Lima..Lima..

4.1K 287 69
                                    

Aku udah pernah bilang kalo devnay dilanjut sampe sikembar mungkin genre nya agak 'gore' kalau yang baca novel juga pasti tau di ending kalau ada dijelasin penyakit mental itu bisa nurun. Jadi aku kasih warning kalau gak suka sama after devnay baca saja sampe Devnay relationship goals ya, jangan lupa baca story baru aku juga judulnya "LYSANDER".

 Jadi aku kasih warning kalau gak suka sama after devnay baca saja sampe Devnay relationship goals ya, jangan lupa baca story baru aku juga judulnya "LYSANDER"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nayra berusaha menahan tangisnya melihat anaknya.

Anak sekecil ini masih terlalu dini untuk dihadapkan kepada psikiater.

"Devran." Tangis Nayra pecah, dia bahkan tidak sanggup untuk menasehati apalagi memarahi Devran.

Melihat mama nya menangis Devran semakin menundukkan kepalanya, kedua tangannya terkepal disamping tubuhnya. Tapi Devran sama sekali tidak menyesali perbuatannya.

"Mama yang salah, Mama tidak ajarkan hal benar sama Devran."

Devran semakin mengepalkan kedua tangannya. Ia lebih suka jika Mama nya memarahinya atau memukulnya, tapi Nayra tidak akan melakukan itu, baginya Devran masih terlalu kecil.

Bagi Nayra walau Devran masih selalu dianggapnya anak kecil tapi Devran selalu bersikap lebih dewasa dibanding anak sesusianya, selalu bisa di andalkan dan tidak pernah nakal, walau tidak manja seperti adik nya, tapi Nayra selalu mencurahkan kasih sayang yang sama pada Devran.

Devran dibesarkan oleh kasih sayang, kenapa Devran masih sama seperti masa kecil Devano? Ini salah nya sebagai ibu, pasti dia kurang dalam menjaga Devran karena merasa Devran sudah cukup pintar.

Melihat Devran hanya menunduk, Nayra terduduk ke lantai membayangkan anaknya harus dibawa pergi dan dijauhkan darinya. Akhirnya Devran tidak bisa melihat Mamanya seperti itu.

"Mama, I'm Sorry. Tolong jangan menangis."

Nayra memegang tangan Devran.

"Kenapa Devran melakukannya? Siapa yang mengajari Devran seperti itu?"

"Mama.."

"Apa Devran melihat Papa?"

"No, Mama."

Devran mundur lagi, dia tidak ingin menjawab apapun pertanyaan orang - orang tapi dia tidak rela mama nya menangis.

Nayra tau Devran selalu melihat Devano sebagai sosok yang hebat.

"Nay udah." Venesia muncul menggunakan kursi roda.

"Mama!" Deviandra muncul dari balik kursi roda Venes sambil tertawa lebar.

"Loh?" Devi berlari menghampiri Nayra, Nayra buru - buru menghapus air matanya.

"Mama kok nangis?"

Nayra tersenyum pada peri kecilnya. "Mama kelilipan."

"Masa? Kok air matanya banyak."

"Mana? Gak ada tuh air mata Mama."

Deviandra menelengkan kepalanya meneliti wajah Nayra, benar Nayra tidak menangis.

After Devnay Where stories live. Discover now