DUA BELAS

120 98 116
                                    

SELAMAT MALAM MINGGU BUAT KAMU YANG SELALU MENUNGGU:)

APA KABAR KALIAN??

ABSEN HADIR DULU

BINTANG SAMA KOMEN JANGAN LUPA☝🏻

SELAMAT MEMBACA 🤍🤍

Tandai typo males revisi ヾ⁠(⁠˙⁠❥⁠˙⁠)⁠ノ

°°°°°°
Saat ini Lula dan Arkan sudah duduk di depan ruang rawat rumah sakit setelah melalui proses yang melelahkan. Lula yang sedang mencari es krim di area taman tidak sengaja bertemu dengan Damian yang sudah tergeletak tak sadarkan diri. Karena merasa kebingungan harus berbuat apa, gadis itu memutuskan untuk menghubungi Arkan. Dia segera mencari benda gepeng di tas ranselnya, lalu mencari nama Arkan di kontak aplikasi warna hijau.

Tanpa menunggu lama Lula segera membuka kenop pintu jati berwarna coklat memasuki ruangan serba putih. Lula segera berdiri di samping brankar yang menjadi tempat tidur Damian.

"Lula?"

Kedua netra coklat milik Damian menatap buram ke arah perempuan yang berada di samping nya. Damian masih menyempurnakan pandangan yang sedikit buram. Netra coklatnya menatap langit-langit berwarna putih polos dengan satu AC di ruangan tersebut.

"Akan.. setan udah bangun!" teriak Lula memanggil nama Arkan untuk segera masuk ke ruangan tersebut. Lagi dan lagi gadis itu memanggil Damian dengan sebutan 'setan'. Padahal Rachel sudah menegaskan berkali-kali untuk tidak memanggil menggunakan panggilan itu.

Dengan langkah cepat, Arkan memasuki ruangan IGD itu dengan nafas yang tergesa-gesa. "Gue kira Lo mati beneran" kalimat itu di lontarkan begitu saja tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.

Damian merubah posisi yang tadinya terbaring lalu duduk di atas brankar dengan meminjat pangkal hidung yang terasa pusing akibat pukulan Levan. tak berselang lama laki-laki itu kembali mengingat kejadian sebelumnya. Setelah ingat apa yang sudah terjadi, ia segera mencekal lengan Lula dan menatap ke arah Lula dengan tatapan sendu.

"Rachel dimana?" Lula sontak mengerutkan keningnya. Dirinya dibuat bingung dengan tingkah Damian. Biasanya laki-laki itu akan menatap dengan tatapan tajam dan menyeramkan tapi kali ini, terlihat seperti ada masalah yang membuat dirinya seperti ini.

Lula menyentuh kening Damian. "Kamu gak kesambet?" Damian memutar bola matanya malas. Padahal dia benar-benar serius menanyakan keberadaan Rachel, tapi dia tahu lawan bicaranya adalah Lula, si otak lemot dan polos.

Damian menghembuskan nafas gusar. Tanpa memperdulikan Arkan dan Lula, dirinya segera bangkit dari atas brankar dan meninggalkan mereka berdua tanpa ada pamit.

Arkan mencekal pergelangan tangan Lula, ketika Lula hampir saja mau mengejar Damian. "Gak usah dipikirin. Damian emang gitu. Setres" mendengar kalimat itu Lula sontak menepuk bahu Arkan.

"Dari pada mikirin hubungan Damian sama Rachel, mending kita kencan"

°°°°°°

"Ahel dimana? Aku udah balik di asrama ni"

Sepulang kencan bersama Arkan, Lula memutuskan untuk kembali ke asrama dan mencari keberadaan Rachel. Bisa di bilang Lula orang yang sangat kepo. Jika bukan karena masalah Rachel, mungkin saja gadis itu tidak akan kembali ke asrama sebelum ayahnya pergi ke luar negri. Btw Arkan hanya mengajak Lula makan es krim di dekat taman saja bukan kencan. Hanya saja Arkan yang terlalu berlebihan.

Oh ya? Gue lagi sama kak Levan. Lo tungguin gue aja ya, sebentar lagi gue balik. Ini rezeki karena di traktir sama kak Levan, mubazir kalo di tolak, la

Jelas saja, mereka berdua sedang berkomunikasi lewat benda gepeng yang menempel di daun telinga. Setelah mendengar kabar dari Damian, bahwa laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja dengan Rachel. Alhasil Lula menelpon Rachel untuk menanyakan keberadaan nya.

"Gece! G-P-L gak pake lama!" Pungkas Lula sebelum mematikan sambungan telponnya secara sepihak.

°°°°°°
Lima belas menit kemudian Rachel datang di depan asrama sambil membawa bungkusan makanan untuk di berikan kepada Lula.

Sekarang perasaannya menjadi gelisah. Biasanya jika di perlakukan oleh seseorang seperti ini gadis itu tidak akan memikirkan kedepannya. Lantas sekarang apa? Rachel benar-benar sudah merasa kelewatan kepada Damian. Apa lagi cowok itu sudah bilang bahwa bukan rencana dia melainkan rencana Via.

Rachel masih berjalan santai menuju lobi dan lift. "Damian bilang ini semua rencana kak Via. Lantas kenapa kak Via kasih tau ke kak Levan? Sebenarnya siapa yang salah?" Gumam Rachel.

Saat ini perasaannya campur aduk. Rasa bahagia, gelisah dan siapa yang salah kini tengah di rasakan oleh Rachel.

Persetan dengan semua itu. Akhirnya Rachel sampai di depan kamar Lula. Tanpa menunggu lama gadis itu membuka kenop pintu jati berwarna coklat. Setelah terbuka Mata Rachel membulat saat melihat Lula yang sudah terbaring tak sadarkan diri. Rachel langsung berlari mendekati Lula.

"La, bangun!" Ucap Rachel sambil menggoyangkan tubuh kecil Lula untuk segera bangun. Beberapa detik kemudian, akhirnya Lula mendengar suara Rachel yang sedikit bergetar.

Setelah membuka matanya, Lula sontak tertawa kencang sambil memegang perut karena berhasil menjaili Rachel. Rachel mendengus sebal, padahal dirinya sudah panik melihat Lula terbaring di lantai.

"Awas Lo ya!" Rachel kesal karena telah di bohongi Lula.

Akhirnya Lula merubah posisi menjadi duduk dan menatap jenuh ke arah Rachel. Gadis polos itu memegang kedua bahu Rachel seraya ingin mengatakan sesuatu yang penting.

"Ahel.. tadi si jutek, dingin, keras kepala kaya batu, muka serem, jelek tapi ganteng se–"

"Tudep!" Serobot Rachel sebelum Lula melanjutkan kalimatnya. Ntah kerasukan setan apa sampai sikapnya seperti itu.

Lula tersenyum tipis. "Tadi aku ketemu sama si batu di taman, dalam keadaan pingsan. Mukanya bonyok semua . Nggak tau di pukulin siapa. Karena aku bingung harus apa, jadi aku telpon Akan buat ngegotong si batu. Terus Akan bawa si batu–"

"Si batu itu siapa, Lula?" Kepala Rachel rasanya hampir meledak mendengar cerita Lula yang terus menerobos tanpa ada titik koma.

Lula besedekap dada dan membungan pandangan ke arah lain, bibirnya ikut cemberut. "Si setan alias DAMIAN!" di ujung kalimat nya sengaja di buat sekencang mungkin sehingga Rachel terkejut dan menutup kedua telinga.

"Tumben, si batu. Biasanya juga, setan"

Lula menempelkan satu jari di bibir manis Rachel. "Sssttt. Kamu ada masalah apa sama si batu, sampai dia mohon-mohon ke aku buat nyari keberadaan kamu?"

Rachel menghela napas kasar. Lalu yang tadinya berjongkok di depan Lula, segera merubah posisi menjadi duduk. "Dia yang udah nyebarin Poto gue waktu sama kak Levan. Sampai semua cewek kampus benci sama gue kecuali Lo" Rachel sontak menunjuk kening Lula dengan jari telunjuk.

Lula terkejut sampai tangannya mnutup mulut karena shok mendengar jawaban Rachel. Sebelumnya Rachel sudah menceritakan kejadi yang membuat seisi kampus benci dengan dirinya kepada Lula. Alhasil gadis itu sempat berdiri dan berkecak pinggang. "Awas kamu batu, aku tandain muka kamu".

Rachel terkekeh melihat tingkah Lula yang aneh. "Di tatap aja langsung ngumpet di belakang gue, sok-sokan mau nantangin Damian" mendengar ucapan itu Lula cengengesan di depan Rachel.

"Suruh siapa mukanya serem"

°°°°°°

SEE YOU NEXT CHAPTER 🤍
BINTANG DAN KOMEN JANGAN LUPA 🤘🏻

Sejahat Takdir [SELESAI]Where stories live. Discover now