46. IGNITES >> Kejujuran Yang Menyakitkan<<

8.2K 533 55
                                    


Sudah 5 hari lamanya Aira tak menjawab telepon dari Jaglion. Gadis itu juga tak mau menemui pemuda itu meskipun Jaglion memohon di depan pintu kamarnya.

Jaglion tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia berpikir dan memutar otak, tapi sepertinya dia tidak melakukan kesalahan fatal yang membuat Aira jadi seperti ini.

Tepat hari keenam Jaglion bersimpuh di depan kamar Aira, gadis itu masih sibuk duduk di depan jendela dengan buku harian yang berisi banyak sekali cerita yang sudah mereka lalui bersama.

Dia benci Jaglion, tentu saja. Pemuda itu adalah salah satu orang yang membuat hidupnya hancur.

Tapi tidak bisa dipungkiri dia juga memendam rasa sayang karena Jaglion tidak seburuk yang dia kira.

Apa? Aku harus apa?

Aira mengusap air matanya yang mengalir ketika mengingat masa lalu yang teramat pahit.

Dia kehilangan segalanya gara-gara keluarga Bahar yang egois.

Dia kehilangan kesuciannya gara-gara teman Jaglion juga.

Tapi pemuda itu bahkan tak mencari tahu korban dari kejahatan keluarga dan sahabatnya, malah sibuk menyembunyikan Candra, si pelaku utama.

Tapi Jaglion juga menyelamatkan hidupnya. Pemuda itu membawa senyum yang membuat harinya tidak pernah suram seperti dulu.

Bagaimana ini? Mana yang lebih penting? Balas dendam atau menjadi orang yang punya hati?

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Dia tahu Jaglion masih di depan pintu dan menunggunya keluar.

Aira memantapkan hatinya, lalu membuka pintu kamar dengan ekspresi wajah yang tenang tanpa senyuman.

(Dialog bercetak tebal=Berbicara dalam bahasa isyarat)

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu kayak gini ke aku?" Tanya Jaglion begitu Aira berdiri di depannya.

Gadis itu tak menjawab, justru berjalan keluar panti dan duduk di bangku taman. Tatapannya masih kosong dan tanpa ekspresi.

"Ra? Semuanya baik-baik aja, kan? Aku bikin salah apa sampe kamu nggak respon aku sama sekali?"

Aira menatap serius mata Jaglion yang menuntut penjelasan.

"Wilona bilang kalian pacaran."

Wajah Jaglion seketika berubah. Dia tertegun sekaligus marah.

"Kenapa kamu nggak jujur sama aku tentang hubungan kalian? Takut aku ninggalin kamu?"

"Bukan gitu, cantik. Hubungan itu nggak penting buat aku. Prioritas aku masih kamu," jawab Jaglion dengan bibir yang tersenyum lembut.

Aira mendengus pelan, kemudian membuang muka. Dia benci mengakui bahwa dia masih punya belas kasihan pada Jaglion.

Gadis itu menatap Jaglion dengan marah.

"Kamu bodoh, ya?"

Jaglion mengerutkan kening saat Aira mengatakan itu.

"Kamu buta? Kamu nggak punya rasa curiga ke aku sedikitpun? Kamu pikir pertemuan kita sebuah kebetulan?"

Pemuda itu tambah bingung. Kenapa tiba-tiba Aira jadi marah seperti ini? Dan kenapa tiba-tiba mengungkit masa lalu?

"Aku nggak ngerti maksud kamu, Ra."

"Ternyata kamu emang bodoh!"

Aira berdiri dari duduknya. Dia berusaha menahan air mata yang hendak keluar setelah memori buruk kembali berputar di pikirannya.

IGNITES Where stories live. Discover now