📷 chapter f i f t e e n

1.3K 195 19
                                    

Radya mengembuskan napas dengan berat

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

Radya mengembuskan napas dengan berat.

Laki-laki dengan rambut hitam yang sudah memanjang hingga nyaris melebihi telinga itu kini masih setia berdiri di depan auditorium Universitas Santosha usai mendengarkan apa yang Risha bicarakan melalui panggilan suara. Radya pikir, Risha hanya iseng saja meneleponnya atau sekadar menanyakan kabar dan kesehariannya seperti yang sudah-sudah. Namun, nyatanya justru lebih dari itu.

"Sori banget, Raaad." Entah sudah yang ke berapa kalinya Risha mengatakan itu kepada Radya. "Gue beneran nggak tega liat mama ikut pusing mikirin banyaknya kebutuhan kami yang belum bisa terpenuhi, makanya uang dari lo gue kasih semuanya ke mama. Lagian, gue nggak beneran pengen beli sepatu kok, waktu itu gue asal ngomong aja itu. Aslinya ya pengen gue tabungin aja tuh duit, Rad."

Risha memang menceritakan tentang dirinya yang tak punya pilihan lain selain memberikan uang yang pernah Radya berikan padanya untuk Mama--karena keluarga mereka masih mengalami kekurangan. Radya tentu saja merasa tak tega hingga ia tak mungkin memprotes apa-apa.

Yah, selama ini Radya sendiri pun bukannya tak pernah sama sekali mengirimkan uang pada mamanya. Terakhir kali Radya melakukannya, Mama malah menolak dan laki-laki itu diminta untuk mengirimkannya pada Risha saja. Bagi Mama, di waktu sekarang ini justru Risha lah yang paling membutuhkan karena ia tengah menempuh pendidikan di bangku kuliah, yang mana ia pasti akan lebih banyak memerlukan biaya.

Sekali lagi, Radya pun meloloskan napasnya yang kali ini ia lakukan secara perlahan. Sembari menggaruk pelipis dengan tangannya yang bebas, Radya pun akhirnya memberikan respons setelah cukup lama berpikir.

"Krisisnya separah itu? Terus, habis ngalamin kerugian, emangnya bokap tiri lo nggak ada usahanya sama sekali buat ngatasinnya, gitu? Kalau ternyata sekarang-sekarang ini kalian hidup cuma dengan ngandelin gaji dari mama, wah, rasanya gue pengen marah aja, Sha." Ada jeda sejenak. Radya menghirup udara banyak-banyak seraya melarikan jemarinya pada rambut dan menambahkan, "Nyesel gue ngizinin mama nikah lagi waktu itu."

"Kok lo sampe nyesel segala sih, Rad? Masa mama nggak boleh nikah lagi?" tanya Risha heran.

"Ya boleh," kata Radya. "Tapi kalau tau calon suaminya kayak gitu, gue udah pasti minta mama mikirin baik-baik lagi."

"Hm, sebenernya selama ini bokap Ayah Haris baik banget sih, Rad. Cuma sekarang kayaknya emang lagi kena sial aja, deh. Gue nggak tau sih, apa yang lagi dia lakuin sekarang buat memperbaiki semuanya. Yang jelas, gue juga bakal bereaksi sama kayak lo semisal ke depannya justru malah makin parah."

"Jelas lah, Sha. Mendingan mama nggak usah nikah lagi aja sekalian. Kalau kalian cuma tinggal berdua pasti bakalan cukup-cukup aja. Tapi sekarang karena kondisinya lagi begitu, mama jadi harus nafkahin suami dan dua anak tirinya juga."

Through the Lens [END]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα