R-03

1.4K 264 17
                                    

Awas! Typo bertebaran

Raven melihat orang-orang yang berada di depannya dengan tatapan datar dan perasaan dejavu.

Raven merasa apa yang ia lihat saat ini mengingatkannya pada kehidupannya dulu sebagai reandra kenzie. Waktu raven pertama kali bertransmigrasi ke dunia novel ini dan bertemu dengan anggota keluarga wiracana yang mengabaikannya dan lebih peduli dengan arila si nenek lampir.

Bedanya, sekarang raven bukan menjadi rean si bungsu yang di abaikan oleh keluarganya. Melainkan sebagai raven, seorang anak yatim piatu yang belum pasti identitasnya.

Raven belum mau mengakui jika dia bertransmigrasi sebagai anak haramnya adik deric. Mengingat jika belum ada bukti pasti atas kemungkinan itu.

Lagipula, jika memang sudah ada bukti sahnya. Raven tetap tidak akan mau mengakui adik deric sebagai ayahnya. Karena raven tidak ingin terjebak di dalam keluarga wiracana yang terkutuk ini.

"Gue harus segera pergi dari sini!"ucap raven. Dia sudah memutuskan dan bertekad untuk pergi meninggalkan mansion dan keluarga wiracana. Sebelum keluarga ini mengetahui identitasnya dan membuatnya terjebak di keluarga ini lagi.

Raven melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu keluar. Mengabaikan tatapan dari para bodyguard yang melihatnya dengan tatapan datar.

Melihat reaksi para bodyguard yang tetap diam di tempatnya tanpa menghentikan raven seolah memberitahukan jika statusnya saat ini masih aman.

Karena jika mengingat masa lalunya sebagai rean, keluarga wiracana memiliki kebiasaan buruk untuk menahan seseorang yang terikat dengan mereka bahkan sampai ketahap yang di luar fikiran. Dan raven tidak ingin memikirkan hal itu sekarang.

Raven terus berjalan mencari pintu keluar mansion yang entah perasaanya saja atau memang benar jika mansion keluarga wiracana telah sedikit berubah? Masalahnya seingat raven, mansion wiracana tidak sebesar dan seluas ini. Ditambah banyak ruangan-ruangan baru yang tidak sama seperti dulu.

Hingga membuat raven lelah berjalan dan memilih untuk masuk kedalam sebuah kamar dengan pintu berwarna emas yang mewah dan kokoh yang tidak terkunci.

"Kamar siapa ini? Perasaan dulu nih kamar nggak ada deh"ucap raven saat matanya melihat kedalam kamar yang ia masuki saat ini.

"Oh, mungkin ini kamar barunya si---REAN?!"teriak raven ketika matanya melihat ke arah tempat tidur dimana di sana terdapat tubuh dari reandra kenzie wiracana atau mantan tubuhnya dulu berada.

Raven dengan cepat berjalan mendekat ke tempat tidur di mana rean terbaring tidak sadarkan diri dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya yang kurus dan pucat.

"Gilak! Ini beneran si rean?!"ucap raven tidak percaya. Karena raven berfikir jika rean sudah mati setelah ia menolak untuk kembali ke mantan raganya ini.

"Gue kira lo udah mati woy!"lanjut raven dengan menyentil kepala rean tanpa rasa bersalah.

"Batu banget sih lo jadi orang? Mau sampai kapan lo bertahan di keluarga ini?! Nggak capek apa lo sama apa yang udah terjadi?"ucap raven yang sudah duduk di kursi yang tersedia di sebelah tempat tidur rean.

"Gue aja ogah balik lagi ke keluarga ini. Makannya sekarang gue mau kabur! Tapi elo? Mau-maunya bertahan"ucap raven dengan santainya.

Raven berdiri dari duduknya.
"Udah ya, gue pergi dulu. Baek-baek ya lo disini"ucap raven sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar tempat rean berada.

"Saran gue nih re, mending lo nyerah aja deh. Soalnya gue ogah balik lagi ke tubuh lo itu"ucap raven saat ia sampai di ambang pintu keluar sebelum raven keluar dan menutup pintu kamar rean yang tidak merespon sedikitpun apa yang raven katakan kepadanya.

Setelah keluar dari kamar rean, raven kembali melangkahkan kakinya mencari pintu keluar mansion yang sampai sekarang belum juga ketemu.

"Mana sih pintu keluarnya? Perasaan dari tadi nggak ketemu-temu? Jangan sampai gue loncat dari jendela balkon gara-gara nggak nemuin pintu keluar!"ucap raven yang mulai emosi karena tidak menemukan pintu keluar mansion sejak tadi.

"Heran, hobi banget buat rumah segede gaban! Bikin susah orang aja!"ujar raven lagi dengan perasaan dongkol di hatinya.

Sibuk mengomentari mansion wiracana, raven sampai tidak menyadari kehadiran dari seorang lelaki yang melihatnya sejak keluar dari kamar rean dengan tatapan tajam dan dinginnya.

"Siapa? Kenapa bisa ada di dalam mansion ini? Bahkan berani masuk kedalam kamar adikku"ucap lelaki itu yang membuat rean seketika terdiam saat mendengarnya.

Mam to the phosss! MAMPOSSS! Kenapa dari banyaknya manusia di bumi ini, raven harus bertemu dengan manusia paling tidak ingin dia temui?! Siapa lagi jika bukan mantan kakaknya yang bernama Destian Agra Wiracana! Si manusia paling menyebalkan semuka bumi ini!

"Eh, anu...itu...gue cuma numpang lewat kok. Tadi kesasar terus nggak sengaja masuk kamarnya adik kakak. Suer! Gue nggak sengaja sia-kok!"ucap raven dengan tergagap karena gugup. Raven itu anak baik, jadi dia selalu gugup kalo ngomong bohong. Bawaaanya ingat dosa gitu kayak sekarang. Beda lagi kalo itu rean.

"Siapa nama mu?"tanya destian to the point. Dia itu paling males basa-basi. Tapi entah kenapa destian merasa penasaran dengan raven yang tiba-tiba saja berada di dalam mansionnya dan berani masuk kedalam kamar adiknya.

Ditambah penampilan raven yang seperti gelandangan di pinggir jalan yang sering ia lihat setiap destian berangkat kerja. Membuat destian semakin penasaran dengan raven.

Masksudnya, siapa yang berani-beraninya memasukkan gelandangan ke dalam mansionnya! Membuat sakit mata saja! Begitulah kira-kira isi fikiran destian dan juga beberapa bodyguard yang berjaga.

Kalian pasti bertanya-tanya kenapa para bodyguard tidak mengusir raven keluar mansion? Itu semua karena bodyguard itu tidak di perintahkan untuk mengusir raven oleh tuan mereka. Ditambah jika raven di bawa masuk oleh salah satu anggota keluarga, membuat mereka tidak berani mengusir raven kecuali jika raven melakukan sesuatu yang membahayakan anggota keluarga di dalam mansion. Barulah mereka akan bertindak dan mengusir raven atau mungkin melenyapkannya.

"Na-namaku raven...om?"jawab raven yang seketika membuat destian sedikit kesal mendengarnya.

Hey, memangnya destian terlihat setua itu kah sampai-sampai bocah burik seperti raven berani memanggilnya 'OM'!? Destian bahkan masih  di bawah tiga puluh tahun. Masih terlalu muda untuk di panggil om!

"Hanya raven? Tanpa nama kepanjangan?"tanya destian lagi yang membuat raven rasanya ingin berteriak ' dasar kepo!' kepada destian. Memangnya buat apa destian tau kepanjangannya? Heran, jadi orang kok kepoan.

"Iya cuma it-!"

"REAN!!!"

•••


🐦Tbc.

Jangan lupa
Vote+comen+follow me🐥
🦊

:::

Figuran Matre 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang