Untitled Part 6

347 10 3
                                    

Andro mengancingkan ujung kemeja kotak-kotak birunya, menatap wajah tampannya di cermin, tersenyum lebar, mengambil parfum dan menyemprotkan di sekitar tubuhnya.

"Wah wangi sekali. Mau ke kantor atau kencan nih ?"

Andro langsung mengambil bantal dan menimpuk wajah Adrian yang cengar cengir di balik pintu. Bantal mengenai telak wajah Andrian, membuat seringai Adrian langsung menghilang. 

"Pagi-pagi sudah galak. Nanti cintanya dipatok ayam, Kak." sahut Adrian setengah kesal sambil mengusap hidungnya. 

"Ngapain kamu ke sini, tidak ketok pintu lagi. Gak sopan." Andro mengoceh kesal.

"Katanya hari ini kakak mau anterin aku ke sekolah. Cuma mau ngecek saja kakak sudah siap belum. Eh, malah kena bogem bantal."

"Ya, sudah sudah, ayo cepat turun, sebelum mama ribut memanggil kita sarapan."

************************************************************************************

"Selamat pagi !" Andro menyapa karyawan kantornya dengan senyum ceria, tanpa mempedulikan tatapan heran mereka. Boss mereka hari ini terlihat super ceria, berbeda dengan beberapa hari sebelumnya. Wajah tegang dan jutek terpasang di wajah Andro selama beberapa hari. Kesalahan kecil saja membuatnya langsung meradang. Ya, apalagi, kalau bukan karena tidak ada Kayla di kantor. Hari ini adalah hari Kayla kembali ke Jakarta.

**************************************************************************************

Andro mengklik tombol save, mematikan komputernya, melirik Seiko di pergelangan tangannya . Pukul 2.00. Pesawat Kayla akan mendarat jam 4.30. Masih cukup waktu untuk menjemput Kayla. 

"Pak Andro ! Bapak mau ke mana ?" Langkah Andro tertahan dengan pertanyaan Vosa. "Maaf, Pak, tapi hari ini ada rapat jam 3.30 dengan para staff dan Pak Dicky.

Andro mengerang kecil, dia lupa hari ini ada rapat dengan Pak Dicky membahas proyek penerbitan buku. "Meeting direschedule saja besok, Vosa." Vosa terlihat bingung, "Tapi, Pak.."

"Sudahlah.  Biar saya saja yang memberitahu Pak Dicky. Beliau ada di ruangannya?" Tanpa menunggu jawaban Meili, Andro langsung saja melangkah menuju ruangan Pak Dicky.

"Masuk" suara berwibawa Pak Dicky menjawab ketukan pintu Andro.

"Pak Dicky... Eh, Pa, kok ada di sini?" Andro agak heran melihat kehadiran papanya di ruangan Pak Dicky.

"Memang tidak boleh papa ke sini?"

"Bukan begitu, Pak. Kalau papa ke kantor , pasti ada hal penting."

Pak Aswin terkekeh. "Papa akan ikut rapat. Agar bisa langsung membahas progressnya."

"Mmmh, mengenai rapat nanti, Andro minta izin tidak ikut. Papa handle dulu sementara dengan Pak Dicky."

Pak Aswin menatap putranya agak terkejut,"Ada hal yang penting yang harus kau urus?"

"Ya, ada hal penting sekali yang harus aku urus. Jadi rapat kali ini biar dipimpin Pak Dicky dan papa saja. Lagipula proyek ini kan dimulai dari Pak Dicky. Ok, Pa,  Pak Dicky."

"Proyek apa lagi yang lebih penting dari rapat hari ini?"

"Proyek super penting, Pa. AKu tinggal ya Pa, Pak Dicky." tanpa menunggu persetujuan dari papanya lagi , Andro langsung melesat meninggal ruangannya.

Pak Aswin menggeleng kepala, "Anak muda jaman sekarang. Apa ada proyek penting yang ditangani Andro?"

"Setahu saya tidak ada proyek penting yang harus ditangani Pak Andro."

"Hal penting apa yang membuatnya sampai tak menghadiri rapat..."

Ketukan di pintu membuyarkan pemikiran Pak Aswin. "Ya, silakan."

"Maaf menganggu, Pak . Ruang rapat sudah disiapkan. Contoh buku dari percetakan sudah dibawa Pak Narto. Mungkin 20 menit lagi, Pak Narto akan sampai.

"Pak Narto yang mengambil buku. Bukannya Pak Narto akan ke bandara menjemput Kayla?"

"Ya, Pak Dicky. Hari ini Pak Narto bilang dia diberitahu Pak Andro untuk tidak menjemput Kayla."

Pak Dicky and Pak Aswin saling bertatapan dan seketika itu tawa mereka pecah. "Baiklah Vosa. Terima kasih."

"Ah, rupanya itu urusan yang lebih penting dari rapat."

"Ya, Pak Aswin. Urusan cinta memang harus  didahulukan."

**************************************************************************

Andro memaki kesal, lampu lalu lintas masih menyala merah dan jalan di depannya penuh dengan mobil. Jam di dashboard menunjukkan angka 3:30 dan dia harus mengemudi beberapa km lagi baru sampai di bandara. Untunglah tak lama, lampu menyala hijau dan jalanan pun mulai lancar. Semakin mendekati bandara, senyum di wajah Andro semakin lebar.  Perjuangan untuk menjemput sang penakluk hatinya, sudah hampir selesai. Kayla pasti akan terkejut mendapati dirinya yang menjemput, bukan Pak Narto.

Andro setengah berlari mendekati area penjemputan, masih ada waktu 30 menit sebelum pesawat Kayla mendarat. Andro menarik napas lega, menyenderkan dirinya pada tembok, dan membuka chat di handphone sambil menanti kedatangan Kayla.






Cintaku Berawal dari SpaΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα