.

"Aku merasa aneh. Rasanya wajahku berat." Hanya itu hanya diucapkan Elena.

"Berhenti bersikap berlebihan hanya karena memakai make up tipis. Kau hanya belum terbiasa!" ucap Sandra masih dengan keantusiasannya seolah ia baru saja berhasil dan sukses besar dalam sebuah percobaan penelitian. "Ya, sudah. Ayo, kembali ke restoran. Setelah itu pulang bersama Ben."

Elena menghela napas. Sandra dan Ben selalu bisa membuatnya tidak berkutik jika kedua orang itu sudah berkehendak akan dirinya. Apalagi Elena sendiri memang bukan tipe wanita yang bisa membantah atau beradu argumen, membuat kedua orang semakin berkuasa.

"Kalian sudah mau tutup?" tanya Sandra begitu tanda tutup sudah di balik oleh salah satu pegawai laki-laki Ben di depan restoran, Ray.

"Iya—" Ray terdiam saat ia menengadahkan kepalanya dan melihat Elena yang berada di belakang Sandra, berdiri dengan canggung karena penampilannya sendiri yang ia rasa sedikit aneh.

Elena berdiri di depan Ray dengan gaun santai berwarna putihnya, menunjukkan beberapa bagian kulitnya yang selama ini jarang terlihat karena perempuan itu suka memakai sweater berlengan panjang. Dengan rambut yang terurai, membuat Elena tampak seperti malaikat yang manis dan lugu.

"Apa itu Elena?"

Sandra yang mendengar pertanyaan pegawai yang sudah berekspresi bengong itu pun segera tersenyum lebar. "Iya. Dia Elena. Bagaimana menurutmu kerjaku? Apa dia cantik?"

Elena hanya bisa menatap heran saat pegawai kakaknya menatapnya seperti itu pertama kalinya. Dia sendiri bingung jenis tatapan kosong apa itu hingga wajahnya pria memerah. Elena kemudian menatap ke dadanya, mengira pria itu menatap dadanya mengingat selama ini ia selalu memakai pakaian longgar.

"Hei! Lihat apa kau?!" seru Elena bersembunyi di belakang Sandra yang terkekeh melihat kepolosan Elena.

Dengan masih wajah yang malu-malu, Ray hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Tidak. Hanya saja kau terlihat sangat cantik. Seharusnya sejak dulu kau seperti itu. Pasti restorannya dua kali lebih ramai," canda Ray membuat Elena yang kali ini memerah malu.

"Kalian sudah selesai?" Ben yang mendengar keributan itu pun berjalan keluar dengan pakaian yang sudah ia ganti.

Sandra menyeret Elena yang masih bersembunyi di belakangnya untuk maju ke depan Ben. Senyuman lebar Sandra pun masih terus terukir. "Bagaimana? Sudah aku bilang Elena cantik, kan?"

Ben hanya bisa tertawa puas. Dia sendiri tidak terkejut karena Elena memang sejak dulu sangat cantik. Sejak bayi, Elena sudah sangat menggemaskan dengan mata cokelatnya yang tampak bersinar. Ben bahkan langsung sangat menyayangi Elena setelah ibunya melahirkan Elena yang sangat imut. Saat di taman kanak-kanak, Elena sudah sangat cantik sehingga banyak bocah laki-laki mengganggunya hanya untuk mendapatkan perhatiaan Elena yang berumur empat tahun itu.

Bagaimanapun Ben menjadi protektif bukan tanpa alasan. Elena sejak kecil sudah sering menangis karena ketakutan dengan para bocah lelaki yang terlalu agresif padanya, hingga Elena sendiri tidak mau keluar dari rumah. Walau bocah-bocah hanya ingin bermain bersama Elena, sayangnya para bocah itu terlalu rusuh hingga berkelahi sehingga membuat Elena kecil ketakutan.

Sejak dulu Elena adalah gadis yang lembut dan rapuh. Adiknya itu adalah sosok yang polos namun sangat ceria.  Itulah kenapa Ben menjaga dan membesarkan adiknya itu dengan tangguh layaknya lelaki. Ia bahkan membuat adik kecilnya tampak seperti lelaki agar para pria tidak menatap adiknya sebagai gadis yang menarik.

My Red DaisyWhere stories live. Discover now