4

455 91 17
                                    

Pagi itu Allen terbangun karena suara gaduh di rumahnya. Ia segera keluar kamar dan mengecek keadaan.

"Ibuu?? Bibi Song?? Hyeongjun??"

"KAK ALLEN HATI-HATI ADA TIKUS!!" Allen yang tidak paham maksud saudaranya itu tetap jalan menuju meja makan dan duduk.

"Mana tikusnya?"

"KAK ALLEN DI BAWAHNYA!!" Allen segera naik di atas kursi ketika sesuatu yang menggelikan jalan melewati kakinya.

"KOK BISA TIKUS ITU MASUK??"

"HYEONGJUN LUPA TUTUP PINTUU!!"

"SIALAAN!!"

"Ada apa ini??" Bibi Song dan ibu Allen datang bersama ketika tikus itu melewati mereka dan keluar dari rumah.

"AAA! Bagaimana bisa tikus tadi??"

"Maaf Bibi Ma, tadi Hyeongjun lupa tutup pintu," Hyeongjun menunduk kepalanya merasa bersalah, namun Bibi song dan ibu Allen tetap memaafkannya.

Nyonya Ma dan Nyonya Song tinggal bersama setelah mereka berdua sama-sama ditinggal suami masing-masing. Perbedaannya, suami nyonya Song meninggal, sementara nyonya Ma ditinggal sebelum menjadi suami sah.

"Bibi! Bibi! Semalam aku lihat kak Allen diantar pulang pria tampan!"

"Hyeongjun!"

"Oh ya? Teman kerjamu?" Tanya bibi Song.

"Oh bukan, dia temanku. Dia pelanggan toko yang mencoba berteman denganku," semua orang di meja makan itu tertawa.

"Anak ibu sudah besar,"

"Dia bekerja di mana?" Tanya bibi Song.

"Sepertinya di kantor dekat cabang baru. Apa namanya? Perusahaan Bang kalau tidak salah,"

"Perusahaan Bang?" Tanya ibunya memastikan.

"Iya bu, Perusahaan Bang, kenapa?" Ibunya menggeleng, kemudian lanjut menyantap sarapannya.

"Wah, Nyonya Ma! Kau mendapatkan calon menantu dari perusahaan terbesar di kota ini! Bersyukurlah!" canda Bibi Song, sementara ibunya hanya tersenyum.

"Kakak! Tapi pria semalam memang tampan! Aku menyetujuinya!"

"Setuju apa?"

"Kalau kalian menikah!" Allen tersedak mendengar kata-kata adiknya, sementara si pelaku justru menertawakan.

"Mama! Kalau Wonjin kerja di Perusahaan Bang, apakah ia bisa masuk di list menantu mama?"

"Hyeongjun! Kau ini masih bocah!!" Tegur Allen.

"Allen benar, kau itu masih bocah! Sekolah dulu yang benar, jangan memikirkan Wonjin," Hyeongjun cemberut kemudian melanjutkan sarapannya.

"Aku sudah selesai, setelah mandi aku berangkat!" Allen membawa piringnya menuju tempat cucian dan segera masuk ke kamar mandi.

Seperti biasa, stasiun kereta subway selalu saja ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti biasa, stasiun kereta subway selalu saja ramai. Terutama, pada saat jam berangkat kerja. Allen dengan hati-hati masuk ke dalam kereta agar tidak terdorong penumpang lain.

"TUNGGU SEBENTAAAR!!" Seseorang lari menuju kereta yang akan segera tertutup dan menabrak Allen, untungnya ia tidak jatuh.

"Chocolate?"

"S-serim? Bukannya kau berangkat lebih pagi dari aku?" Serim tersenyum kemudian berdiri di sebelah Allen dan mencari pegangan di atasnya.

"Haha... aku telat lagi. Kali ini aku berharap pak Chris tidak menemukanku telat lagi," Allen menggeleng tidak percaya.

"Dasar.. kenapa kau tidak bisa bangun lebih pagi kala gitu?"

"Entahlah! Alarm tidak terlalu membantuku, biasanya aku dibangunkan oleh asisten rumah tangga ibuku, tapi dia sedang mengambil cuti,"

"Dasar manja,"

"Aku tidak manja!" Balas Serim.

Kereta berhenti dan membuat Allen sedikit oleng ke Serim. Serim tersenyum sementara Allen malu dan berjalan keluar meninggalkan Serim.

"Chocolatee! Tunggu!" Serim mengejar Allen yang keluar meninggalkannya, dan kali ini ia berhasil menyusulnya.

"Kau bangun jam berapa setiap hari?" Tanya Serim kepada Allen.

"Umm, jam 6? Sekitar jam itu," Serim mengangguk paham.

"Aku punya ide! Bagaimana jika kau yang menjadi alarmku?" Allen menoleh dan menatap Serim tidak paham.

"Maksudmu?"

"Setiap kau bangun, kau harus meneleponku agar aku bangun! Sip, aku yakin aku pasti bangun!"

"Setiap kau bangun, kau harus meneleponku agar aku bangun! Sip, aku yakin aku pasti bangun!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di toko cokelat, Allen masih memikirkan permintaan Serim untuk membangunkannya. Ia menolaknya tadi, namun sampai sekarang ia memikirkannya.

"Allen? Kau kenapa?" Allen tersadar dari lamunannya dan tersenyum ke arah Yohan.

"Ah, tidak apa-apa Yohan. Kau yakin hari ini tidak apa-apa?"

"Yakin. Aku sudah sehat, 100%" Yohan mengacungkan jempolnya. Allen mengangguk paham kemudian kembali mengerjakan pekerjaannya.

Ia selalu menyukai bau cokelat yang sedang dimasak. Menurut Allen, cokelat yang dimasak ini, panas, namun rasanya adalah yang terbaik. Ia mengambil cokelat yang masih panas tersebut dan memasukkannya ke dalam cetakan. Ketika ia membawa cokelat tersebut ke dalam ruangan pendingin, seseorang memeluknya.

"Kak Allen!"

"Seongmin? Ada apa?"

"H-hampir saja aku diikuti youngtae," Jawabnya gugup.

"Youngtae siapa?"

"Abaikan kak. Ada pria tampan yang ingin menemuimu kak, dia ada di pintu belakang," Allen pergi ke pintu belakang untuk mengecek siapa yang mencarinya, ketika ia membuka pintu, sesuai dugaan.

"Ayo makan siang, chocolate,"

"Sudah kubilang kan kemarin? Waktu istirahatku hanya 30 menit,"

"Iya aku tahu. Jadi aku membelikanmu makan siang, makanlah chocolate," Serim memberikan kotak makan kepada Allen. Sungguh Allen bingung, mengapa Serim memberinya bekal?

"Kenapa kau membuatkanku bekal?"

"Ingin saja, see you later, choclate!" Serim meninggalkan Allen yang berdiri kebingungan menerima bekal dari Serim.

"HEY KAK ALLEN SUDAH PUNYA KEKASIH!!"

"CHAEYEON DIAMLAH!"







Tanpa disadari, beberapa blok dari pintu belakang, seseorang dari tadi memperhatikan Allen sejak Serim memberikan bekalnya.

"Allen Ma?"

-
(a/n)

Waduh siapa ya?

30+ vote for new update! 🥰🥰🥰🥰🥰

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Chocolate • Sellen Where stories live. Discover now