Bagian 3

9K 254 26
                                    

Adit hari ini kembali sekolah. pukul sudah menunjukan angka setengah 11 itu artinya jam istirahat telah dimulai. Namun, bukannya bangkit menuju kantin. Adit malah terus merenung memikirkan sesuatu.

Adit memikirkan bagaimana ia harus bertanggung jawab terhadap calon bayinya kelak. Dia masih bocah SMA yang bahkan untuk sekolah saja ia masih meminta ke oma dan opanya.

Dia meraih dompetnya setelah itu mengambil dua foto kecil yang ia simpan di dalannya. Di foto itu terpampang wajah kedua orang tuanya.

Papa dan Papi. Ia, Adit merupakan anak dari dua orang lelaki yang menikah. Satunya berbadan kurus yang ia panggil Papa sementara satu lagi adalah pria kekar dan berotot yang ia panggil Papi.

Kedua pria itu kini telah tiada. Keduanya telah meninggal 5 tahun yang lalu ketika Adit masih duduk di bangku sekolah Dasar akibat kecelakaan. Adit masih ingat betapa bangganya ia bisa memiliki kedua orangtua hebat itu dihidupnya.

Papinya yang begitu penyabar. Serta papa yang ia sebut sebagai idolanya semasa kecil karena sering bermain superhero bersamanya.

"Pa,pi adit kangen. Maafin Adit. Kali ini adit kembali buat masalah. Pasti kalian malu kan punya anak kayak adit."

Adit tidak sadar menitikan air mata. Mebayangkan betapa rindunya ia terhadap kedua orangtuanya. Adit kembali menaruh foto kedua orangtuanya di dalam dompet. Sedetik kemudian, ada yang menepuk pundaknya.

"Kenapa lo, gw perhatiinn dari tadi melamun mulu. Kesambet lu ntar." Itu suara Fikri yang berbicara sambil mengambil tempat untuk duduk di samping Adit.

"Bacot lu. Gw lagi pusing aja."

"Dih sakit lu. Anjir bisa sakit juga ni bocah."

Adit menggeplak kepala orang disampingnya ini yang telah menjadi sahabatnya sedari SD.

"Berisik lu. Bikin tambah pusing gw."

Adit sekarang melipat tangannya di atas meja terus menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangannya yang ia lipat.

"Kangen bokap-bokap lu?." Tanya Fikri. Meski terkesan urakan. Fikri adalah satu-satunya orang yang sering adit jadikan tempat curhat.

Fikri menjadi sahabatnya yang selalu menyemangati dirinya untuk tetap hidup meski di tengah-tengah ribuan masalah yang Adit derita di masa lalu. Terlebih ketika Fikri tahu bahwa sahabatnya itu sampai saat ini masih terus tidak menerima keadaan dimana kedua orangtuanya telah meninggal.

Segala kebandalan dan kenakalan Adit merupakan bentuk perlawanan ia terhadap keadaan yang belum ia bisa terima. Adit sebenarnya anak yang baik, tapi meninggalnya kedua orangtua Adit menyebabkan Adit menjadi orang yang terus melakukan hal-hal nakal demi menutup kesepian dirinya di dunia ini.

"Gw kangen banget sama bokap-bokap gw bro."

"Iya gw tahu. Yaudahlah, lu udah 5 tahun gini terus bro. Lu sebenarnya engga nakal. Lu dulu anak baik-baik kan,,,,. Lu cuman mau perhatian dunia balik lagi buat lu seperti waktu orangtua lu masih hidup. Yang memang gw tahu lu adalah dunia bagi mereka."

Adit tidak membalas, itu perkataan yang benar.

"Gw bosan hidup dengan oma dan opa. Mereka punya hidupnya masing-masing. Meski gw tercukupi secara materi, tapi secara kasih sayang gw belum pernah dapatkan seperti ketika gw sama orangtua gw." Ucap Adit Sedih

"Yakin aja bro satu hari nanti ada orang yang akan memberikan kasih sayangnya sama kayak kasih sayng pernah ortu lo kasih."

"Thanks bro."

"Iya. Udah lu jangan sedih mulu. Ayok cabut aj kita mumpung sepi." Ajak fikri.

"Bener juga. Gas lah."

Hamil Gara-Gara Anak SMAWhere stories live. Discover now