𝐂𝐡𝐫𝐲𝐬𝐚𝐧𝐭𝐡𝐞𝐦𝐮𝐦
9.8 : Memento Mori
Pemakaman sahabatku -Yugi Amane-dilakukan di tengah cuaca buruk;awan gelap dan langit mendung.Lagi-lagi , di penghujung musim panas, aku menghadiri acara semacam ini memakai dress hitam ku.
Dan kali ini, duniaku seperti runtuh.
Aku terdiam selayaknya patung di depan peti tempat dia tertidur dengan tenang di sana.Tak dapat berkata apapun, mulutku terkatup sungguh rapat.
Dia terbaring kaku di dalam peti yang berisi hamburan bermacam-macam kembang ,mengenakan setelan jas, tertidur tanpa sebuah hembusan napas yang teratur atau pergerakan.
Sungguh, tragedi ini terlalu cepat.
Terlalu cepat merenggut nyawa sahabatku yang masih berumur belasan tahun tersebut.
Dari sebuah kabar, katanya villa di atas gunung itu dilahap habis oleh si jago merah, bahkan kedua tubuh orang dewasa di dalamnya turut terbakar hingga menyatu dengan abu bangunan.
Hanya dia saja yang berbeda.
Tubuh sahabatku ini ditemukan di halaman belakang villa, dengan posisi bersandar pada pohon pinus dan pisau dapur tertancap begitu dalam di dada. Luka-luka kecil seperti sayatan serta memar juga ditemukan. Tetapi kabar baiknya,kondisi tubuh sahabatku itu masih baik-baik saja saat ditemukan.
'Baik-baik' dalam arti organ tubuhnya tidak berkurang, masih lengkap dan hanya nafasnya saja yang menghilang dari raga tersebut.
Dari hasil penyelidikan, villa itu sengaja di bakar. Namun ,alasan mengapa tubuh Amane-kun bisa di luar sedangkan orang tuanya di dalam bangunan masih belum jelas. Bukti-bukti yang ditemukan juga tidak banyak,sehingga tidak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi di malam itu selain Tsukasa.
Sekarang pun Tsukasa sedang dalam keadaan syok,membuatnya belum dapat angkat bicara perihal tragedi yang menimpa keluarganya pada malam itu.
Bahkan saking terpukulnya, pemuda tersebut tidak dapat menghadiri upacara kematian ini.
Mau tak mau, pihak kepolisian harus menunggu sampai dia pulih hingga penyelidikan dapat berlangsung kembali.
Aku sendiri juga terpukul,
Sangat terpukul.
Hancur.
Namun tak seperti dia, kakiku ini masih sanggup berdiri di depan peti ini, menggenggam erat sebuah buket bunga Calla Lily .
Keajaiban memang aku dapat berdiri di sini, bahkan memandang wajahnya yang pucat itu beberapa lama dengan tatapan yang tak berarti.
Emosiku terlalu bercampur aduk; aku ingin marah, aku ingin menangis dan sisanya aku merasa hampa.
YOU ARE READING
ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑵𝒊𝒏𝒆 𝒑𝒐𝒊𝒏𝒕 𝒆𝒊𝒈𝒉𝒕┊ AMANENE ˎˊ- ✔
Fanfiction[ 𝐉𝐢𝐛𝐚𝐤𝐮 𝐒𝐡𝐨𝐮𝐧𝐞𝐧 𝐇𝐚𝐧𝐚𝐤𝐨-𝐤𝐮𝐧 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 ] 𝟿.𝟾 𝙶𝚊𝚍𝚒𝚜 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚓𝚊𝚝 𝙼𝚎𝚖𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚊𝚗𝚓𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚝�...