Wonderwall 1.2

80 5 0
                                    

Aku dan Pak Jeffrey sampai dikantor dengan selamat, kami beberapa kali saling bertatap mata dan membalas senyum masing-masing, hingga akhirnya setelah meninggalkan lift kami berpisah ke ruangan masing-masing.

Saat aku menuju ke ruang kerjaku aku melihat Tito dan Kana sudah menunggu di mejaku. Aku yakin mereka sudah menunggu di mejaku pasti ingin mencecarku dengan banyak pertanyaan mengenai hubunganku dengan Pak Jeffrey.

Akupun tiba di mejaku duduk manis sambil menghidupkan komputerku, Tito dan Kana masih memperhatikanku tanpa bicara, akupun juga diam menganggap tidak terjadi apa-apa.

Setelah kurang lebih 5 menit Kana memulai pembicaraan karna tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Lo sejak kapan deket sama Pak Morgan?" ujar Kana sambil duduk di dekatku dan menatap wajahku dengan serius.

"Hooh, kok kita gak tau kalau kalian dekat?" tambah Tito.

"Aku gak tau, tiba-tiba aja waktu itu kita nongkrong bar-"

Belum selesai aku menyelesaikan ucapanku Kana memotong.

"What? seriously? kalian udah pernah hang out bareng diluar Kantor?" ujar Kana.

"Belum selesai Na, jadi waktu itu aku lagi di cafe ngerjaiin kerjaan sampingan terus tiba-tiba ada Pak Jeffrey, dia notice kalau aku karyawan dia, dia gabung deh sama aku terus kita banyak ngobrol, terus makan bareng, terus dia anterin aku pulang terus tukaran no telpon." jelasku.

"Oh my god, sudah sejauh itu?" ujar Kana.

"Sejauh apaan si? normal aja kan buat temen" ujarku.

"Normal apaan, pantes aja Pak Morgan sering anter Risolnya si Galih ke sini rupanya ini maksudnya" ujar To.

"Eh iya bener To" ujar Kana setuju.

"Lo ada rasa sama Pak Morgan?" ujar Kana bertanya padaku.

"Aku masih gak tau, tapi aku nyaman sih sama beliau" jelasku.

"Pak Bront dari lantai 22 gimana?" ujar Tito.

Akupun terdiam.

"Hayoloh" ujar Kana.

"Gue sih ga masalah ya masalah umur karna gue paham banget lo doyannya yang mateng-mateng, tapi bukannya umur kayak Pak Morgan harusnya udah punya istri & anak ya?" ujar Tito.

"Eh iya, lu dah tau background dia?" tambah Kana.

"Aku gak tau, aku gak pernah tanya-tanya soal private lifenya dia kan kita cuma deket gitu-gitu aja, lagian ga boleh geer, kali aja selama ini Pak Jeffrey baik ke aku karna dia taunya aku di Jakarta sendirian" jelasku.

Kana dan Tito terdiam.

"Tapi kayaknya lu mesti yakinin aja sih" ujar Tito.

"Iya Val" ujar Kana setuju dengan ucapan Tito.

"Iya" jawabku sambil mengangguk pada mereka berdua.

"Yaudah, ntar lanjut lagi, gue balik dulu ke ruangan gue ya" ujar Kana berpamitan.

Aku dan Tito melampai pada Kana, dan kamipun memulai pekerjaan kami.




Dua jam berlalu, dan Pak Jeffrey memanggil beberapa pegawai untuk pergi ke ruang rapat untuk membahas evaluasi. pegawai-pegawai yang di panggil itu termasuk Kana, aku dan Tito.

Saat aku masuk ke ruangan aku menemui Pak Jeffrey sedang berdiri bergurau dengan Pak Anthony kepala department supervisor.

Saat aku masuk ke ruangan aku menemui Pak Jeffrey sedang berdiri bergurau dengan Pak Anthony kepala department supervisor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Finding Mr Right • Jeffrey Dean Morgan •  Bront Palarae•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang