Something Happened 5

378 20 0
                                    

...

Namjoon membuka matanya malam itu, ia merasa terusik karena tidurnya tidak terasa nyaman. Jungkook tidur di sofa dengan posisi berbaring, Yoongi di matras yang sudah disediakan pihak rumah sakit, dan Namjoon yang berakhir tidur dengan posisi duduk.

Beberapa kali Namjoon membenarkan posisi duduknya sebelum benar-benar tertidur. Sebenarnya ia tidak berencana tidur, ia akan mengawasi Seokjin jika suatu saat membutuhkannya seperti ingin buang air kecil atau ingin minum. Tapi Namjoon merasa kelelahan hari itu hingga ia butuh waktu beberapa menit untuk memejamkan matanya.

Sampai ia terusik dengan ketidaknyamanannya sendiri, lantas ia membuka matanya berusaha membenarkan lagi posisi tidurnya. Namun, matanya seketika tertuju pada sosok diatas ranjang Seokjin.

Matanya melebar, Namjoon langsung berteriak hingga membuat Jungkook terbangun, begitu juga Yoongi.

Namjoon segera bangkit dan berlari ke arah sosok yang tengah berada di atas ranjang Seokjin. Sosok itu menaiki tubuh Seokjin dengan dengan kedua lengan membekap wajah Seokjin dengan bantal.

Terlihat Seokjin meronta dengan susah payah, kakinya tidak dapat ia gunakan untuk menendang tubuh yang ada diatasnya. Namjoon seketika mendorong sosok itu hingga terjatuh dari ranjang. Ia segera memeriksa keadaan Seokjin.

Sementara Jungkook sudah berlari mengejar sosok yang sudah berlari keluar.

Namjoon begitu panik melihat Seokjin yang tengah berjuang meraup oksigen, terbatuk-batuk dengan wajah yang pucat, dan bibirnya hampir membiru. Yoongi segera berlari memanggil perawat dan mencari dokter jaga malam itu.

Namjoon melihat pakaian Seokjin yang sudah dihiasi bercak darah di area perut. Ia menduga luka bekas operasi Seokjin terbuka.

"Hyung bertahanlah" Namjoon memegang tangan Seokjin yang menggapai padanya.

Akhirnya, Dokter dan juga perawat sudah ada disana, membuat Namjoon menyingkir membiarkan tenaga medis melakukan sesuatu agar kakaknya tidak panik dan kesakitan.

...

"Keadaan pasien begitu shock, kondisi jahitan yang sedikit terbuka sudah kami tangani. Hingga saat ini pasien hanya perlu istirahat. Saya akan sarankan pasien untuk menemui psikiater mengingat keadaan psikologisnya yang terguncang. Untuk memastikan apakah pasien memiliki gejala trauma psikilogis atau tidak" Jelas Dokter. Yang juga meminta maaf karena kelalaian dari pihak rumah sakit membiarkan penyusup masuk pada malam itu.

Dua penjaga di Lorong kamar rawat sudah tak sadarkan diri akibat obat bius, hingga penyusup itu bisa dengan mudah masuk kedalam kamar rawat hingga melancarkan aksinya. Beruntung pada hari itu ada mereka yang menunggui Seokjin. Pihak rumah sakit dengan segera melaporkan kejadian ini juga pada pihak berwenang.

Jungkook mengerang frustasi, ia gagal melumpuhkan sosok yang menyerang Seokjin semalam. Mungkin efek tubuhnya yang kelewat letih hingga ia melepaskan cekalan tangannya pada saat si sosok memukul tangan Jungkook.

Beruntung Jungkook tidak cedera parah, hanya lebam ditangan dan juga lecet. Ia juga tak sempat melihat wajah orang itu karena ditutup dengan topi dan masker hitam.

Lagi Jungkook mendesah gusar, membuat Yoongi menoleh padanya.

"Kau sudah berusaha dengan baik Jungkook, jangan khawatir polisi sedang menyeledikinya"

"Tapi kalau saja semalam aku meringkus orang itu, kita pasti sudah bisa menyerahkannya pada polisi" Jungkook masih menyesal dengan kegagalannya.

"Kau ini penyanyi idola bukan aparat, jangan menyalahkan dirimu. Kita harus bersyukur, Seokjin Hyung selamat. Bayangkan kalau kita tidak menjaganya malam tadi, mungkin kita sedang bersedih sekarang"

Jungkook mengangguk. Benar juga apa yang dikatakan Yoongi. Seokjin berhasil selamat dari serangan semalam.

Seokjin masih tidur, ia diberikan penahan sakit dan juga penenang. Sebelumnya Seokjin menangis karena ketakutan. Ia merasakan hidupnya sudah tidak aman lagi. Ia pikir Pria itu akan mengejarnya sampai Seokjin mati.

Tengah malam Seokjin mengerang, membuat Namjoon dan Jimin terbangun. Segera berlari menghampiri ranjang Seokjin.

Dengan kening yang dipenuhi bulir-bulir peluh, Seokjin mengerang seperti kesakitan. Kepalanya menggeleng beberapa kali membuat bantalnya terlihat basah.

"Hyung, mana yang sakit? Katakan" Jimin berkata dengan lirih sambil mengusap-ngusap Seokjin. Seokjin tidak menjawab, ia mengerang lagi dengan alis yang saling bertaut, tangannya menggapai Jimin dan meremat lengan baju Jimin.

"Hyung, bangun Hyung" Jimin menepuk-nepuk Seokjin hingga akhirnya Seokjin membuka matanya dengan nafas yang terengah.

"Tenang, itu hanya mimpi. Aku disini hyung jangan khawatir"

Seolah tersadar, Seokjin menarik Jimin hingga Jimin memeluknya. Ia menangis membuat Jimin mencondongkan badannya pada Seokjin yang terbaring, ia meraih bahu Seokjin dan mengusap-ngusapnya.

Namjoon yang sedari tadi hanya bisa memperhatikan, merasa kalau saran dari dokter untuk menangani psikis Seokjin perlu dilakukan, ia khawatir kakaknya mengalami trauma dan berlanjut pada PTSD. Namjoon benar-benar merasa gagal menjadi seorang pemimpin dalam grup. Ia tak mampu mengetahui apa yang selama ini Seokjin hadapi hingga benar-benar mengancam nyawanya.

Seokjin kembali tidur setelah Jimin menenangkannya. Jimin pun membantu mengelap keringat Seokjin dan juga membalik bantalnya yang basah. Menyelimuti kakaknya dengan hati-hati dan mengusap kembali rambutnya, dengan pandangan yang sendu.

...

Tbc

Something HappenedWhere stories live. Discover now