Part 11

239K 9.7K 94
                                    

"Berjuanglah demi aku. Aku berjanji akan melakukan hal yang sama"

Sudah seminggu sejak musibah jatuhnya pesawat yang tidak ada satu pun korban jiwa selamat, selama itu pula Lery mengurung diri di kamar.

Devward dengan sabar menghibur istrinya terus sampai dia kehabisan akal. Bagaimana tidak? Lery hanya menghabiskan waktunya termenung di kamar. Hanya bergerak jika dia ingin ke kamar mandi, makan pun harus dipaksa.

Sebenarnya Devward tidak suka memaksa istrinya ini-itu, tapi mau bagaimana lagi?

"Sekarang aku yang takut kau meninggalkanku, Sayang," ucap Devward di keremangan kamar mereka. Dia tidak henti-hentinya mengelus kepala istrinya dengan sayang. Sesekali dia mengecup dengan penuh perasaan.

Devward menatap nanar istrinya yang terus menggenggam tangannya seakan takut pergi meninggalkannya. Tubuhnya semakin kurus dan wajahnya pucat. Sudah tidak ada rona merah ketika Devward menggodanya, sudah tidak ada lagi senyum yang biasanya terukir di bibirnya.

Tak jarang saat Devward pulang larut malam karena lembur, dia mendapati istrinya terus saja menangis sampai tertidur.

Devward ikut membaringkan tubuhnya di samping istrinya. Wajah lelahnya sangat jelas terlihat. Dia sangat lelah mengurus perusahaannya dan juga perusahaan orangtua Lery yang kini diambil alih oleh Devward juga. Memang di surat warisan yang sudah disiapkan oleh Jhon, mengatakan bahwa semua hartanya diwariskan kepada Lery.

Untuk sementara, Devward yang menjalankan perusahaan itu sampai nanti Lery siap.

"Seharusnya kau tidak usah bersedih terus seperti ini. Masih ada aku, aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu." Devward mengecup kening istrinya dan menariknya ke dalam pelukannya lalu memejamkan mata lelahnya.

***

Deringan ponsel di atas nakas menyadarkan Lery dari lamunan. Devward sudah pergi ke kantor sejak pagi tadi. Lery melihat nomor asing di layar ponselnya.

"Halo...." ucap Lery lemah.

"Lery, bisa kita bertemu sebentar?" tanya si penelepon.

"Siapa?"

"Ini Govin, kekasih Rindy. Bisa kita bertemu?"

"Baiklah, aku akan menemuimu. Kirimkan saja alamatnya."

"Baiklah."Telepon terputus.

Meletakkan ponsel kembali ke atas nakas, Lery bangkit dari tempat tidur. Lalu dia mengganti pakaiannya.

Lery bergegas menemui Govin ke kafe dekat rumahnya. Mereka tidak bicara banyak, Govin hanya menyerahkan kunci apartemen milik Rindy kepada Lery. Hanya itu. Lery lalu kembali ke rumahnya masih menggenggam kunci apartemen Rindy dengan erat.

Dia terkejut melihat Devward yang berdiri di depan pintu dengan tatapan mengintimidasi, membuat Lery kikuk di hadapan Devward.

"Dari mana?" suara bariton Devward membuka pembicaraan mereka.

"Dari kafe sebelah," ujar Lery masih menundukkan kepalanya.

Devward menarik Lery hingga ke kamar mereka.

"Untuk apa kau menemui pria itu di belakangku?" tanya Devward dingin, "kau mencoba selingkuh dariku, hm?" lanjutnya.

Dari mana Dev tahu kalau aku bertemu seorang pria? batin Lery.

Lery menggeleng, dia mendongak agar bias melihat wajah Devward yang menahan marah. Matanya kini mulai berkaca-kaca. Lery tidak mengerti kenapa Devward menuduhnya seperti itu. Hatinya sakit mendengar ucapan Devward.

My Protective HusbandWhere stories live. Discover now