prologue ;

8.4K 975 382
                                    

tw; degrading kink, mature & erotic scene. etc.

halo, iya cerita baru lagi! tolong diramaikan. ini yang aku tease di instagram kemarin. kemarin ada yang bilang kangen ceritaku yang thrilling, kemudian aku merasa, iya juga ya? maka aku memberikan cerita ini untuk membangkitkan a-noona dark romance yang dulu. kalian bisa rekomendasikan cerita ini ke siapa saja, jangan lupa tinggalkan vote dan komentar, biar ceritanya jalan terus! rencananya biar bisa update seminggu sekali.
send me love ungu! ayo pls bisa 500 vote dan 500 komen. ini spicy abis. kalian bisa lihat dari prologuenya.tag ke ig anoona_universe juga ya!

***



Apakah manusia dilahirkan ke dunia untuk memenuhi ekspektasi orang-orang di sekitarnya?


     Karpet beludru berwarna merah maroon yang dengan harga selangit, memenuhi ruangan dengan lampu kuning yang menjadi agak temaram, baru saja basah. Champagne yang ada di gelas-gelas kaca tumpah ke lantai. Sayangnya, gelas kristal yang jatuh, sama sekali tidak pecah. Karpet beludru baru saja menyelamatkannya. Wanita itu jadi penasaran, bagaimana jika gelas-gelas itu pecah hingga menjadi beberapa bagian, dan kemudian mengarahkan pecahannya ke lehernya sendiri. Akan ada merah yang lebih indah, sampai dia merasa begitu tercekik dan kehabisan napas terakhirnya. Melebur bersama ideologi-ideologi yang pernah dijejalkan dan berusaha dimuntahkan.

     Namun saat ini wanita itu — diriku — tidak memerlukannya sama sekali. Aku sedang mendapatkan siksaan yang aku inginkan sekaligus aku sumpah serapahi dengan begitu sensual. Begitu kata pria yang mendengar aku menggaungkan kata-kata kasar dan kotor berupa; 'Fuck, Bajingan, Shit' Dia menikmati dan malah semakin mempercepat apa yang sedang dia lakukan.

     Tanganku mencengkram sisi kasur, ada penyangga kayu, kasurnya bergaya eropa. Aku mencengkramnya erat-erat sampai merah bercampur dengan ungu, harusnya terasa sakit, tetapi tidak ada apa-apanya dengan sesuatu yang lain yang sedang menyerangku. Tubuhku membungkuk — menungging — seperti binatang. Seorang pria di belakangku, memperlakukanku seperti seharusnya. Seperti apa yang aku inginkan. Seolah hal yang paling berguna untukku saat ini adalah untuk kepuasaanya.

     "Kamu menyetubuhiku seperti binatang," kataku dengan terengah. Membiarkan pria itu menghentak dengan terburu-buru pada celana yang tidak sepenuhnya diturunkan, hanya sampai paha, berantakan dan memberikan kesan seksi.

     Napasnya terengah-engah. Matanya mengerjap berkali-kali dan dari bibir tipisnya keluar desahan puas. "Kau yang memintanya. Kau yang meminta aku menggunakan tubuhmu untuk kepuasanku, Nona," katanya mencengkram pinggang kecilku. Tidak hanya pinggulnya yang menghujam berantakan dan tidak karuan, tangannya juga menggerakkan tubuhku yang tidak seberapa dibandingkan tubuh kukuhnya. Aku tenggelam dalam kuasa dan dominasinya.

     Ya — aku adalah wanita yang cukup gila untuk memintanya melakukan itu. Aku mabuk dan membiarkan kewarasanku menanggalkan kepala. Membiarkan aku melepas diriku sendiri, dan mempersilakan keinginan-keinginan gelap yang gila untuk muncul ke permukaan. Guilty pleasure, kink, apa saja kamu bisa menyebutnya. Tentu saja ini tidak mengurangi sama sekali harga diriku. Aku masih sama, wanita sombong yang angkuh, tetapi kali ini aku membiarkan diriku merasakan hal yang membuatku meringis, membenci, sekaligus menginginkan. Ini adalah — kink? Mari sebut saja begitu.

     "Kau benar-benar mungil. Aku bisa menghancurkanmu dengan sangat mudah," katanya membanggakan kegagahannya yang aku akui adalah kebenaran mutlak.

    "Kalau begitu hancurkan aku, Tuan. Lakukan apa pun yang kamu ingan. Use me for you own pleasure, Sir."

     "Ffuck!" katanya gila sendiri. Lalu mengeluarkan daging panasnya yang sedari tadi menyumpal tempat paling menyenangkan dan sensitif untukku. Ia langsung mengangkatku seolah aku hanya gula-gula kapas yang begitu ringan, kemudian melepasku terjun bebas ke atas kasur empuk hotel di mana kami berada.

The RulesWhere stories live. Discover now