Cerita sebelumnya: Adit sudah mulai keterima kerja di Cafe milik salah satu kenalan Fikri.----------------
Pagi hari ini lumayan cerah menyinari permukaan jalan dan gedung-gedung Jakarta.
Di sebuah unit apartemen terdapat sosok pria tegap berisi tengah membangunkan sosok remaja kurus berkukit sawo matang yang tertidur di sofa dari semalam.
"Eh, bangun. Dah siang. Kebo banget sih." Usaha Bobby untuk membangunkan Adit sedari tadi tidak membuahkan hasil. Si empu badan masih betah di dalam mimpi indahnya yang ternyata sedang memimpikan suatu hal yang jorok.
Terdengar seperti desahan keluar dari mulut Adit. "Enghhhh" desahan itu berulang kali terdengar seisi ruangan.
"Heh bangun, kamu pasti lagi mimpiin yang engga-engga kan."
Adit tidak bangun juga hingga akhirnya. "Arrrrghhhhhh" .
Adit tiba-tiba terbangun sendiri. Melihat itu bobby terheran terlebih Adit langsung mengintip isi dari celana pendek yang ia kenakan dari semalam.
"Astaga, Gue mimpi basah lagi." Adit menepuk jidatnya. Sepertinya belum tersadar telah ada bobby disampingnya.
"Kamu kenapa?." Tanya Bobby.
Adit menoleh mendapati Bobby yang bercelana pendek dan celemek yang menutupi tubuh bagian depannya. Namun masih bisa Adit saksikan disana terdapat dada montok milik Bobby yang memikatnya dari awal.
"Om kok engga pakai baju?."
"Lah, ini rumah saya terserah saya mau pakai baju atau telanjang sekalipun." Ucap Bobby sewot.
"Yaudah om telanjang aja"
'Tak!'. Suara centong gorengan yang langsung mengarah ke kepala Adit.
"Aww, sakit om. Belum kawin aja udah main kade erte." Kata Adit sok memelas.
"Udah deh engga usah banyak ngomong kamu. Mandi sana udah siang. Engga pulang kamu, dicariin nanti sama orangtua kamu?."
"Orangtua ku kan udah meninggal mana mungkin dicariin." Oh ya Bobby lupa. Bobby segera meralat. "Maksud saya itu oma dan opa kamu, dit." Bobby langsung merasa tidak enak karena menyinggung perihal orangtua Adit. Adit sudah menceritakan segalanya kepada Bobby semalam waktu ia memohon bisa menginap disini.
Flashback on:
Suara deringan bel berbunyi di unit milik Apartemen Bobby.
Bobby segera membuka pintu dan terlihatlah Adit di ambang pintu sambil membawa dua bungkusan besar berisi banyak cemilan dari salah satu minimarket terkenal yang berjuluk "apahmart".
"Ngapain malem-malem kesini kamu." Tanya Bobby.
"Mau main aja" ucap Adit singkat. Terus memaksa masuk meski belum di persilahkan masuk oleh Bobby.
"Siapa suruh masuk?"
"Kenapa sih om engga boleh. Aku kan pengen ketemu juga sama anak aku."
"Dih anak. Kemarin siapa ya yang mau gugurin?" Sindir Bobby.
Bobby menutup pintu apartemennya.
Adit tertohok, "ia maaf, aku salah. Kemarin aku panik aja om. Aku sekarang udah sadar dan yakin kalau itu anak aku." Adit menunjuk ke arah perut Bobby.
"Darimana kamu yakin ini anak kamu?" Tanya Bobby lagi.
Adit menepuk sisi sofa yang kosong yang ia duduki sekarang bermaksud menyuruh Bobby juga ikut duduk di sampingnya.
"Sini duduk dulu biar aku ceritain."
Bobby tidak banyak membantah dan ikut duduk di samping Adit. "Semalam aku mimpi om."
"Mimpi apa?"
Adit menyenderkan punggungnya ke sofa, "semalam aku mimpi aneh. Tiba-tiba aku kebangun di tempat yang segalanya serba putih terus sedetik kemudian aku tiba-tiba udah sampai di sebuah rumah besar banget. Disana aku lihat om lagi nyuapin balita lucu di depan halaman rumahnya. Om kelihatan bahagia banget nyuapin itu balita. Sampe suatu ketika mata balita itu melihat ke arah aku om. Aku senyum balita itu malah ikut tersenyum lalu merangkak ke arah aku. Aku lalu menggendong balita itu dan aku mendengar dia panggil ku dengan sebutan "Dadda" disitu aku engga bisa membunyikan rasa bahagia aku om. Aku terharu. Aku ngerasa kalau anak itu benar-benar nyata. Lalu aku terbangun om paginya dan langsung keinget sama om dan bayi yang om kandung. Sepertinya benar ini adalah tanda yang buktiin bahwa anak ini beneran anak aku."
Adit mengelus dan membelai dengan kasih sayang permukaan perut Bobby yang memang dasarnya agak lumayan maju.
"Sehat-sehat ya. Biar kita bisa membesarkan anak kita berdua." Adit berkata sambil menatap kedua mata Bobby.
Bobby tidak merasa ada kebohongan dari kata-kata Adit barusan. Nyatanya dirinya malah merasa luluh akan kata-kata adit tersebut.
Entah kenapa rasa sayang muncul seketika di dada Bobby terhadap bocah di depannya ini.
Tanpa sadar wajah keduanya semakin mendekat.
Hingga akhirnya Adit berani memulai. Menyentuh bibir Bobby yang lembut dengan bibirnya.Keduanya terus menerus berusaha menempelkan bibir mereka satu sama lain seperti tidak ingin berpisah.
****
Baca kelanjutannya di Karyakarsa.com/Rioferdi
YOU ARE READING
Hamil Gara-Gara Anak SMA
RomanceMenceritakan Bobby yang tiba-tiba di diagnosa hamil oleh dokter. - Cerita Muscle Bottom -Seme lebih muda