{ 04 }

592 85 169
                                    

S T A G E  0 4

"Remedy"

"Tsukasa awas! " Lelaki itu—Yugi Amane—berteriak  selagi mendorong  sang adik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tsukasa awas! " Lelaki itu—Yugi Amane—berteriak  selagi mendorong  sang adik. Namun naas ,benda tajam itu malah tertancap di dada Amane dan seketika dunia Tsukasa membeku.

Sang Kakak tersungkur ke lantai, meringis, berkeringat dingin.

Pikiran Yugi Tsukasa pun seketika menjadi kosong. Badannya terasa kaku untuk bergerak, sulit mencerna apa yang baru saja terjadi.

Apa? Apa yang terjadi?.

Dan ia seperti tidak mendengar apapun lagi selain suara tawa yang menggelegar dari seorang pria yang bermandikan darah tersebut.

Pemandangan itu,  Suara mengerikan itu,

Selamanya akan menjadi mimpi buruk bagi Tsukasa.

Walaupun ia telah menusuk pria bejad tersebut berkali-kali hingga tewas ,menabur besin sebanyak-banyaknya,serta menyalakan api dari korek hingga villa terkutuk itu berubah menjadi abu.

Tidak semuanya habis dilahap sang jago merah, Tsukasa keluar dari sana seraya membopong sang kakak.

Saat itu dia masih bernapas, sebuah keajaiban dan keberuntungan bahwa pisau itu tak tertancap begitu dalam.

Amane seharusnya masih hidup, iya dia seharusnya masih dapat hidup .

Namun, lelaki itu terlalu bodoh hanya karena merasa dirinya akan menjadi beban bagi sang adik.

Dan dia memang berencana mengakhiri semua itu di sana, termasuk melepas hidup serta harapan yang saat itu masih menggenggam raganya dengan erat .

Mungkin Dia bodoh karena telah meninggalkan Tsukasa sendirian,

Tapi lelaki itu juga cerdas untuk mempersiapkan semuanya, agar Tsukasa tidak tersesat , agar Tsukasa dapat keluar dari lorong kegelapan hidup mereka.

Dengan sekuat tenaga, meski terbatuk sampai mengeluarkan darah dan nafas yang terputus-putus , ia mengatakannya.

Kata-kata terakhirnya untuk Tsukasa ialah pulang.

Bersama pada saat Itu juga, dia menyodorkan sebuah tiket kereta serta sejumlah uang kertas yang ia sembunyikan  di balik saku jaket.

Kereta itu akan berangkat tepat pukul tujuh pagi. Dia menyuruh adiknya itu tepat waktu agar tidak tertinggal.

Apapun yang terjadi, kau harus tiba di 'rumah'. Jangan membuat gadisku menunggu lebih lama.

Setelah itu, dengan sisa tenaga yang ia punya,dia mendorong pisau itu lebih dalam.Membuat netra Tsukasa membulat , meraung , meratap, memeluk raga tak bernyawa itu semakin erat.

Akan sangat sulit bagimu membawa orang sekarat sepertiku untuk pulang, jadi jangan pikirkan aku lagi. Pergilah.

Ketahuilah Tsukasa, Aku lebih bahagia seperti ini.

ꓸ᭄ꦿ⃔☕ 𝑭𝒊𝒗𝒆 ┊ AMANENE ˎˊ- ✔Where stories live. Discover now