04- Bertemu lagi

12 1 2
                                    


"Apa kau menyadari, jika matamu sangat indah?"
~Akbar~

<(~^^~)>

Karanganyar, Ngawi. 2015


Salwa memutuskan untuk kembali ke rumah setelah kejadian pintu di madrasah tadi. 
Dia menunggu beberapa lama sebenarnya, tapi ternyata Zulfa sedang ke rumah neneknya karena ada saudaranya yang meninggal.

Karena Salwa tidak sebegitunya akrab dengan teman perempuan nya yang lain, dia akhirnya memilih pulang. Ah, sebenarnya itupun hanya alasan. 

Itu karena dia tidak ingin bertemu Akbar. Salwa takut grogi jika bertemu pria itu lagi.
lagipula, teman-teman mereka pasti akan banyak bicara dan menyoraki kami. Karena akhirnya kami bertemu lagi setelah satu tahun yang lalu.

Setelah masuk lewat pintu belakang- karena jika lewat pintu depan, bocah-bocah itu akan langsung tahu. Bagaimanapun, masjid berada tepat di depan rumah neneknya.
Setelah masuk, dia melepas peniti di kerudungnya dan duduk di ruang tamu. Disamping kakaknya, Atina Salsabila.

Dia melirik padaku, memicing matanya. Namun kuabaikan dia dan memakan jajanan di depanku.

"Itu milik ku." katanya. Aku mengedikkan bahu tak peduli dan terus memakan jajan nya.

Beberapa saat kami saling diam, karena tak ada yang harus dibicarakan. Sampai tiba-tiba dia bersuara. "Abah kirim salam untukmu tadi." ucapnya tanpa menoleh.

Aku mengangguk samar. "Wa'alaikum salam." jawabku lirih.

Kukira hanya itu, tidak. Kuharap hanya itu. Tapi tidak setelah kak Salsa melanjutkan ucapan nya. "Ummi meminta kita pulang, besok."

Aku sedikit terkejut. "Besok??"

"Maksudmu benar-benar besok?" tanyaku lagi, berharap jawaban yang berbeda. Namun kak Salsa mengangguk. Itu artinya, dia pulang besok? 

"Kenapa?" tanyaku lagi.

Kak Salsa menghela nafas panjang. "Tanyakan pada ummi, kenapa tanya padaku?"

Aku diam. 

"Kalau begini, kenapa mengizinkan ku kesini kemarin?"

Menaruh jajan di meja, lalu beranjak dari sana memasuki kamar. Merebahkan tubuh di ranjang, berusaha tidur. Dan melupakan semuanya.

. . .

Malam harinya, rupanya di masjid ada pengajian setiap hari minggu. Dan bisa dipastikan semua teman-teman Salwa hadir disana, tentu hanya sekedar mengincar makanan, bukan benar-benar mendengarkan materi yang di ajarkan. Cih memang dasar bocah.

Sedangkan Salwa, dia menatap jendela rumah dengan nanar. Jendela yang menunjukkan penampakan di masjid. Banyak sekali manusia disana, dan yang lebih parah. Kenapa ada Akbar? Seingatnya, sejak dahulu saat dia berlibur disini dan ikut pengajian, Salwa tidak pernah melihat Akbar. Kenapa sekarang dia disana?

Bisakah Salwa pergi saja?

Dia menghela nafas lalu berbalik hendak memasuki  kamar, lebih baik dia tidur saja. Lagipula besok dia butuh energi untuk perjalanan pulang.

Namun, saat tangan nya menggapai gagang pintu, Kak Salsa memanggilnya dari belakang. "Wa, ayo berangkat ke masjid." ucapnya

"Boleh aku tidak ikut?" tanya Salwa. Tapi Salsa menggeleng, "Masjis tepat di depan rumah, semua orang tahu kamu disini. Tidak malu?" jawabnya, lalu dengan segera menyeret tangan Salwa untuk mengikutinya ke masjid.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: a day ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tentang Yang PertamaWhere stories live. Discover now