Emosi dan Momen

20.4K 1.1K 37
                                    

#Xander's POV

"apa urusanmu datang ke sini. Jika tidak penting sebaiknya kau pergi saja. Atau kau ingin aku yang membuatmu pergi eh?" tanyaku dengan menyeringai

"tidak usah repot-repot begitu. Lagipula, untuk apa aku menemuimu jika aku tidak ingin melakukan apa-apa bukan? Kau tau, aku tidak serajin itu" ucapnya dengan santai sambil mengangkat bahunya acuh

"jangan bertele-tele. Katakan saja apa maumu" ucapku mulai mendesaknya

"baiklah-baiklah. Kau tidak sabaran sekali. Tapi saat aku mengucapkan maksud dari kunjunganku ini. Kau tidak boleh memotong perkataanku. Oke?" ucapnya sambil mengacungkan jempolnya seperti meminta persetujuan

Aku hanya mendengus dan membuang muka menggapai ucapannya

"kuanggap dengusan itu sebagai persetujuanmu" ucapnya sambil menurunkan tangannya yang tadi mengacungkan jempol kearahku

"Pertama-tama aku ingin mengucapkan selamat atas pertemuanmu dengan mate-mu. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku juga ingin mengucapkan selamat atas kedatangan luna di pack-mu. Wahh sepertinya aku orang pertama yang mengucapkannya. Benar bukan?" tanyanya dengan cengiran

Aku terkadang bingung, kenapa ia seperi terbuka denganku padahal kami saling membenci. Bahkan kami berada di pihak yang berbeda

Ahh yaa. Itu adalah triknya. Membuat orang lain menilainya baik. Huh! Dia memang licik.

Aku memasang muka datar menatapnya tampa berniat menjawab ucapannya

"ahh. Sepertinya bukan aku yang pertama. Oke, aku juga ingin mengatakan hal penting untukmu. Sebaiknya habiskan sisa waktumu bersama mate-mu. Karna aku sudah menyiapkan rencana untuk meminjamnya darimu. Jadi bersenang senang lah sebanyak mungkin. Oke aku pergi dulu. Aku masih ada urusan" ucapnya dengan santai sambil memblikkan badannya dan melangkah pergi menjauh dari gerbang

Aku mengepalkan kedua tanganku dengan kuat
"apa maksudmu brengsek?! Jangan pernah menyentuh mate-ku!" teriakku padanya yang semakin menjauh

Ia sama sekali tidak menghiraukan ucapanku. Ia seprti menulikan telinganya dan tetap berjalan menjauh

Amarahku terasa sudah sampai di ubun-ubun. Aku menendang gerbang pack milikku, menyalurkan kemarahanku, gerbang pack yang terbuat dari besi beton itu penyok cukup parah

Aku mendengar pekikan kaget dari para penjaga gerbang dan John yang melihat aksiku

"John, ketatkan penjagaan di setiap sudut mansion. Kirimkan 5 penjaga di bagian hutan pack. Kirim 3 di setiap perbatasan, kirim juga 5 untuk penjagaan di kota. Pastikan mereka mengerjakan tugas mereka dengan baik. Kau mengerti?" perintahku pada John yang dibalasya dengan anggukkan tegas. John membungkuk hormat sebentar padaku lalu pergi ke dalam mansion dengan cepat

Aku berbalik menghadap mansion, berjalan masuk dengan pelan. Kemarahanku masih tetasa berada di ubun-ubun. Tempat yang kutuju sekarang hanya kamarku, kamar yang kini menjadi kamar milikku dan mate-ku

Cukup lama aku berjalan hingga aku melihat pintu di ujung lorong.

Kudorong pelan pintu itu agar tidak menimbulkan suara

"apakah itu kau Xander?" tanya suara yang berasal dari balik pintu

Aku sedikit terkejut mendengar suara itu. Aku melangkah masuk ke dalam ruangan dengan pelan

"mengapa kau belum tidur? Bukankah aku sudah bilang, kau harus sudah tidur saat aku kembali" ucapku pada Ryris yang sedang membaca buku di atas tempat tidur sambil tiarap

Aku berjalan kearahnya sambil melipat tangan di depan dada

"buku apa yang kau baca?" tanyaku padanya saat saat aku berdiri tepat di samping kasur

She is Soulmate the AlphaWhere stories live. Discover now