3• Living a Life

2.1K 23 1
                                    

Minggu kedua telah Anna lalui di negara maju ini. Pagi itu ia sudah berpakaian rapi siap untuk keluar menuju restoran yang ia liat semalam.

Dengan Hoodie dan jaket tebalnya, is keluar. Dingin, bahkan Hoodie dan jaket saja tidak cukup menghangatkan tubuhnya.

Mampus, batin Anna. Saat sampai di restoran yang ia lewat kemarin, Poster yang ia lihat di Depan restoran semalam telah hilang diganti dengan papan polos yang bertuliskan menu restoran.

Siapa yang akan disalahkan kalau begini? Salju yang tiba tiba datang? Atau Anna yang terlalu santai? Huft sudahlah, pikirnya. Untuk apa mencari siapa yang salah, cukup dijadikan pelajaran.

Ia kembali ke apartemen dengan satu tas berisikan telur, sayur, beras dan makanan instan lainnya. Tak lupa ia membeli taflon dan Panci beserta spatula. Kedepannya, ia akan memasak saja. Hitung hitung mengurangi pengeluaran.

Untungnya, gadis itu cukup bisa memasak. Tidak se jago itu, hanya basic seperti menumis dan menggoreng. Untuk resep resep rumit lainnya ia masih butuh belajar.

Untung saja, Jepang memiliki banyak sekali makanan instan. Hanya tinggal di microwave atau di masak dengan bumbu yang sudah ada. Itu cukup membantu Anna dalam urusan makan

Setelah makan siang dengan masakannya, Anna kembali dengan aktivitasnya. Ya, bermain handphone. Sejujurnya ia cukup bosan dengan benda pipih ini. Untuk sekedar jalan jalan saja ia bosan. Padahal Jepang bukanlah tempat yang menbosankan, terlebih tempat tinggalnya, Shinjuku, berada di ibu kota Jepang, Tokyo.

Ia hanya butuh teman. Sendiri terlalu membosankan. Ia butuh teman untuk sekedar berbincang atau jalan jalan atau sekedar bertukar kabar dari handphone.

Ia segera pindah menuju kasur empuknya. Memilih tidur menuju mimpi indah.

*****

Gadis itu terbangun. Ia menghela nafas gusar. Baru saja ia dalam mimpinya bertemu dengan keluarganya yang telah lama tidak ia liat tapi terbangun dengan bunyi notifikasi dari handphone nya.

Gadis itu diam tak bergeming. Sedih, gadis itu menangis dan mulai terisak pedih. Hidupnya sudah cukup menderita selama ini. Ia sangat merindukan keluarganya.

Rencana pindah tempat tinggal untuk melupakan mereka bukanlah hal yang efektif, malah membuat gadis itu kesepian. Anna menangis sejadi jadinya. Sudah lama ia tidak menangis seperti ini, kurang lebih tiga bulan sejak keluarga kecilnya meninggal dunia.

Setelah tangisannya reda, Anna bangkit untuk minum air. Ia meraih Handphone, Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21.34 malam. Ia tidur cukup lama. Pantas saja kepalanya pusing.

Ia duduk di meja makan mini yang ada di mini kitchennya. Membuka notifikasi yang membuat ia bangun tadi. Sial, notifikasi tidak berguna. Hanya notif pesan voucher makan dari restoran fast food.

Ia membuka salah satu aplikasi berwarna biru, mulai memainkan jarinya di layar benda pipih itu. Jarinya berhenti saat membaca sebuah cuitan.

Rent a cuddle?

Anna tidak cukup kaget karena kemarin ia sudah sangat amat kaget saat melihat papan iklan yang menawarkan jasa rental pacar.

Tapi tetap saja, ia cukup culture shock. Tetapi, mengingat ini Jepang, negara dengan ide ide kreatif nya yang di luar nalar.

Menarik, sepertinya Anna cukup butuh. Tapi ia agak takut. Bagaimana yang datang hanyalah pria hidung belang yang memanfaatkan teknologi maju? Bagaimana jika ia di lecehkan? Pikiran Anna mulai liar.

Gak deh, ogah! Pikirnya.

~ Rent a cuddle ~

RENT A CUDDLE  Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin