37. IGNITES >>Dibalik Semua Itu<<

13K 652 11
                                    


Entah sudah berapa botol yang Hery tenggak, dan itu membuat Raga dan Jaglion frustrasi melihatnya.

Satu pukulan sudah Hery layangkan pada Raga yang mencoba menghentikannya menghabiskan minuman beralkohol itu.

Pemuda itu terlihat baik-baik saja ketika siang hari, namun berubah gila di malam hari.

"Yang kehilangan bukan lo doang, setan!" Kesal Jaglion yang kini mengambil botol itu dari tangan Hery. Pemuda itu mencengkeram kuat kerah baju Hery yang sudah mabuk tak berdaya.

"Bangun *nj*ng! Ini nggak akan menyelesaikan masalah!"

Hery menatap Jaglion dengan iba. "Gue ... nggak mau kehilangan sahabat gue lagi," dia tiba-tiba menangis, membuat Jaglion melepaskannya. "Gue nggak mau kehilangan lo dan Raga."

"Kita nggak akan pergi kemana-mana," kata Raga, mencoba menenangkan.

"Selanjutnya siapa? Lion? Gue? Atau lo?" Tangis Hery sedikit histeris. "Candra dibunuh!"

"Kita tau!" Bentak Jaglion. Pemuda itu emosi melihat Hery yang tiba-tiba jadi manusia lemah. "Kita harus cari tau siapa dalangnya, bukan malah kayak gini. Lo mau jadi orang selanjutnya?"

Raga menghela napas. Dia masih menatap foto kebersamaan mereka sambil terus berpikir keras.

"Jangan libatkan orang lain ke masalah ini, apalagi Wilona."

Perkataan Raga membuat Jaglion beralih menatapnya.

"Kenapa tiba-tiba Wilona?"

"Iblis itu tau Wilona juga dekat sama kita," ucap Hery, berhasil membuat Jaglion menelan salivanya.

Hery mengacak rambutnya, frustrasi. "Kita harus apa sekarang?"

"Harus tenang," Raga kini duduk di samping Hery dan merangkul sahabatnya itu. "Harus tenang."

"Mana bisa tenang kalo kayak gini caranya!"

"Lo udah lupa sama kekuatan kita bertiga kalo udah bergabung jadi satu?"

"Gue harus kuliah. Nilai gue harus bagus," Hery kembali berteriak geram. Otaknya seperti akan meledak.

Raga menyenderkan bahunya. Masalah yang dia hadapi kini bertambah satu.

Candra sudah tahu dia jadi target pembunuhan seseorang. Itu mengapa dia berniat kabur ke London sendirian. Dia kira dengan perginya dia semuanya akan baik-baik saja.

Sebelum Candra pergi, dia juga sempat berdiskusi soal ini dengan mereka. Pemuda itu sudah siap meregang nyawa kalau memang hari itu tiba sebentar lagi.

Jaglion dan Raga berusaha meyakinkan Candra kalau semuanya akan baik-baik saja. Namun perhitungan mereka sedikit meleset.

Andai saja jalanan tidak macet hari itu, mungkin Candra masih di sisi mereka sekarang.

Di sisi lain, Jaglion merenung sendirian di dapur. Dia duduk di meja makan sambil memikirkan segalanya.

Sesekali dia menoleh ke arah Raga yang masih menenangkan Hery. Dia menarik napas dalam, memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut.

Ancaman dari masa lalu kini bener terjadi.

Candra memang sudah bersembunyi sejak lama dari orang itu. Mati-matian mereka melindungi Candra, namun akhirnya kalah juga.

Sekarang dia harus bagaimana? Wilona juga terancam terluka.

Jaglion memukul-mukul kepalanya sendiri, merasa bodoh. Harusnya dia tidak menyeret Wilona ke dalam lingkaran hitam ini.

Kalau tau begini, dari awal dia tidak akan mengenalkan Wilona kepada Candra.

IGNITES Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora