R-04

1.6K 269 20
                                    

Awas! Typo bertebaran

"REAN!!!" Destian dan raven seketika terdiam dan melihat ke arah asal suara itu berasal.

"Adek?!"ucap destian yang segera pergi meninggalkan raven ke kamar rean dengan wajah khawatirnya.

Melihat destian yang pergi meninggalkannya. Raven hanya terdiam tanpa ada niatan untuk mengikuti destian.

Sebenarnya raven juga penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi firasatnya entah kenapa tidak enak. Jadi daripada terjadi hal yang buruk, lebih baik raven segera pergi dari mansion wiracana. Karena selama ini, firasatnya raven tidak pernah salah dan selalu benar.

"Firasat gue nggak enak nih. Mending sekarang gue buruan kabur dari tempat ini sebelum hal buruk terjadi"ucap revan dan segera melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mansion wiracana.

•••

Meninggalkan raven, sekarang destian telah berada di dalam kamar milik rean bersama dengan para anggota keluarga wiracana dan smith yang juga menghawatirkan keadaan rean saat ini.

"Apa yang terjadi dengan adek?"tanya destian pada jean yang berdiri di sebelahnya.

"A-adek akhirnya sadar bang"jawab jean kepada destian. Mendengar jawaban dari jean, destian segera mendekati tempat tidur dimana rean berada dengan perasaan senang.

"Ma, apa benar adek udah sadar?"tanya destian kepada celina yang sudah berlinang air mata.

Celina mengangguk, membenarkan ucapan dari destian kepadanya.

"Iya, adek udah bangun. Tapi..."ucap celina dan menutup wajahnya menahan air matanya yang semakin deras mengalir. Membuat destian dilanda rasa bingung.

Bukankah rean sudah sadar? Tapi kenapa celina kembali menangis? Begitulah kira-kira isi fikiran destian. Dan juga, kenapa rean masih tetap memejamkan matanya sekarang? Sebenarnya apa yang telah terjadi?

"Ma?"

Pluk

"Biarkan mamamu disini. Ada yang mau ayah bicarakan"ucap deric kepada destian dan pergi keluar bersama anggota keluarga wiracana dan smith lainnya kecuali celina.

Setelah keluar dari kamar rean, mereka semuapun berkumpul di ruang keluarga.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi sama adek yah?"tanya destian kepada deric yang duduk di sebelahnya.

Deric menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan dari destian.

"Tadi saat kamu pergi, baby memang sempat tersadar dari komanya. Tapi tak berlangsung lama"ucap deric.

"Baby hanya tersadar beberapa menit saja sebelum akhirnya kembali tidak sadarkan diri lagi"lanjut deric yang membuat destian kembali merasa sedih saat mendengarnya.

"Dan selama baby sadar, dia hanya mengatakan kepada kita untuk melindungi raven"ucap deric lagi.

Mendengar apa  yang di katakan oleh deric, destian seketika teringat pertemuannya dengan seorang bocah berpenampilan dekil seperti gelandangan beberapa menit lalu.

"Raven?"tanya destian memastikan jika ia tidak salah mendengar apa yang deric katakan.

"Benar tian, baby memang meminta kepada kita untuk melindungi raven. Tapi masalahnya kita semua tidak tau siapa raven yang baby maksud"balas damian kepada destian.

"Tidak mungkin. Jangan bilang kalo raven yang dimaksud oleh baby adalah bocah gelandangan itu?"ucap destian yang membuat semuanya melihatnya.

"Apa maksud dari ucapanmu tian? Apa kamu mengetahui sesuatu?"tanya deric kepada destian.

Destian melihat deric dan semua anggota keluarganya.
"Sebelum aku menjawab pertanyaan dari ayah. Aku ingin bertanya sesuatu kepada kalian"balas destian.

"Bertanya apa?"tanya arsaka.

Destian mengeluarkan ponselnya dan menujukkan sebuah rekaman cctv saat ia bertemu dengan raven kepada semuanya.

"Apa kalian tahu siapa bocah di dalam rekaman cctv itu?"tanya destian kepada seluruh anggota keluarga.

"Anak ini? Bukankah dia adalah anak yang mommy bawa ke sini karena telah menyelamatkan mommy yang hampir kecelakaan?"balas sofia menjawab pertanyaan dari destian yang penasaran dengan anak yang telah menolongnya.

"Jadi, mommy yang membawa anak ini kemansion?"sofia mengangguk atas pertanyaan dari destian.

"Iya tian. Karena mommy merasa berhutang budi kepadanya jadi mommy membawanya kesini. Ditambah, anak itu juga terluka dan tidak sadarkan diri sebelumnya"ucap sofia menjelaskan alasan kenapa dia membawa raven ke dalam mansion.

Destian mengangguk mengerti
"Lalu, apa mommy tau identitas anak itu?"tanya destian lagi yang di balas gelengan tidak tahu dari sofia.

"Sayangnya mommy belum mengetahuinya"jawab sofia.

"Apa ada masalah dengan anak ini?"tanya sofia. Sebagai orang yang telah membawa raven ke dalam mansion, sofia merasa bertanggung jawab dan juga berhutang budi kepada raven yang telah menyelamatkannya dari kecelakaan.

Destian menggeleng
"Tidak ada masalah dengan anak ini. Hanya saja kemungkinan besar anak inilah yang di maksud oleh baby"ucap destian.
"Karena nama anak ini adalah raven"lanjutnya yang membuat seluruh anggota wiracana dan smith terdiam mengerti dengan ucapan dari destian.

"Bisa jadi. Bukankah tidak ada sebuah kebetulan di dunia ini? Mungkin saja ini memang sudah di takdirkan"ucap rendi mengeluarkan pendapatnya.

"Jika begitu, apa yang harus kita lakukan?"tanya jean.

"Apa lagi? Tentu saja membawa anak itu ke dalam mansion dan melindunginya sesuai permintaan dari baby"balas zendra yang membuat semua orang terdiam.

"Masalahnya, kita belum terlalu mengenal bocah itu zen. Bagaimana jika bocah itu bukan raven yang baby maksud dan ternyata memiliki niat jahat?"ucap destian.

Rendi menghela nafas
"Ya tinggal kita bunuh aja sih. Gitu aja kok repot!"ucap rendi santai.

Damian menggeleng mendengar ucapan dari putra bungsunya.
"Deric, bagaimana menurutmu?"tanya damian kepada deric. Bagaimanapun juga keputusan terakhir ada di tangan deric sebagai ayah kandung dari rean. Walaupun damian juga memiliki kuasa untuk menentukan keputusan di rumah ini sebagaimana kepala keluarga. Tapi deric lebih berhak untuk mengambil keputusan saat ini.

"Menurutku lebih baik kita bawa anak itu untuk tinggal di mansion ini dulu agar kita bisa mengawasinya. Tapi jika sampai anak itu berani macam-macam atau memiliki niat jahat di keluarga ini, maka aku tidak akan segan-segan untuk membunuhnya"damian tersenyum mendengar jawaban dari deric yang sesuai dengan keinginannya.

"Kalian dengar? Jadi cepatlah pergi dan bawa bocah itu kembali kemansion ini"ucap damian dan meminum wine di gelas miliknya.

"Cih, menyebalkan"ucap rendi kemudian berdiri dari kursinya dan pergi keluar mansion untuk mencari raven sesuai perintah dari damian.

Setelah rendi keluar, lalu di ikuti oleh anak-anak deric dan juga anak-anak damian yang lainnya hingga hanya menyisakan deric, damian dan sofia di ruangan itu.

"Apa kau akan memberitahu venicia dan arvigen?"tanya damian.

"Untuk apa? Aku yakin mereka berdua sudah tau"jawabnya deric dan ikut meminum winenya.

"Ngomong-ngomong soal arvigen, apa dia masih mencari wanita gila itu?"damian bertanya lagi.

Deric menghela nafasnya lelah
"Anak itu benar-benar keras kepala! Membuatku pusing saja setiap kali memikirkannya"jawab deric lalu menghabiskan winenya dalam sekali tegukan.

Damian tertawa mendengarnya
"Sama seperti kakaknya"

•••

🐦Tbc.

Jangan lupa
Vote+comen+follow me🐥
🦊

:::

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Figuran Matre 2 Where stories live. Discover now