2

385 89 28
                                    

Kehidupan Allen sebenarnya tidak begitu mewah, dan tidak begitu sulit. Ia tidak memiliki ayah sejak kecil, kalau kata ibunya, "Ayahmu pergi untuk membelikanmu cokelat" tapi, Allen paham ayahnya meninggalkan mereka.

Ketika Allen lulus SMA, ia diterima di universitas yang bagus, namun tak lama ia terpaksa berhenti kuliah. Ibunya dipecat dari pekerjaannya.

Ibunya mendapatkan pekerjaan baru pada akhirnya, namun gajinya tentu saja tidak cukup untuk menghidupi dirinya dan Allen.

Allen akhirnya ikut mencari pekerjaan, banyak pekerjaan yang kurang cocok menurutnya sampai akhirnya sang ibu berkata, "bagaimana jika kau mencari pekerjaan yang berhubungan dengan hal kecil yang kau sukai?"

Disitulah Allen berpikir untuk bekerja di toko Cokelat.

Hampir 3 tahun ia bekerja di toko Cokelat, dan hari ini ia dipindah ke cabang baru toko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir 3 tahun ia bekerja di toko Cokelat, dan hari ini ia dipindah ke cabang baru toko. Sedikit jauh dari rumahnya, tapi ia tetap menerimanya.

Haru ketiga di toko baru, Allen berangkat cukup pagi, tidak ingin telat yang kedua kalinya. Ia berjalan sedikit cepat, mengejar subway agar tidak tertinggal.

Sesampainya di subway, ia memasang headphonenya dan tenggelam dalam pikirannya. Memikirkan apa saja yang harus dikerjakan sesampainya di toko.

"Ugh, kenapa dia harus meneleponku? Halo?"

"Allen! Hari ini kau bekerja double!"

"Double?"

"Iya.. double. Yohan hari ini tidak masuk, jadi kau bekerja di belakang dan depan,"

"Oke.. Kak Bam,"

Telepon dimatikan dan dia menaruhnya di kantung. Jika hari ini bekerja double, kemungkinan terbesar adalah dia pasti pulang malam.

Tiba-tiba, ia merasa sesuatu menggelitik tengkuknya. Allen merinding, ia menoleh ke belakang.

"Hey!"

Tampan..

Lelaki itu hanya bengong menatapnya. Menurut Allen, lelaki ini tampan tapi terlihat bodoh dan mesum.

"Dasar mesum!" Akhirnya Allen melontarkan kalimat tersebut dan bergerak menghindari lelaki tampan tadi.

Tepat saat itu kereta berhenti dan ia segera keluar menuju tokonya, berjalan sedikit cepat agar tidak bertemu orang itu.

"Huft, dia tampan tapi mesum," gumamnya, kemudian berjalan keluar dari subway menuju toko cokelat.

Coco Choco, itulah nama toko cokelat tempat Allen bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coco Choco, itulah nama toko cokelat tempat Allen bekerja. Semenjak cabang baru Coco Choco ini buka, toko ini hampir tidak pernah sepi, selalu ramai. Terkadang membuat para pekerja tidak ada waktu istirahat, salah satunya Yohan, teman Allen. Ia tiba-tiba sakit akibat kecapekan mengurus toko, yang akhirnya pekerjaan Allen menjadi double karena Yohan.

Allen sedang membuat adonan Choco mint ketika seseorang menepuk bahunya.

"Kak Bambam!" Kata Allen, terkejut.

"Hehe, kalau sudah selesai membut adonannya, ambil kotak-kotak itu lalu tata isinya dengan rapi di depan," Allen hanya mengangguk kemudian kembali bekerja, sementara Bambam menghampiri karyawan lainnya. Allen segera menyelesaikan adonannya dan pergi mengambil beberapa kotak cokelat yang sudah jadi ke depan.

Di depan, banyak pengunjung yang berhamburan ingin membeli cokelat. Allen terpaksa melewati lautan manusia untuk pergi ke tempat ia harus menaruh cokelat. Untungnya, tempatnya lumayan sepi, karena sedikit jauh dari kasir.

Allen menata cokelat-cokelat tersebut dengan teliti, tidak ingin ada satu kesalahan, tiba-tiba ia kembali teringat kejadian di kereta.

Lelaki itu jika diingat memang tampan, terlebih Allen rasanya gatal ingin membenarkan dasinya yang tidak rapi. Tapi tetap saja, orang itu menghirup tengkuknya dan itu tetap saja termasuk pelecehan.

Lamunannya terbuyar ketika cokelat-cokelat di dalam kotak tidak sengaja tersikut olehnya.

"Shshht," gumam Allen. Ia berjongkok memgambil cokelat-cokelat yang berserakan. Namun, seseorang tiba-tiba ikut berjongkok di hadapannya.

"Biar kubantu,"

"Tidak usah!" Tolak Allen. Ia mengangkat kepalanya yang tertunduk untuk melihat orang yang ingin membantunya.

"Si mesum?"

"Kau?"

"Hey! Aku tidak mesum!"

"Tidak mesum tapi mencium tengkuk orang asing? Tuan, itu pelecehan seksual," Allen berdiri dan mengambil kotak cokelatnya, diikuti oleh Serim.

"Hey, aku juga tidak mencium tengkukmu! Tidak usah menyebar gossip,"

"Tapi jelas-jelas kau mencium tengkukku!"

"Tidak sampai mencium! Bau tengkukmu... bau cokelat.. manis.." Allen terkejut mendengarnya, begitu pula Serim. Keadaan di antara mereka menjadi canggung yang kemudian Serim memutuskan mengajak berkenalan.

"Namaku Serim, Park Serim,"

"Aku Allen,"

"Oke Allen. Maaf jika aku melakukan pelecehan terhadap orang asing di kereta, kau tidak akan mengadukannya ke polisi kan?"

"Hmmm," Allen membuat pose sedang-berpikir yang mengakibatkan Serim sedikit takut.

"Jadi?"

"Karena kau orang baik, aku memaafkanmu. Dan tolong jangan ganggu aku, aku sedang bekerja," Serim menghela nafasnya lega, kemudian ia mendapatkan sebuah ide.

"Allen? Cokelat apa yang menurutmu paling enak di toko ini?" Allen membalik badannya berhadapan dengan Serim.

"Terenak? Yang paling laris disini adalah Chocolate Mint, fudge, dan beberapa chocolate cake. Tapi favoritku adalah Choco black forest," Allen mengambil satu cokelat dari kotak dan memberikannya kepada Serim.

"Wah? Serius?"

"Serius! Aku menyukainya. Ada lagi yang bisa kubantu?"

"Tentu saja ada," Kata Serim. Pria itu tersenyum kemudian memberikan handphonenya kepada Allen.

"Ketik nomor teleponmu disitu,"

-

(A/N) 15+ Vote aku bakal update chapter berikutnya yey! ^^

Chocolate • Sellen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang