LXI

3 0 0
                                    

Fla dan Reyhan duduk di dalam mobil Reyhan di pelataran parkir. Kesunyian membuat suasana hari itu lebih tegang. Reyhan menarik, lebih tepatnya menyeret, Fla ke mobilnya karena gadis itu terlihat matanya mulai berkaca-kaca. Niatnya, Reyhan akan menjelaskan perasaannya yang tidak menentu itu akhir-akhir ini. Dia mau meminta maaf atas segala kesalahannya, juga kata-katanya yang ia sadari agak sedikit kasar. Dia menyadari bahwa putusnya mereka juga bukan murni Fla yang salah seperti yang ia katakan sore itu. Reyhan juga punya salah.

Sementara Fla menangis dalam diam sedang meratapi nasibnya yang sial. Sudah cukup Helqi mengusik hidupnya sekarang, padahal ia pikir ia akan baik-baik saja bersama Helqi. Reyhan malah menambah kemalangannya dengan mengatakan masih sayang? Rindu? Fla terpuruk, meratapi kesalahannya, memohon pada Reyhan untuk kembali, tapi apa? Ia merasa dipermainkan sekarang. Ia tidak yakin dengan apa yang Reyhan katakan.

"Re..." Fla berkata dengan lirik dan Reyhan langsung mendongak. "Tolong jangan jadiin aku cadangan karena kamu lagi bosen aja. Aku ini tulus lho, mau temenan sama kamu. Enggak ada maksudku untuk balik sama kamu. Kamu sendiri kan yang bilang kita bisa temenan lagi kayak dulu kalau perasaan kita udah lurus."

"Aku gak bosen, La..." Reyhan mulai membantah.

"Itu tiba-tiba kamu bilang kangen sama aku apa? Kamu udah gak ada Rena, gak lagi deketin cewek. Kamu cuma bosen, kebeneran aku ada." Fla menghela napas menghapus air matanya.

"Tapi setiap aku deket sama cewek, pasti aku selalu bandingin sama kamu." Reyhan masih berusaha membantah.

"Kamu yang minta aku lepasin kamu, kan?" Fla menoleh, tubuhnya diputar agar menghadap Reyhan. "Kamu bukan kangen sama aku, kamu cuma kangen sama kenangan kita aja, Re."

Reyhan terdiam. Ia juga pernah memikirkan itu. Tapi kalau memang ia hanya merindukan kenangan manisnya dengan Fla, kenapa kenangan buruk pun tetap membuatnya merindukan gadis di hadapannya ini? Tapi ketika ia mau membantah lagi tiba-tiba Fla meraih tangannya dan menggenggamnya dengan erat.

"Kamu pasti ketemu kok, sama cewek yang sesuai kamu mau." Fla tersenyum kali ini. "Masih banyak cewek di dunia, Re. Enggak mesti sekarang banget kan?"

"Aku enggak akan minta balik sekarang, kamu juga punya pacar." Reyhan menghela napas, sedih. "Tadi juga aku emang gak ada niat nyatain atau apa, tapi entah kenapa aku ngomong gitu aja setelah liat kamu, setelah kamu milih buku itu. Aku ngerasa aku udah terlalu egois waktu itu. Aku keterlaluan ngomongnya sama kamu..."

"Kamu merasa bersalah karena omongan kamu waktu kamu minta putus?" Fla menatap Reyhan lembut.

"Iya..."

"Mungkin itu masalahnya, Re. Kamu merasa bersalah karena sekarang kita temenan lagi. Kamu ngerasa udah ngomong kasar makanya kamu gak enak. Bukan karena kamu masih sayang aku?" Fla mengangkat kedua alisnya.

"Gak... La... aku ngerasa sayang sama kamu. Saat ini. Sekarang juga. Aku denger omongan kamu kemarin di telepon sama Helqi. Entah kenapa aku yakin kamu bakal sendirian hari ini. Entah kenapa aku yakin kamu bakal nelpon aku untuk datang hari ini. Aku udah siap pergi dari pagi. Makanya waktu aku liat status kamu aku langsung pergi. Untuk kamu."

Reyhan menatap Fla yang mulai memalingkan wajahnya ke arah lain. Sebetulnya Reyhan tidak mengerti dan merasa sedikit kecewa. Ia pikir Fla akan dengan senang hati kembali ke pelukannya sesaat setelah Reyhan menyatakan perasaannya. Bukankah Fla yang masih menyukainya bahkan setelah mereka putus? Setidaknya itu yang diisyaratkan oleh Ilham. Tapi melihatnya berusaha meyakinkan kalau perasaan Reyhan hanyalah sisa dari hubungan mereka, Reyhan jadi ciut.

"Re. Mungkin kamu bener," Fla menunduk. "Kalau perasaan kita belum lurus..."

"La... enggak..."

"...kita enggak bisa untuk temenan."

"Enggak, La..." Reyhan menjatuhkan kepalanya di atas tangan Fla yang sedang menggenggam tangannya. Tidak percaya kalau kata-katanya sendiri pada akhirnya yang menusuk hatinya saat ini. Apakah ini yang dulu dirasakan oleh Fla? Dan gadis itu masih mau berteman dengannya setelah ia menyakitinya sedemikian rupa? Kata-katanya yang kasar saat putus, dingin sikapnya setelah putus...

"Kamu bisa, Re." Fla menyimpan keningnya di bagian belakang kepala Reyhan, yang kalau dilihat orang luar pasti malah aneh karena mereka menumpuk-numpuk kepala seperti itu.

"Kamu enggak ada rasa lagi sama aku?"

"..."

"..."

"..."

"La... kamu gak ada perasaan sama sekali sama aku sekarang?" Reyhan mengangkat kepalanya dan otomatis Fla pun melakukan hal yang sama. Ia menatap Fla yang kini berusaha melepaskan tangannyadari Reyhan. Tapi Reyhan menahannya, ia merasakan tiba-tiba ada harapan. "La... jawab."

Fla mendongak menatap Reyhan dengan matanya yang kembali berkaca-kaca.

"Jujur, Re. Setiap sama kamu, aku punya perasaan yang kuat. Tapi aku enggak tahu apa," Fla segera menambahkan kalimat terakhir ketika Reyhan mau memotongnya. "Rasanya kadang sakit, kadang ngilu, kadang... aku masih suka deg-degan kalau kamu terlalu deket atau terlalu perhatian. Tapi aku enggak tahu, apakah emang aku masih berharap sama kamu, atau aku cuma inget aku pernah jatuh cinta sama kamu.

Susah payah aku berusaha lupain kamu. Ketemu Haikal, ketemu Helqi... semuanya masih dalam usaha meluruskan perasaanku sama kamu. Tapi kalau kamu kayak gini, usahaku nanti malah sia-sia, padahal aku udah mulai buka hati sama orang lain. Tolong biarin aku jalanin proses ini, Re."

Fla menarik tangannya dari Reyhan dan kali ini Reyhan melepasnya dengan air mata mengalir di matanya. Ia merasa kini Fla akan lepas selamanya.

Way Back to YouWhere stories live. Discover now