Pukul Dua Belas : Tiba-tiba saja aku terbangun dan terjaga. Lantas mengingatmu ada rasa nyeri di hati. Sakit sekali. Kemudian ada benci yang menelusup gejolak emosi berkecamuk seolah jiwaku remuk redam.
Perasaan benci tiba-tiba menjalari tubuhku, berarah kepadamu. Aku sangat membencimu dan menjadikanmu orang asing di hatiku. Ah, rasanya sesak teramat.
Pukul Dua Belas : Aku berada di ujung sepi, sendirian. Seperti ini. Rasaku padamu hampir habis tanpa pamrih, mengikis tanpa permisi, dan hilang tanpa pamit.
Jika kau tahu, sebagaimana dulu aku memuja ritmismu, kerap diam-diam menangisi rindu untukmu. Mencintaimu dalam ketidakmengertianku. Hingga kini, perpisahan di depan mata, dan kuanggap itu adalah akhir dari segala luka.
Pukul Dua Belas : Pada sepi, pada rantri sunyi, kubisikkan tentang rasaku yang mati. Aku dibalut insomnia. Tidak ada kata malam, tidak ada kata pagi. Jika aku sendiri, semua lukamu seperti mimpi yang tak kunjung membangunkanku dalam tidur yang sunyi.
YOU ARE READING
Kekalahan Tanpa Pemenang
Short StoryKekalahan Tanpa Pemenang dan kita yang dipaksa kalah dalam pertempuran tak bernama; tentang perasaan kesepian, mencintai sendirian, ketulusan yang terelakan, kisah hubungan yang enggan, pertarungan dan pertengkaran sengit isi kepala manusia dalam me...