10

12.1K 286 2
                                    

        Ini adalah Minggu ke 3 setelah kepergian Leonard , Laras memulai harinya dengan biasa . Berhubungan lewat ponsel genggam seperti anak muda zaman sekarang. Tapi Laras tengah di Landa gundah, pasalnya seminggu terakhir ini Leonard sama sekali tidak memberi kabar. Asistennya pun sama tak memberi kabar pada Laras prihal keadaan Leonard . Mereka berdua tidak bisa di hubungi, Laras tidak tau apa yang terjadi pada kedua manusia menyebalkan itu .

    Kini Laras tengah berjalan di zebra cross tersenyum dan menenteng paper bag dan minuman dingin yang sempat dia minum.

   Dengan jeans panjang di padukan dengan kaos ketat berwarna putih, menambah kesan santai namun elegan . Rambut panjangnya di jepit asal membuat wajah cantiknya yang natural.

" Haii...". Sapa Laras pada seseorang yang tengah menunggunya di sebrang jalan dengan tersenyum lebar .

Keduanya nampak bahagia . Laras memeluk Cika yang sangat dia rindukan .  Kedua sahabat itu benar-benar merindukan satu sama lain.

Sekarang Laras dan Cika tengah duduk di cafe pinggir jalan , duduk di dekat jendela kaca yang menembus pemandangan kota Jakarta pas malam hari,

" Ras.. Lo baik-baik saja kan". Tanya Chika menyedot minuman cofie dingin yang dia pesan beberapa menit yang lalu.

" Gw baik-baik saja ci, oh iya tumben ransel Lo ngga ikut ". Jawab Laras dengan tersenyum .

" Kaget gw nyet, Lo kasih kabar minta ketemu di sini, gw takut Lo kenapa-kenapa ". Cerocos Cika mengutarakan kepanikannya .

" Santai santai ci... Gw ngga papa . Gw ngajak Lo ketemu di sini gw kangen aja sama lo ". Jawab Laras lagi .

Lalu keduanya berbincang seperti biasa dan saling tertawa, berbicara apapun yang ada di kepala mereka .

" Sebenernya gw mau minta tolong sama Lo ci, makanya gw ngajak Lo ketemu di sini sekalian kangen-kangenan gitu ". Laras memulai  pembicaraannya yang serius .

   Cika menatap Laras serius mencari apapun yang Cika ingin tau dari tatapan mata sahabatnya itu.
   " Lo mau minta tolong apa, pria tanpa ekspresi yang membawamu itu tidak berbuat apa-apa ke Lo kan ras, dia ngga yang aneh-aneh gitu kan ke Lo ".

" Stop Cika gw baik, Lo liat gw sekarang gw jauh lebih baik kan, gw cuma mau minta tolong. Besok Lo sama Angga anterin gw ke bunda, sekalian anterin gw belanja buat anak-anak disana ". Jelas Laras lalu membuang nafasnya kasar. 

Sahabatnya ini memang wanita aneh otaknya serasa tidak berfungsi dengan benar disaat waktu yang salah.
      Cika menjatukan kepalanya di meja dan seketika mendongak menatap sebal Laras  yang tengah menatapnya menunggu jawaban atas pertanyaannya barusan.

" Kenapa ". Laras bingung dan menautan alisnya.

" Gw fikir lu kenapa kampret, nanti deh gw bilang sama Angga , sekarang dia sibuk sama kerjaannya ras ". Jawab Cika . Laras mengangguk paham.

Kedua sahabat itu berlanjut mengobrol hingga tanpa terasa malam Sakin larut . Mereka pamit satu sama lain. Dan berpisah di perempatan lampu merah dengan jalur yang berbeda .

          Kini Laras tengah duduk di jok penumpang taxi yang membawanya untuk kembali ke apartemen Leonard, yang kini sudah menjadi tempat tinggalnya . Laras kembali dengan pikiran kosong menerawang jauh, melihat lampu-lampu kota bergemerlapan .

Tidak butuh waktu lama taxi yang dia tumpangi kini sudah berhenti di depan gedung tertinggi di kota . Para pekerja di sana tersenyum seperti biasa pada Laras .

" Selamat malam nyonya ". Ujar security dan di jawab dengan senyuman termanis oleh Laras . Pria seumuran dengan ayahnya itu begitu ramah dia juga tau jika Laras wanita yang tinggal di gedung mewah itu dengan pemiliknya. Bos besarnya ...

" Jangan lupa istirahat ya pak, sebentar lagi ganti sif kan ". Ujar Laras . Dan mereka berbincang sebentar , lalu Laras bergegas masuk karna rasa kantuk yang sudah dia rasa sejak tadi .




                 🥂🥂🥂🥂🥂








             2 Minggu berlalu...


Kini Laras tengah duduk di depan teras rumah singgah yang biasa dia datangi bersama Cika dan Angga untuk mengajar dan bercerita untuk anak-anak di sana .

    Hari ini dia datang tanpa Cika dan Angga . Laras datang sendiri sejak pagi membawa makanan dan juga buku-buku untuk anak-anak panti ...

" Kamu datang sendirian nak". Ujar wanita berumur namun terlihat segar di usianya . Panggil saja bunda Hanna .
    Beliau pendiri panti asuhan yang sekarang sudah makin maju. Bukan hanya dirinya yang mengurus anak-anak di sana. Sekarang sudah ada beberapa pekerja yang membantunya .

Dulu Laras sering main kesini bersama Cika Karana mereka berdua menyukai anak-anak di sana. Bermain dan belajar tentu saja .  Jadi bunda Hanna mengenal jelas Laras bahkan dia menganggap Laras seperti putrinya sendiri .

   Laras tersenyum dan mendongak kerah asal suara. " Iya bunda. Laras sendirian. Cika dan Angga sedang liburan ". Dengan suara lesuh dan tatapan sedih itu terbaca oleh bunda Hanna .

  Bunda Hanna duduk di samping Laras yang sedang tersenyum melihat anak-anak bermain di depannya .
" Apa ada yang sedang kamu fikirkan nak, ceritalah bunda akan mendengarkan semuanya ".

Laras menoleh dan menatap dengan berkaca. " Bunda..". Suara Laras lirih lalu memeluk bunda Hanna .

" Menangis lah nak... Menangis sepuasnya sayang tidak apa ". Ujar bunda Hanna. Dan mengusap kepala Laras yang sedang menangis di pelukannya.

Setelah bebrapa menit Laras menumpahkan semua yang dia rasa dengan menangis , kini Laras sudah tenang dan mulai berbicara semuanya .

" Jadi... Kamu sudah menikah ". Kaget bunda Hanna dan mengusap pundak Laras yang kembali bergetar .

" Apa nak Cika dan nak Angga tau ini , kalau bagimana dengan ayah dan ibu tirimu nak apa kamu juga merahasiakan ini semua dari mereka ".

Laras mengangguk . " Hanya bunda yang tau jika Laras sudah menikah bunda ". Ujar Laras menatap Hanna .

" Lalu dimana suamimu nak ". Pertanyaan itu juga yang terlintas di pikiran Laras.  Kemana suamiku...

Laras hanya diam beberapa saat lalu Laras kembali berucap . " Dia sedang dinas keluar negri bunda ". Ujarnya tersenyum masam.

Percakapan itu terhenti saat anak 3 tahun memeluk Laras dari samping .
" Kaka ayo main ". Ajak gadis kecil itu dengan mata berseri .

Hanna mengangguk dan Laras pamit pergi untuk bermain bersama gadis kecil itu .

" Semoga kamu bahgia selalu nak, bunda tau kamu wanita hebat , semoga pria yang berstatus suamimu itu lambat laun akan melihat betapa tulusnya hati kamu ".  Gumam bunda Hanna melihat Laras tertawa riang bermain dengan anak-anak asuhnya.



       Setidaknya berilah kabar...
  Keraguan dan ketakutan itu perlahan menjadi nyata .

See You In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang