XXXI

28 0 0
                                    

Getaran ponsel di saku roknya membuat Fla tersentak kaget. Ia melirik sedikit layarnya dan melihat notifikasi pop-up dengan heran. Ia mengangkat wajahnya menatap Reyhan. Pemuda itu sedang duduk berhadapan dengan Rena di lobi bioskop sambil tersenyum lebar. Sepertinya Rena sedang membicarakan sesuatu. Fla tidak bisa mendengar jelas karena suara Rena juga tidak keras juga ia berada di meja lain dengan Helqi dan Ilham.

Topik hangat saat ini adalah; 'Jadi kita nemenin Reyhan dan Rena pacaran, nih?'. Helqi yang menyeletuk begitu dan diamini oleh Ilham. Mungkin Ilham sebal karena dia disuruh enyah oleh Rena. Iya. Literally  'ENYAH'.

Beberapa menit yang lalu...

"Ilham, gue duduk di situ." Rena menunjuk Ilham yang sudah duduk nyaman di pojok kursi lobi sambil mengeluarkan ponselnya, siap berselancar di dunia maya.

"Ih. Sana aja lah sama Reyhan!" Ilham menunjuk kursi di depannya yang terhalang meja. Karena keributan kecil itu otomatis membuat Fla, Helqi dan Reyhan berdiri seperti antre sembako.

"Gue mau di sini." Rena menyimpan tasnya di atas meja, menandai teritori.

Dengan dengus kesal Ilham beranjak dan Rena pun duduk tanpa bergeser, padahal kursi panjang itu bisa muat untuk tiga orang. Reyhan segera maju untuk duduk di sebelah rena sementara Helqi dan Fla lagi-lagi masih mengantre karena mempersilakan Ilham duduk duluan di seberang meja. Tetapi gerakan baris mereka terhenti ketika sekali lagi Rena menunjuk kursi di seberangnya dengan angkuh.

"Ilham jangan di situ. Reyhan di situ."

"Rena ini kursi gede loooh! Kita berlima bisa cukup duduk satu meja doang!" Ilham berkata gemas.

"Oke. Silakan aja kalau lo mau duduk di sana. Kalau lo gak keberatan jadi kambing conge." Rena mengangkat bahu dengan judes sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, berlagak tidak peduli.

"Ya ampun! Terus gue kudu nyari tempat lain gitu? Kan penuh, Rena!" Ilham masih berkata gemas sementara Fla dan Helqi dalam diam sepakat bahwa mereka tidak akan ikut-ikutan karena bisa dibilang mereka bukan pribumi, Reyhan yang punya hajat.

"Ya terserahlah! Yang penting lo enyah dari meja ini." Rena mendengus kesal seakan-akan Ilham yang bodoh dan tidak bisa berpikir.

Dan begitulah pada akhirnya mereka bertiga duduk terpisah dan terpaksa berdesakan menempati meja bundar kecil yang harusnya hanya cukup untuk dua orang. Fla mengerutkan dahinya, mengecek kembali isi chat di ponselnya. Benar-benar dari Reyhan. Kok bisa pemuda itu mengiriminya pesan padahal di hadapannya ada 'pacar'nya?

Ke toilet bntra. Aku nyusli.

Typonya banyak banget! Fla mengamati lagi Reyhan dan kali ini ia mengerti, satu tangan Reyhan sepertinya ada di kolong meja untuk mengetik pesan makanya banyak sekali saltik. Memanfaatkan Helqi dan Ilham yang mulai akrab karena mereka sepertinya sama-sama sebal pada Rena, Fla berdiri dan izin ke toilet.

Tanpa melirik Reyhan sedikit pun, Fla berjalan ke arah toilet pelan-pelan. Di ujung pojok bioskop ada tulisan kecil toilet dan tulisan EXIT menuju ke tangga darurat. Fla berhenti sebentar di depan tanda itu sambil mengecek lagi ponselnya, mau memastikan apakah Reyhan bisa lepas dari Rena. Tapi belum sempat ia mengirim pesan, tiba-tiba tangannya ditarik dan sedikit berlari seseorang yang menarik tangannya itu mengajaknya ke balik pintu EXIT.

Ketika pintu berdebam tertutup ia bisa melihat wajah Reyhan yang terlihat sedikit khawatir. Napasnya sedikt terengah, sebelah tangannya disimpan di pinggang sebelah lagi bertumpu di dinding sebelah kepala Fla.

"Kenapa, Re?" Fla menggeser sedikit tubuhnya ke samping agar jaraknya tidak terlalu dekat dengan Reyhan.

"Tadinya bukan Rena."

"Hah?"

Way Back to YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin