[IND] ch. 3

48 2 0
                                    

"'Kamu boleh pergi'?"

Alresca tertawa didepan cermin sambil mengepang rambutnya. Wajahnya penuh ekspresi antara kesal dan tidak percaya. Ia mondar mandir di ruangannya untuk meredam kekesalannya.

"Wah, aku sudah menolongnya tetapi si beruang pirang itu justru mengusirku? Tanpa minta maaf? Hah!"

Sudah diputuskan olehnya bahwa mulai detik ini ia akan memanggil pria itu sebagai beruang. Selain itu tubuhnya juga berat sekali, masih beruntung kakinya yang kurus ini bisa menopang beban tubuh sebesar itu.

Alresca menghela napas.

"Yah, aku juga berhutang budi padanya," Gumamnya pelan sambil menatap keluar jendela, gadis ini baru sadar diri.

Lagipula bangsawan memang seperti itu. Sulit mengucapkan kata 'Terimakasih' dan 'Maaf'. Mereka yang merasa harus menerimanya dari orang lain karena terbiasa dijunjung.

Alresca juga terbiasa dijunjung, didepan umum. Dibelakang? Dia juga direndahkan oleh sebangsanya di saat ayahnya tidak melihat.

Aku rindu ayah...

Memikirkan kenangan manis pahitnya menjadi tuan putri kerajaan Amburse ternyata bisa membuat hatinya bergetar sedikit. Ia pikir dirinya bisa membuang kenangan itu dengan lapang dada dan memulai identitas barunya sebagai gadis desa tawanan Cadius. Namun ternyata tidak buruk memiliki ayah dan ibu seperti miliknya. Hanya saja, dunia yang jahat kepada orang tuanya.

Benar, orang jahat memang ditakdirkan untuk hidup karena Tuhan tidak menyukai mereka tinggal di surga.

"Lalu apakah aku bukan orang baik?"

Alresca sekali lagi menghela napas.

Sudah berapa kali ia menghela napas hari ini?

Ini semua karena beruang pirang sombong itu. Suasana hatinya yang selalu baik dalam sebulan ini menikmati bergaul dengan para selir berubah menjadi berapi-api.

Alresca mengumpat dalam hati sambil menunjuk-nunjuk cermin seakan ia berbicara dengan beruang pirang tersebut sebelum seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Nona, seseorang yang ingin bertemu dengan anda."

Seorang pelayan wanita memanggil Alresca. Ia pun langsung merapikan atributnya sebelum beranjak keluar ruangan.

Saat keluar dari kamar, matanya menangkap sosok yang tidak begitu asing. Sepertinya ia tahu siapa sosok itu.

Tubuh jangkung, tangan berotot, dan wajahnya yang memelas. Benar. Itu adalah si penjaga yang tadi gagal membawa kotak obat putra mahkota lalu berakhir meminta bantuan Alresca untuk memurnikan kegilaan sang putra mahkota. Sumber kekesalannya hari ini.

Penjaga itu menoleh saat melihat Alresca keluar dari kamarnya menuju ruang terbuka di paviliun para selir. Pria jangkung itu langsung membungkukkan diri memberikan hormat. Alisnya yang tebal berkerut, bibirnya terbuka tertutup seakan bingung ingin menyapa atau meminta maaf lebih dulu.

"Ah, penjaga yang tadi kan—"

Mendengar Alresca memulai pembicaraan, penjaga itu langsung berlutut dan merangkak memeluk kaki Alresca.

"Nona, saya minta maaf! Saya sungguh tidak tahu diri dan harus merepotkan anda! Saya minta maaf, nona!"

"Tidak apa, aku tidak apa-apa. Cepatlah berdiri..." Alresca menepuk pundak penjaga itu pelan, berharap ia segera berdiri dan mengakhiri momen memalukan ini.

Beberapa pelayan wanita yang mondar mandir mengurus harem melihat Alresca yang dipeluk kakinya oleh di penjaga itu dengan tatapan aneh. Namun si penjaga justru menangis, mencurahkan segala isi hatinya kepada kaki Alresca.

Enthralling LunaticWhere stories live. Discover now