LVIII

2 0 0
                                    

"Mau liat foto orang ganteng, ga?" Reyhan menyambut Fla yang baru saja memasuki mobilnya sambil menatap ponselnya sendiri.

"Hah?" Fla bengong.

"Nih, liat, deh!" Reyhan menunjukkan ponselnya pada Fla.

Fla mengambil ponselnya sementara dia sendiri mulai bergerak melajukan mobilnya. Hari ini rencananya mereka mau belajar bersama di rumah Reyhan. Reyhan melirik-lirik Fla yang sedang tersenyum menatap foto yang diberikannya.

"Siapa yang foto? Kok bagus banget?" Fla menatap Reyhan sambil tersenyum lebar. "Udah aku kirim ke hape aku ya!"

"Sandra." Reyhan memutar stirnya untuk belok.

"Oh." Fla bereaksi sangat pendek sehingga Reyhan menoleh dan mendapati Fla mukanya langsung datar dan menyimpan ponsel Reyhan di kotak recehan di tengah. "Dalam rangka apa?" Masih dengan ekspresinya yang datar Fla bertanya tapi matanya melirik ke arah lain.

"Katanya dia mau bikin foto profile band, jadi motoin kita semua."

"Kok foto kamu mah candid? Harusnya foto profil mah jelas dong?" Fla masih dengan nada dinginnya.

"Katanya aku bagusan kalau foto candid." Reyhan mulai menyadari ada yan tidak beres karena senyum Fla hilang sepenuhnya.

"Oh." Fla menatap ke luar jendela dan berdiam diri.

Reyhan menghela napas pelan, ini pasti cemburu lagi, deh. Karena Fla yang biasanya bawel gak mau diem tiba-tiba menutup bibirnya rapat-rapat seperti kerang. Reyhan menepikan mobilnya tiba-tiba tapi Fla masih bergeming.

"Kenapaaaa?"

Lalu dengan satu pertanyaan, pertengkaran itu tidak bisa dielakkan. Reyhan kesal. Sandra dan Tiara tidak menyukainya seperti apa yang dikatakan Fla. Dan Sandra hanya ingin menjadikan band ini adalah band sekolah yang bisa tampil di acara internal sekolah, makanya dia tidak mau tergantung pada Fla. Foto itu benar-benar untuk profil band mereka saja dan dia difoto ketika upacara bendera karena Sandra anak kelas sebelah, hanya punya kesempatan memotretnya ketika mereka di luar.

"Foto itu pake perasaan, Re." Itu alasan Fla saat itu. "Dia mikirin angle dan cahaya yang pas, dia lama banget merhatiin kamu di kamera. Apa itu kalau bukan suka?"

"Gak ada hubungannya tau, La! Kamu tuh cuma gak suka aja aku punya kegiatan yang enggak ada kamu di dalamnya, iya kan? Kenapa, sih? Sandra sama Tiara itu cuma temen biasa yang sama-sama suka musik, suka band!"

Dan pertengkaran itu tidak berakhir sampai sana. Pertengkaran itu berakhir sampai Reyhan dan Ilham  mengundurkan diri dari band.

Reyhan menghela napas. Langkahnya terhenti hanya karena pacarnya yang ngambek. Reyhan gerah. Kenangan-kenangan itu yang pada akhirnya membuatnya ingin lepas dari Fla. Tetapi kali ini entah kenapa kenangan itu membuatnya tersadar betapa ia telah membuat Fla tersudut karena terus-terusan membela Sandra dan Tiara. Kalau saja saat itu ia tidak membela kedua gadis itu apakah Fla akan terus marah-marah setiap Reyhan mau latihan band?

"Ah, si Sandranya aja gak bener. Waktu kita mau manggung di acara PORAK waktu itu dia malah ngajuin lagu yang cuma duet vocal ama gitar doang." Ilham mendengus ketika Reyhan menyatakan dia menyesal mereka harus keluar dari band karena ia cape harus berseteru setiap latihan dengan Fla.

Reyhan menggelengkan kepalanya, mengusir kenangan-kenangan itu.

***

Fla menelusuri poster-poster di bioskop siang itu. Dalam rangka menunggu Helqi datang, ia mulai memilih duluan agar tidak usah buang waktu. Helqi bilang sebentar lagi dia akan berangkat dari rumah sakit dan Fla pesan dulu filmnya karena takut kemalaman kalau menunggu Helqi.

Akhirnya setelah Fla mengantre untuk membeli tiket bioskop segera ia mengantre juga untuk beli camilan. Lalu ia kembali duduk di ruang tunggu sambil mebaca buku. Ketika suara pengumuman terdengar, ia melirik jamnya. Sudah dua puluh menit berlalu ketika Helqi bilang akan berangkat tapi ternyata belum datang juga. Fla menghela napas, ia memasuki studio sendirian, ia bisa pergi keluar sebentar kalau Helqi menyusul dan sudah ia pastikan dengan petugas bioskop.

Tetapi sampai film usai Helqi tak kunjung muncul. Fla melangkah keluar studio dan berjalan ke arah kamar mandi. Ia tidak bisa menahannya lagi, ia ingin menangis. Dan sambil memeluk dirinya sendiri ia menangis dalam diam di dalam bilik kamar mandi. Setelah ia puas menangis, ia menatap dirinya dalam cermin. Matanya sembap, hidungnya merah, rambutnya sedikit berantakan.

Apakah sekali lagi aku akan bergantung pada orang lain? Fla menatap bayangan dirinya dalam cermin. Hubungannya dengan Reyhan telah menunjukkan betapa rapuhnya ia ketika terlalu bergantung pada orang lain.

Fla berjalan keluar kamar mandi dan memutuskan hari ini ia akan bersenang-senang dengan dirinya sendiri. Setelah berfoto dengan tiket film HOME dan mengunggahnya di statusnya, ia berjalan menuju toko buku. Kapan lagi ia bisa menenggelamkan diri di dalam toko buku sesukanya tanpa harus khawatir ada orang yang bosan menunggunya menelusuri setiap rak buku?

Dengan riang ia menelusuri dulu rak-rak alat tulis. Pensilnya sudah habis, butuh baru. Ia mengambil isi pensil dan menuju rak pulpen. Sepertinya dia ingin pulpen warna-warni untuk buku jurnalnya. Lalu ia melihat-lihat rak alat lukis dengan takjub, suatu hari ia bertekad akan membelinya dan membuat karya master.

Sambil memegang belanjaannya, ia menelusuri rak-rak buku di sana. Tidak tahu sudah berapa lama ia mengambil sebuah buku yang judulnya menarik, atau sampulnya menarik, membaca bagian belakang buku dan menyimpannya kembali. Kalau ada buku yang ingin dia beli ia kembali kan buku itu ke rak dengan posisi terbalik agar ia bisa kembali lagi setelah memutuskan mau membeli buku yang mana.

Saat Fla sedang asyik membaca bagian belakang buku yang entah ke berapa, tiba-tiba ia merasakan bahunya diketuk oleh seseorang dari belakang. Fla menoleh dan membelalakan matanya.

"Hai." Sapa orang itu.

Way Back to YouWhere stories live. Discover now