04

71.1K 7.2K 162
                                    

Malam ini Avin malas untuk turun, ia ingin rebahan saja di kasur empuk nya hingga seseorang datang

"Avin gak mau tulun, Avin gak lapel" ucap Avin tanpa menoleh alhasil ia tak tau siapa yang datang, karena memang posisinya Avin sedang tengkurep sambil menggambar abstrak

Avin terpekik tiba-tiba saat seseorang menggendong nya, ternyata si tua Dirga

Avin berdecak kesal, padahal sudah di bilang ia tak mau makan

"Avin gak lapel, jangan paksa Avin" ucap Avin ketus pun dengan bibir yang mengerucut lucu

"Tidak makan yasudah, yang penting kau ada di meja makan" balas Dirga

"Kenapa !!! Kan Avin gak makan kenapa harus ada di meja makan juga !!!" Pekik Avin di samping telinga Dirga membuat telinga lelaki tua itu sedikit berdengung

Avin memalingkan wajah nya kesal, saat sudah sampai di meja makan ia melihat semua orang sudah duduk di tempat nya, tinggal satu bangku yang tersisa lalu dimana ia akan duduk ?

"Avin duduk di mana ?" Tanya Avin

"Tidak usah duduk, berdiri saja kan tidak mau makan" balas Dirga santai membuat Avin mendelik tak suka

"Avin mau duduk sendili, jangan pangku nanti jelek nya nulal sama Avin"

Dirga menjewer telinga Avin membuat Avin meringis pelan, ia mengelus telinga nya yang memerah

"Avin mau itu" tunjuk Avin pada ayam tepung yang menggiurkan

"Tidak itu punya Aris" Avin mendelik tak suka akan perkataan Javier

"Javiel pelit, sudah jelek pelit lagi" gerutu Avin

"Avin mau ini ?" Ucap Javas memberikan bakso goreng namun Avin menggeleng, ia mau ayam tolong

"Avin mau Abang Haikal aja" Haikal langsung menoleh kala Avin memanggil namanya, jadi dengan cepat ia mengambil Avin dari pangkuan Dirga membawanya ke tempat nya kembali

"Mau apa" tanya Haikal

"Daging Javiel aja" balas Avin absrud membuat mereka yang sudah memakan makanan nya langsung tersedak sementara si pelaku tak perduli ia, memilih mengambil lauk yang ada di piring Haikal

"Punya dendam apa dengan Daddy hmm" ucap Javas yang memang duduk di samping Haikal, ia mencubit pipi gembul Avin gemas

Avin tak mau jawab, ia hanya kesal dengan Javier yang pilih kasih, lebih memilih anak pungut itu dari pada dirinya yang anak kandung, atau sebenarnya yang terjadi adalah ia yang anak pungut ? Kaya istilah nya anak yang tertukar, hmm bisa jadi sih

"Aris mau makan apa sayang biar Daddy ambilkan" ucap Javier lembut

Lihat !!! Saat bersama dirinya saja Javier seperti mengibarkan bendera perang, tapi saat bersama Aris langsung berubah jadi malaikat

"Avin mau tidul" Avin segera turun dari pangkuan Haikal dan berlari menuju kamar nya, bahkan tak ada yang memanggil nya atau sekedar berteriak untuk mengatakan hati-hati jangan berlari

Avin semakin marah dan kesal, rasanya ia mau memukul wajah semua orang yang ada di rumah ini

Sesampainya di kamar Avin mendirikan dirinya telentang, menatap langit-langit kamar yang penuh akan stiker bintang dan bulan

"Avin atau siapapun nama kamu lain kali kalau mau mindahin jiwa orang tuh ngomong dulu jangan asal pindah, kan aku juga yang jadi korban nya" gerutu Avin kesal

"Aku bahkan gak tau kenapa keluarga kamu kaya gitu ke kamu, kamu juga gak kasih ingatan kamu atau petunjuk apapun, aku berasa jadi anak dongo tau gak"

Sibuk memarahi Avin yang ada di alam baka sana, tak sadar Avin tertidur pulas dengan posisi nya yang membingungkan

_____________
_____________

"Eh ? Ini surga ?" Ia terus berjalan di taman bunga matahari, taman yang penuh akan bunga matahari

"Alvian !!!" Teriakan cempreng itu membuat Alvian seketika menoleh, ia melihat seorang bocah cebol yang berlari menghampiri nya

"Hai Alvin" Alvian mengernyit bingung kala menatap bocah aneh di hadapan nya ini

"Siapa kamu ?" Tanya Alvian

"Gavindra" balas nya tersenyum lebar

Alvian membulatkan matanya lebar

"Kamu !!!!" Pekik Alvian terkejut membuat ia yang bernama Gavindra terkekeh

"Kamu imut" celetuk Gavindra

"Aku cowo, aku ganteng"

"Alvin aku mau minta maaf sama kamu"

"Kenapa ?"

Gavindra tak langsung menjawab, ia membawa Alvian untuk duduk di bangku yang memang ada di taman tersebut

"Sebelum aku mati, aku berdoa sama tuhan kalau aku masih mau hidup gak papa kalau harus masuk ke tubuh orang lain, tapi nyatanya tuhan malah ngirim kamu yang masuk ke tubuh aku, dengan ganti aku yang bakal disini"

Alvian terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang ada

"Waktu itu umur aku 5 tahun, keluarga kami baik-baik saja, mungkin salah aku juga sih, soalnya waktu itu aku coba buat turun tangga sendiri, mommy yang memang ada di rumah kaget dan langsung berlari ke arah aku, aku kaget karena mommy yang dengan cepat gendong aku, tapi sayang nya mommy terpeleset jadi kami jatuh dari lantai 2"

"Kami sama-sama sekarat waktu itu, dokter bilang kalau mommy koma dan aku sadar setelah 3 hari, mommy koma selama 2 minggu berakhir dengan mommy yang udah gak bisa di selamatkan"

"Semuanya berawal dari situ, aku mulai di abaikan, Daddy dan yang lainnya mulai mengacuhkan ku, mereka mulai jarang ada di rumah, bahkan waktu itu Daddy dan yang lainnya pernah pergi dari rumah selama 1 bulan penuh, mereka tak pulang dengan alasan sedang melakukan perjalanan bisinis, setelahnya mereka semua pulang, 2 hari ada di rumah lalu hari berikut nya kembali pergi sampai aku gak tau berapa lama"

Alvian sedari tadi hanya menatap Gavindra yang bercerita dengan tatapan menerawang, tak ada kesedihan di cerita nya atau ia yang tak peka ?

"Waktu itu aku gak sengaja jatuh di kolam yang tinggi nya sebatas dada orang dewasa, seingat aku waktu itu pagi terus aku gak ingat apa-apa, eh tiba-tiba ada disini" Gavindra tersenyum lebar pada Alvian

"Terus aku ada di dalam tubuh kamu kenapa ?" Tanya Alvian sambil menghela nafasnya lelah

"Aku juga gak tau, tapi gak ada tantangan apapun kok, kamu bisa jadi diri kamu sendiri, anggap aja ini hadiah untuk kehidupan kedua kamu"

"Males ah, Daddy kamu ngeselin, anak-anak nya juga kaya setan semua"

Lalu terdengar tawa Gavindra yang mengalun indah

"Aku gak enak hidup dengan tubuh kamu"

"Gak papa, kamu bahagia aku juga bahagia"

Alvian menghela nafasnya pelan

"Eh ? Bukannya kamu cadel ya ? Kok disini enggak"

Gavindra terdiam sesaat seolah tersadar

"Coba bilang Rrrrrrrr~"

"Rrrrrrrrr~" Gavindra mengikuti

"Eh aku udah gak cadel lagi !!" Pekik Gavindra senang membuat Alvian tertawa

"Oh waktu aku udah habis, ini pertemuan pertama dan terakhir kita jadi aku berharap kamu selalu bahagia"

"Selamat tinggal Alvian, selamat atas kehidupan kedua mu"

Gavindra (Tamat) ✔️Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ