Bab 12

199 18 11
                                    


(ROSEMALIN)

Begitu jauh dari kaban, aku mengeluarkan ponselku yang sejak lima menit terakhir nggak berhenti berdenting. Ternyata group Litbang yang ramai. Hatiku sudah kebat-kebit. Pasti tadi pada melihatku di atas pelaminan.

Betul saja!

Aku melotot dramatis ketika membaca beberapa pesan yang sudah muncul di bar notification. Ketika membuka chat room, aku hampir memekik keras melihat fotoku dengan kaban saat sedang berfoto dengan mempelai berada di pesan paling atas.

Ulah Hardy!

☺ LITBANG CERIA ☺

Hardy [FOTO]

Hardy Akhirnya, punya Bu Kaban

Bu Rini Bajunya Dek Rose cocok sama batiknya Pak Kaban

Bu Harti @Hardy sempet aja kameranya :D

Hardy Wkwkwk kapan lagi kita punya Bu Kaban, Bu?

Nadhira Tadi aku nyariin mau aku ajak foto, tapi malah udah di atas sama Pak Gagas @Rose

Rose @Hardy gelud aja sini!

Hardy Ampun, ga berani aku sama bu kaban wkwkwkwk

Rose Pak Danuuuuu, aku dibully paaaaak

Bu Mananta Dek Rose :D

Rose Bu Tataaa

Hardy @Rose sok imut!

Bu Mananta Kenapa, Dek?

Rose Nggak ada temen, Buuuu ☹

Nadhira Mbak, aku di sebelah sop kambing

Rose Nggak mau sama kamu, nggak mau sama Hardy, kalian mesra-mesraan mulu

Hardy Mesraan lo sama pak kaban kaleeeeee

Hardy Bisik-bisik di pelaminan

Bu Rini Maunya ditemenin kaban Dek Rose?

Bu Harti Ngonsep pesta dik eheheh @Hardy

Hardy WKWKWK

Hardy @Rose Grup bidang 2 rame ngomentarin foto lo sama pak kaban

Hardy Grup bidang 1 juga wkwkwk

Nadhira Bidang 3 juga udah ramai

Bu Rini Grup sekre masih sepiiii, nggak ada yang berani ngirim fotonya

Hardy @Bu Rini sayang pekerjaan bu

Hardy! Kucari ini orang!

Aku membalikkan tubuh berniat mencari Hardy. Namun apes sekali yang tertangkap pandanganku malah pandangan kaban di jauh sana.

Seolah aku mengundangnya, ia bergerak mendekat. Padahal doaku sebelumnya agar aku tidak terlihat matanya. Aku langsung melangkah ke arah lain, tapi sialnya pesta yang digelar di ballroom sebesar GOR ini tidak menyisakan satu tempat pun untukku sembunyi darinya.

Apes.

Aku langsung pura-pura mau mengambil es sirop saat ia menyejajariku. Meski enggan, akhirnya kutolehkan kepala juga karena nggak mau dikira mengabaikannya. "Nggak ada temen, ya, Pak?" tanyaku basa-basi.

"Siapa?"

"Bapak."

"Enggak, nemenin kamu aja, dari tadi kayak anak bingung," jawabnya enteng lalu membelakangi stand es sirop seolah menegaskan kalau dia di sini memang cuma mau menemaniku yang seperti anak bingung. Aku menggeleng dalam hati sambil mengambil satu gelas sirop.

SEMUA ADA WAKTUNYAWhere stories live. Discover now