5. Perkenalan pernikahan

10 0 0
                                    

♡♡♡

"Ada apasi ini hp berdering?!" omel Reshel, ponselnya tak berhenti berdering.

Ia mencari keberasaan ponselnya tanpa membuka mata. Menggeset tombol hijau pertanda mengangkat telfon.

"Dengan Reshel cantik manis disiniii, ada apa?"

Suara di sebrang sana berdehem. Reshel reflek duduk seraya membuka mata, langsung melotot. Reshel hafal sekali siapa pemilik suara tersebut.

"Kamu, Kamu Aklana?"

"Gue jemput lo jam sepuluh nanti, langsung fitting baju." ujarnya di sebrang sana.

Sambung terputus dari Aklana yang pagi-pagi buta sudah menghubungi Reshel. Ntah dari mana Aklana mendapatkan nomernya. Tetapi Reshel tak kaget dengan hal itu, Aklana bisa mendapatkan apapun yang dia mau.

Reshel mengucek matanya, meregangkan otot tangannya, beranjak dari kasur mengambil handuk dan segera mandi.

♡♡♡

"Lan, nanti Mamih tunggu di butik aja langsung ya." Kata catrin.

Keluarga Soetona sedang sarapan seperti biasanya.

"Mih, tolong potongin buah melon untuk Papih mih." minta Ramad sang suami.

Catrin yang penurut langsung bergegas ke dapur. Tumben sekali Ramad meminta buah pagi-pagi. Pasalnya di keluarga mereka tidak ada yang menyukai makan buah di pagi hari, makanya kenapa di meja makan tidak di sediakan.

"Aklan." Panggil Ramad, lelaki paruh bayah itu habis menegak kopinya.

Aklan berdehem sebagai jawaban, malas membuka suara.

"Papih tidak bodoh Aklan." Katanya.

Aklan memberi senyum smirknya. Buah memang tidak jauh jatuh dari pohonnya.

"Reshel anak yang manis, jangan kamu apa-apakan dia. Dia tidak salah." katanya lagi. Aklan masih enggan membuka suara.

"Menikah bukan main-main Aklan. Saat kamu di sakiti di dalam pernikahan pun kamu hampir gila."

Kini Aklan sudah menatap Ramad "Bukannya dia harus seperti itu juga?"

"Kata siapa?" Ramad bertanya.

"Kata Aklan." Jawabnya.

"Menikah lah dengan cinta, Aklan." Ucap Ramad hati-hati.

"Aklan tidak cinta Reshel. Siapa lagi yang bisa membalas semuanya?"

Ramad berdiri, tangannya sudah mengapit roko.

Aklan memandangi punggung Ramad yang membelakanginya. Paruh bayah itu siap menasehati Aklan.

"Mungkin kamu tidak akan mendengarkan omongan Papih sekarang." katanya, ia menyesap roko sebelum lanjut bicara.

"Aklan, Menikah bukan untuk di mainkan. Papih yakin, Reshel lambat laun akan mencintai kamu. Begitupun kamu. Kamu akan merasa sakit dengan permainan kamu sendiri. Jangan sampai menyesal, Aklan." Lanjutnya.

RESHEL Where stories live. Discover now