WHY CANT IT BE LIKE THAT

3.5K 225 21
                                    

Malam harinya Kathleen tidak tidur nyenyak. Ia telah memprovokasi Eric Grant dan sebagai balasannya ia harus berurusan dengan pria pemarah itu. Hubungan rahasia tidak pernah ada dalam bayangan Kathleen seumur hidup, ia mendambakan sosok kekasih yang sesungguhnya. Keresahan membuncah di dada Kathleen, ia harus memutuskan menghentikan semua kegilaan ini atau memilih mencoba menikmatinya.

Esok paginya Kathleen terlalu pagi tiba di kantor.
Pipi Kathleen bersemu merah muda oleh sisa hormon endorfin semalam, salah satu rekan nya memuji penampilan nya yang lebih segar dari hari biasanya. Bahkan ada yang memuji setelan kemeja satin yang dikenakan Kathleen membuatnya lebih feminim. Eric Grant muncul dari balik koridor dan berjalan melewati mereka tanpa ekspresi. Kathleen membereskan meja kerjanya dengan gugup ketika mendengar Eric akan rapat diluar dan membawa seorang pegawai. Kathleen sangat berharap bisa dipilih, namun hatinya hancur ketika nama pegawai lain dipanggil ke ruangan kerja Eric.

Bryan, Asisten Eric, datang membawa segelas kopi dan terlihat buru-buru. Kathleen dengan cepat menawarkan diri untuk membawakan kopi tersebut kepada Mr.Grant sehingga Bryan bisa turun menyelesaikan masalah yang lain.

Eric menatapnya dingin sejak Kathleen memasuki ruangan. Kathleen meletakkan piring tatakan beserta kopi didalam cangkir ke atas meja kerja Eric. Kathleen tersenyum sangat manis. "Selamat pagi Mr.Grant. Bryan sedang sibuk dengan sesuatu jadi,-"

"Aku sudah tahu. Terima kasih, Miss Becket kau bisa pergi sekarang." Eric menyela dengan wajah datar.

Kathleen harusnya tidak terkejut dengan sikap sinis Eric, pria itu sudah mengatakan dengan jelas semalam

"Saya permisi."

Kathleen bergegas kembali ke meja kerjanya. Sebagian besar dinding ruangan kerja Eric berupa kaca dengan tirai vertikal blind namun posisi meja Eric masih bisa terlihat jelas dari sudut meja Kathleen. Pria itu masih duduk sedang memainkan iPad di tangan nya. Eric datang tadi pagi mengenakan setelan berwarna biru gelap namun saat ini jas nya telah dilepas, kemeja putih nya begitu pas di badan dipadukan bawahan biru.

Pria itu memergoki Kathleen, alih alih membalas senyum Kathleen pria itu malah membuang muka. Sudah dua kali, pikir Kathleen. Ia menghela nafas kesal lalu beranjak dari kursi.

Jennie menepuk bahunya, "Kenapa cantik?"

Kathleen mengambil tas tangan nya di atas meja. "Aku mau keluar sebentar mencari udara segar, ada yang ingin kopi?"

Yang lain dengan antusias mengangkat tangan dan mulai mencatat pesanan. Kathleen mengambil rute tercepat ke kedai kopi dengan berjalan kaki. Bunyi notifikasi pesan dari nomor tak dikenal. Awalnya Kathleen enggan membukanya, tapi kemudian senyumnya merekah.

Jangan lagi memandangi wajahku dengan tatapan seperti itu di kantor!
ERIC

Kathleen senang pria itu mengiriminya pesan walau harus dimarahi. Setiap orang dikantor suka memandangimu. Bukan hanya aku. Balas Kathleen.

Tapi tatapan mereka tidak berhasrat ! Wajahmu ketara sekali, seperti baru merasakan orgasme. Dan memandangiku sama saja dengan membiarkan pegawaiku berasumsi bahwa akulah pria yang menidurimu.

Tapi itu kenyataan, bukan asumsi seperti yang kau bilang. Asumsi yang mungkin adalah kau mau meniduriku lagi.

Tutup mulutmu, Kathleen! Hentikan omong kosong ini atau kau ingin dipecat.

Kathleen mulai kepanasan. Apa maumu, Eric?

kendalikan dirimu, Kath! Kita bukan sepasang kekasih yang bebas bermesraan dimanapun kau mau. Atau kau lebih suka kita tidak usah bertemu lagi, jika kau seperti ini terus aku tegaskan sebaiknya kau lupakan semua yang terjadi diantara kita.

Kathleen terbakar amarah, mulutnya nya menyumpah serapah. "Dasar bajingan sampah, brengsek! Pergilah ke neraka!"

Kathleen mengetik jawaban dengan cepat kemudian melempar ponselnya ke dalam tas. Baiklah terserah kau saja.

*********
To be continue

ONE NIGHT STAND WITH MY CEOWo Geschichten leben. Entdecke jetzt