Legenda Yang Hilang 2

84 13 0
                                    

NAMA Kumala Dewi sudah Cukup dikenal di kalangan kepolisian, karena gadis itu sering membantu pihak kepolisian dalam menangani beberapa kasus yang berbau mistik. Tak heran jika permohonan Kumala Dewi itu dikabulkan oleh kepala kepolisian distrik setempat.

"Saya jamin tak akan ada kekacawan lagi jika makhluk berbulu itu ikut bersama saya. Seperti dikatakan oleh para saksi tadi, bahwa kera besar itu semula adalah gadis cantik yang bernama Delvin. Jadi dia bukan hewan liar yang harus diburu dan dimusnahkan," ujar Kumala saat berhadapan dengan komandan polisi distrik setempat.

"Kami percaya dengan kemampuan Anda, Nona Kumala. Tapi apakah dalam perjalanan menuju rumah Anda nanti tidak akan terjadi kekacawan yang memancing keresahan masyarakat?"

"Saya rasa tidak. Bukankah saya sudah membiusnya dengan telepati?"

Memang benar. Kumala telah membiusnya dengan sistem telepati. Kera besar yang berhasil diselamatkan dari sebutir peluru itu kini dalam keadaan tak berdaya. Makhluk berwajah buruk yang mempunyai taring kecil itu direbahkan di jok belakang. Pandu membawa mobil dengan sesekali melirik ke arah belakang, takut kalau kera besar itu sadar dan menyerangnya dari belakang. Kalau saja Kumala gagal menangkap sebutir peluru, kera jelmaan Delvin itu akan mengalami luka yang berbahaya. bisa-bisa akan kehilangan nyawa.

"Kita harus membeli rantai, Kumala. Bila perlu membuat kandang dari besi."

"Tenang aja! Yayang nggak perlu takut deh," ujar Kumala tetap mesra terhadap Pandu.

"Kekuatan bius telepatiku cukup lama. Dia akan sadar esok siang."

"Lalu apa maksudmu membawa pulang kera ini?"

"Aku ingin, selidiki penyebabnya! Sebelum dia berubah begini, Dia sengaja menemuiku untuk minta tolong. Tapi sebelum ia jelaskan persoalannya, ia sudah lebih dulu berubah menjadi seperti ini! Kasihan sekali."

Tiba di rumah sekitar pukul sebelas lebih sedikit. Hindi masih menunggu di serambi depan, ditemani Sandhi dan Buron. Mereka bertiga sempat terbelalak kaget, ketika Pandu dan Kumala mengeluarkan sesosok makhluk berbulu dengan cara menggotongnya berdua.

"Aaaaaa...!!" Hindi menjerit histeris, kemudian memeluk Sandhi kuat-kuat sambil meraung dalam tangisnya.

Tangis itu adalah tangis orang yang dicekam perasaan takut begitu besar. Tentu saja jeritan Hindi membuat Pandu dan Kumala Dewi tercengang kaget dan terheran-heran, sampai-sampai kera yang pingsan itu jatuh ke tanah akibat terlepas dari gotongan mereka.

"Buron, bantu aku!" seru Kumala Dewi kepada pemuda berambut kucai yang hanya terbengong melompong dari tempatnya berdiri.

Seruan Kumala membuat Buron sadar, lalu bergegas membantu mengangkat makhluk berbulu hitam itu.

"Gila kamu, Mala! Kenapa bawa-bawa barang beginian sih?!" gerutu Buron yang menopang badan kera itu dari tengah. Tanpa rasa waswas sedikit pun, kera besar itu digeletakkan di ruang tengah. Gaunnya yang robek masih dibiarkan melekat di tubuhnya. Gaun itulah yang dipakai Delvin ketika belum berubah menjadi makhluk berbulu lebat.

Hindi tak berani masuk. Ia sangat ketakutan karena ingat dengan mimpinya. Ia hanya di luar dan menangis dalam pelukan Sandhi. Mau tak mau Sandhi sibuk menenangkan Hindi sambil sesekali menggerutu mengecam kedatangan si Dewi Ular.

"Kumala sih, datang-datang bawa begituan?! Nggak tahu ada orang lagi ketakutan dengan mimpi anehnya. eeh.. begitu datang justru membawa makhluk seperti itu!"

Dewi Ular agak menyesal setelah mendengar penjelasan dari Buron tentang Hindi. Ia segera menemui Hindi di serambi depan.

"Sorry, aku nggak tahu kalau kamu sedang dalam persoalan seperti itu. Aku nggak bermaksud menakut-nakutimu. Justru kera besar itu berubah di depan mataku, dari sosok gadis cantik sepertimu. Tapi dia belum sempat mengatakan apa penyebabnya. Maka aku membawanya kemari untuk memeriksanya. Aku nggak tahu kalau kau sudah ada di sini, Hindi."

26. Legenda Yang Hilang✓Where stories live. Discover now