Part 10 - Birthday!

9.4K 691 7
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat. Tidak terasa sudah nyaris 2 minggu lewat setelah aku dihantui oleh wanita misterius dan benda berubah wujud.

Besok adalah hari ulang tahunku yang ke 18. Tepat di hari Minggu.

Kakekku terlihat sangat bersemangat dibanding diriku "Kau harus mengundang teman-temanmu.. siapa namanya, Jevi?" Tanyanya bingung.

Aku memutar bola mataku "Namanya Jessie, opa. Jessie bukan Jevi" ralatku. Dia hanya mengganguk sambil mengusap dagunya "Nanti biar ibumu memasak ala Thanksgiving. Toh, kau selalu menyukai suasana Thanksgiving." Ucapnya bertepatan dengan ibuku masuk membawa keranjang belanjaan.

"Benarkah, mom?" Tanyaku terkejut. Ibuku melotot kepada kakekku "Dad, please jangan membocorkan rahasia yang lain!" Kesal ibuku. Kami tertawa dan kakekku mengancungkan jempolnya "Baik-baik, Dad tidak akan mengucapkan apapun soal rencanamu yang.."

"DAD!"

"Iya,iya.." kakekku bangkit berdiri lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku "Lebih baik aku pergi mengurusi tanamanku dibanding mendengar ceramah ibumu" bisiknya sambil berlalu.

Aku ngakak.

"Clare, apa yang diberitahu kakekmu?" Tanya ibuku dari dapur. "Tidak ada bu!" Seruku. Lalu ibuku masuk sambil memakai pakaian kerja "Mana kakekmu?" Tanyanya sewot. Aku nyengir "Di depan, mengurus tanamannya." Jawabku.

Ibuku mengganguk kecil "Mom, mau pergi ke toko antik milik Ms.Glady, sepertinya pekerjaan ibu banyak disana. Ibu minta tolong jaga rumah. Ada makanan di lemari bila kau lapar" jelas ibuku.

"Baik, mom." Aku berdiri lalu mengecup pipinya lembut "Hati-hati" ucapku mengingatkannya. Dia mengganguk lalu berjalan keluar rumah.

***

Aku membuka mataku, bisa kurasakan wajahku menghangat tertimpa matahari.

Hari ini ulang tahunku.

Bisa kurasakan kenyataan itu mulai terserap dalam diriku, membangunkanku dengan halus. Aku tersenyum menyadari bahwa aku sekarang 18 tahun.

"Selamat ulang tahun!" Tiba-tiba Jessie, Nancy, dan Autumn mendobrak masuk ke dalam kamarku. Autumn membawa balon metalik warna-warni, Jessie membawa sekeranjang besar kelopak mawar merah yang ia tebar-tebarkan tanpa henti, dan Nancy membawakan kue Strawberry Cheesecake -kesukaanku- berukuran besar yang bertulisan 'Happy Birthday 18th CLARE MCVEDDRICK'.

Aku terkejut, nyaris menitikan air mata saking terharunya. Mereka bertiga terus-menerus menyanyikan lagu Happy Birthday sambil Autumn menggoyang-goyangkan balon-balon itu dan Jessie menebarkan kelopak bunga itu ke segala arah.

Aku jamin sehabis ini aku harus menyapu seluruh lantai di kamarku.

"Terima kasih, guys." Ucapku sambil memeluk mereka satu persatu "Hey, tiup lilinnya. Meleleh, nih!" Seru Nancy sambil menatap lilin yang sangat banyak itu mulai mencair.

Aku menggangguk, menutup mataku sebentar untuk mengucapkan wishku aku minta semua yang terbaik ucapku dalam hati. Kubuka mataku dan meniup semua api lilin itu.

"Yeeeeyy!!" Sorak mereka sambil bertepuk tangan heboh. Aku tertawa "Trims, guys. Kok, kalian bisa begini, sih?" Tanyaku heran sambil memegang balon-balon dari tangan Autumn lalu mengikatnya di kursi meja rias.

"Jumlahnya 18 lho!, terus lilinnya juga." Celetuk Autumn. Jessie merangkulku "Kami merencanakannya semalaman. Bahkan sampai menginap di rumah Nancy saking niatnya." Ucap Jessie.

Aku merangkul mereka semua,sangat bahagia mempunyai sahabat-sahabat seperti mereka. Lalu kudengar langkah kaki menaiki tangga.

Ibuku muncul di depan pintu, tangannya terentang. Aku datang menghampirinya lalu memeluknya "Selamat ulang tahun, anakku sayang." Ucapnya sambil mengecup puncak rambutku lembut.

Aku benar-benar nyaris menangis, namun kutahan "Terima kasih, mom." Aku memeluknya erat. Kurasakan ibuku mengelus rambutku lembut "Ayo, kita turun kebawah. Mom sudah memasak banyak makanan enak. Jessie, Autumn, Nancy." Ajak ibuku.

Mereka mengganguk lalu mengikutiku turun. Kulihat meja makan sudah dipindahkan ke ruang tamu. Kursi panjang dihadapkan ke meja makan, menghadap langsung ke perapian. Dengan api kecil yang dinyalakan berwarna merah kebiruan.

Di atas meja, terlihat banyak makanan yang sudah tersaji dan masih hangat. Ada kalkun, kentang tumbuk, pai apple, labu-wortel-buncis panggang, dan pudding karamel. Di sisi lain,aku bisa melihat seteko besar orange juice dan gelas-gelas kaca cantik.

Di atas bingkai jendela, dipasang gordeng bermotif daun berguguran, berwarna oranye-coklat lalu di lilit oleh lampu hias kecil-kecil berwarna kuning.

Kakekku benar, ibuku membawakan suasana Thanksgiving.

"Tadi, teman-temanmu membantu ibu mendekor sedikit ruangan ini. Mereka juga membantu ibu memasak" ucap ibuku.

Aku membalikan badan, menatap teman-temanku yang sangat berharga "Terima kasih, guys. Kalian adalah teman terbaik dalam hidupku" ucapku tulus sambil memeluk mereka.

"Ayo! Ayo! Kita makan!" Seru kakekku tiba-tiba memasuki rumah. "Jangan lama-lama, nanti keburu dingin" keluhnya. Kami semua tertawa dan berjalan memasuki ruang tamu.

Kami mengambil makanan masing-masing lalu duduk di kursi panjang. Kakekku menceritakan kehidupannya masa kecilnya dulu, bagaimana dia hidup di peternakan. Sangat menarik.

Setelah makan, kami menggeser meja ke pinggir ruangan lalu ibuku menyetel piringan hitam. Kami diajari menari ala Meksiko oleh kakekku, kami tertawa sangat keras hingga perut kami sakit karena gayanya sangat lucu.

Akhirnya kami duduk kembali ke kursi panjang karena lelah, "Oh ya, hadiahmu." Kata Nancy. Mereka semua mengeluarkan kado dari tas mereka lalu diberikan kepadaku.

"Trims" ucapku menerimanya "Boleh kubuka?" Tanyaku. Mereka menggangguk, pertama kubuka dari Autumn "Wow, bola salju" seruku sambil menarik keluar bola salju berukuran telapak tanganku. Di dalamnya, ada ballerina sedang melakukan gerakan pirouette. Sangat cantik.

"Itu bisa berputar. Tekan tombol ini untuk menyalakan lampu highlightnya, dan putar tuas yang ini agar ballerinanya berputar" jelas Autumn. Aku menggangguk mengerti sambil memerhatikannya.

"Ayo buka kadoku." Pinta Jessie. Aku membukanya dan melihat sesuatu menyembul dari tumpukan busa diatasnya "Boneka anak kucing!" Seruku girang "Lucu sekali, thanks Jez." Ucapku. Dia menggangguk.

"Berarti ini punya Nancy?" Tebakku. Nancy mengganguk, aku membukanya dan melihat syal rajut berwarna beige "Wow, keren. Terima kasih, guys." Kataku tulus.

Lalu kakekku masuk bersamaan dengan ibuku. Kulihat tangan kakekku membawa sesuatu namun tampak disembunyikan.

Beliau duduk di sebelahku, ibuku di sampingnya. Kakekku menatapku lekat-lekat "Cucuku, Clare sayang. Kami memang tidak memiliki banyak uang. Namun kami punya hadiah kecil untukmu, kami harap kalian menyukainya." Kata kakekku lalu menyodorkan kotak kecil berwarna biru dongker beludru padaku.

"Mom, kakek. Ini tidak perlu.. yang kalian lakukan saja sudah cukup" tolakku. Kakekku menggeleng "Ini warisan dari nenekmu. Dia pernah memintaku memberikannya kepada cucunya." Ucapnya, menyorongkan kotak itu ke tanganku.

Aku menatap kotak itu, merasakan halusnya kotak itu "Boleh kubuka?" Pintaku. Mereka menggangguk, kubuka kotak itu perlahan.

Lalu tersekiap melihat isinya.

Fallen Sapphire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang