6 | Kiss Your Lipgloss

842 112 74
                                    

halo, aku fast update. part ini spicy dan panjang banget. hope yall like it. please give me vote and comment kalau kalian suka, biar semakin semangat menulis. Kalau kalian lupa ceritanya, baca ulang saja, sedikit kok. ayo ikutin cerita ini.








Taeri selalu berharap bahwa sepanjang matahari menggantung dia bisa menetap dengan nyaman di dalam kamarnya tanpa segelintir cahaya pun yang berani masuk, apalagi mampir, kemudian tidak tahu diri menetap. Dia hanya ingin memejamkan mata sambil menggantung mimpi dan melepas pikiran-pikiran dan beban yang ada di kepala sampai punggungnya.

Dia tidak membenci pagi, tetapi tidak juga menjadi sebuah kegemaran, sebab pagi kerap membuat napasnya berada di ujung kepala, dia bisa mati kapan saja ketika ayahnya berkehendak. Teriakan, tuntutan, beberapa pukulan, kadang akan dia dapatkan jika semua tidak berjalan dengan baik. Sebisa mungkin menghindari semua acara, menghindar bertemu sang paduka, kemudian teler tidak sadarkan diri sampai malam hari di mana dia bisa merasa nyaman ketika orang-orang tertidur. Dia tidak perlu malam yang gila, dia perlu malam yang tenang hanya untuknya, mungkin beberapa kesenangan bisa diterima, memgingat tidur adalah hal yang paling sulit dia dapatkan.

Pagi ini tuntutan itu datang membuat kecemasan memenuhi tubuhnya. Membuat jemarinya segera menjangkau beberapa tablet dengan begitu cepat tepat ketika membuka mata. Menegak dengan bantuan air mineral karena dia tidak pernah bisa menelan tanpa bantuan dengan sempurna. Obat yang dia minum ilegal, didapatkan dari dokter keluarganya, dokter pribadinya, sebab kecemasan dan panik sering menghantamnya keras-keras sampai dia kadang berharap itu semua membuatnya benar-benar mati. Namun jika dipikirkan lagi, dia rasa mati bukan hal yang bagus, sebab ayah dan ibunya tidak peduli. Dia merasa kalah. Akan lebih baik jika dia mati setelah mendapatkan segalanya dan dijadikan sebuah tempat bergantung, agar kedua orang tuanya menangis tersedu-sedu karena keberhasilan di depan mata akan lepas begitu saja.

Ya, Taeri berencana menuruti kemauan ayahnya, semuanya, harus dia dapatkan, kemudian ketika merasa di atas angin, dia akan mati, agar kedua orang tuanya menjadi sinting sekalian. Bukan karena kehilangan dia, tetapi kehilangan semua harta yang mereka ingin genggam dengan rakus. Itulah alasannya pagi ini Taeri bangun, sebab dia harus mendapatkan hati Jeon Chatal Roycechild. Harus.

"Kamu terlalu cantik untuk pagi-pagi seperti ini, Taeri." Suara baritone Luciel terdengar berat dan seksi karena baru saja bangun tidur. Dia ingin tetap memejamkan matanya, tetapi kehilangan perempuan mungil di dalam pelukan sungguh sangat mengganggu. Dia tidak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu—terutama Taeri. Dia ingin memeluk Taeri terus-terusan saat tidur bersama.

"Thank you, Handsome." Taeri mengerlingkan matanya sambil menatap ke depan cermin, melihat Luciel yang tubuhnya terekspos, sebab selimut tertarik ke bawah ketika lelaki itu setengah bangun. Rambutnya berantakan, acak, lucu, tetapi dominasinya masih begitu nyata.

Luciel mengantuk, tetapi tidak mau memalingkan pandangannya. Taeri memakai dress putih cantik yang tidak membuat kulit pucatnya terlihat temaram, semakin cerah. Dress dengan bahan satin itu terlihat indah membentuk tubuh Taeri, padahal sama sekali tidak ketat. Dari belakang, Taeri yang sedikit membungkuk terlihat sempurna, ditambah Luciel bisa menyaksikan kecantikan itu dari cermin, sedang memakai lipgloss di bibir indah yang kerap membuatnya gila.

"Ada acara?"

"Ya. Bertemu Chatal."

"Oh." Suara Luciel menjadi lebih lemas. "Aku masih ingin bersama denganmu."

"Kau sudah semalaman memelukku, Luciel. Kau bisa tetap di kamarku. Pulang dari bertemu Chatal, aku akan menemui lagi."

"Kau benar-benar harus menikah dengannya?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The RulesWhere stories live. Discover now