Trapped in lust

7.8K 501 21
                                    

Satu hari sebelumnya.

Sore itu ruangan berangsur sepi, satu persatu pegawai pulang ke rumah masing-masing. Memanfaatkan waktu yang tersisa untuk dihabiskan bersama keluarga, atau melepas lelah dengan istirahat.

Berbeda dengan Kathleen yang hanya tinggal seorang diri di flat kecil Seattle, tidak ada keluarga yang menunggunya di rumah. Ia hanyalah anak yatim piatu yang diasuh oleh panti asuhan. Setelah usia nya cukup, ia memilih keluar dan mencari penghasilan sendiri sambil menempuh perguruan tinggi.

Menyendiri adalah benteng pertahanan Kattie ketika ia merasa terpuruk dan sedih. Ia terbiasa menjalani hari-hari kelaparan dan kurang kasih sayang. Bukan berarti Kattie tidak bisa bergaul, berbaur adalah salah satu cara untuk melanjutkan hidup.

Ketiga teman nya telah meninggalkan kantor, Kattie tengah merapikan meja kerja nya ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia menoleh ke sumber suara, Mr.Grant tengah berbicara santai dengan seorang pria yang tersisa di ruangan.

Kattie terpaku memandangi paras atasannya yang tampak jelas dari dekat. Mr.Grant amat sangat memesona, kesan dingin dan angkuh masih kuat dirasakannya. Wajar bagi pria itu untuk menyombongkan diri, Mr. Grant adalah sang pemilik Perusahaan penyedia bahan tekstil dan busana karya desainer. Keseluruhan ada 20 desainer yang telah bergabung dengan perusahaan, tiga diantaranya adalah perancang busana terkemuka di Amerika Serikat dan terkenal di dunia.

Pria itu mungkin merasa lebih nyaman berada di dekat sejenisnya. Wanita memang makhluk sensitif yang menilai segala sesuatu dengan perasaan. Termasuk ketiga teman nya.

Kattie sepertinya terlalu lama memandangi boss nya, ia begitu takjub dengan garis rahang Mr.Grant yang menonjol dan tegas, menunjukkan sifat lelaki yang dominan. Bulu mata Mr.Grant cukup lentik menaungi bola mata yang cokelat gelap. Kattie senyum-senyum sendiri membayangkan figur pria seperti Mr.Grant tidak menyukai perempuan, sungguh disayangkan. Di waktu bersamaan, sepasang mata cokelat itu berbalik menatapnya, Kattie terpaku beberapa detik sebelum berpaling. Nafas Kattie tertahan.

Kedua lutut Kattie mendadak lemas. Apa itu tadi? Mengapa ia melihat percikan gairah di kedua mata Mr.Grant. Tanpa pikir panjang, Kattie tergesa-gesa mengambil tas nya dan berlalu pergi.

************
Esok harinya.

Jam kerja telah selesai, Kattie diseret oleh ketiga teman nya. Mereka berkumpul di sebuah bar yang terletak di puncak gedung hotel bintang 6. Menurut informasi, Mr.Grant akan berada di sini malam ini. Sebelum menuju bar, Kattie dan teman-temannya telah berganti pakaian dengan gaun malam yang sesuai dengan gemerlap dunia malam.

Kattie mengenakan gaun berwarna hitam sebatas lutut dengan rok lipit. Kerahnya berbentuk V dengan deretan kancing di depan, menampakkan tulang selangka Kattie yang kurus menonjol. Seksi namun tetap elegan. Rambut nya yang ikal berwarna caramel dibiarkan tergerai jatuh ke bahu.

"Tolong bawakan empat Martini." Teriak Jennie di meja bar.

Perempuan cantik bergaun merah dengan potongan leher rendah mendatangi mereka. Rambutnya pirang  dengan sepasang kaki jenjang layaknya supermodel.

Jenni membisikkan sesuatu ke perempuan itu, suara musik memekakkan telinga, Kattie tidak bisa mendengar percakapan teman nya.

Lagipula ia datang ingin memberi dukungan, bukan mau terlibat langsung dengan rencana mereka. Kattie meraih gelas Martini berisi es, menggoyangkannya sedikit sebelum menyesapnya perlahan. Rasanya manis, dingin, dan membuat bahagia. Kattie menghabiskan minumannya dengan sekali tegukan. "Tolong satu lagi martini!" Teriak Kattie pada bartender.

"Mr.Grant sudah datang." Salah satu temannya berseru girang. "Ladies bersiap."

Tapi Kattie tidak peduli. Ia sedang menikmati minuman nya dengan senang. Suara musik di sekitarnya terdengar menyenangkan, tubuhnya bergoyang ringan Mengikuti alunan musik.

ONE NIGHT STAND WITH MY CEOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant