Bab 5 - Semakin Canggung

55 2 2
                                    

"Jangan lanjutin ini semua," katanya dengan nada tegas.

"Kenapa? Kan lo yang bilang benci sama dia? Dan bakal tenang sampe bales dendam?"

"Dulu, bukan sekarang."

"Gak, gue gak bakal berhenti sampe gue berhasil."

***

"Aw!"

Teriakan itu membuat kedua teman Beby sontak berhenti tertawa. Karena semalam Beby dan Kesha menginap di rumah Martha, maka pagi ini mereka berangkat ke sekolah bersama dengan mobil pink kesayangan Martha.

"By, kepala lo sakit lagi?" Kesha bertanya penuh cemas.

"Aduh gimana ini. Apa kita ke rumah sakit aja?" kali ini Martha tak kalah cemas bertanya.

Mengingat kejadian yang hampir menginjak satu tahun. Beby pernah mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan kepalanya terbentur dengan keras, dan mengalami gegar otak hampir parah. Semenjak itu, Beby selalu diperingatkan oleh dokter untuk berhati-hati dengan kepalanya. Banyak pantangan dan hal-hal yang harus Beby hindari, jika ia tidak ingin membuat keadaannya semakin buruk. Bahkan, Beby sering lupa dengan beberapa kejadian yang ada di memory-nya. Itu semua karena Beby juga dinyatakan amnesia, namun tidak parah. Ia masih mengingat keluarganya, saudara, sahabat, dan yang selalu ia lakukan setiap hari. Kecelakaan saat itu menyebabkan Beby trauma, maka dari itu tidak ada yang pernah mengungkit lagi tentang insidennya. Bahkan, Beby sendiri tidak mengingat dengan jelas bagaimana kecelakaan tersebut dapat terjadi. Yang ia ingat hanyalah, pada saat itu ia sedang menyebrang jalanan, terjatuh, dan tak sadarkan diri.

"Yaudah gue puter dulu."

"Eng―enggak, gausah. Gue gamau ke rumah sakit. Gue―gue gapapa kok, cuman ngilu sedikit."

"Tapi gabisa gitu By, ini bahaya. Amit-amitnya kalo ada apa-apa sama kepala lo lagi gimana?" Kesha angkat suara lagi, ia hanya tak ingin sahabatnya ini kenapa-kenapa.

"Iya By, udah kita izin aja. Nanti gue telfon Amir buat bilang ke Bu Sari kalo kita gabisa masuk hari ini, oke?"

"Gak, gue gamau. Gue gapapa, sumpah. Lagian hari ini ada ulangan Inggris gue gamau susulan," Beby mengelak kesekian kalinya.

"By―"

"Gapapa Tha, Sha. Serius gue gapapa, please gue gamau ke rumah sakit. Lagian gue tadi cuman gak sengaja nginget nginget kejadian waktu itu, makanya kepala gue ngilu," jelas Beby.

Martha menghentikan mobilnya, lalu ia menengok ke kiri dimana Beby berada. Martha hanya menatap sahabatnya itu dengan tegas.

"Iya gak ke rumah sakit," Martha mendengus sebal. Ia sering bertengkat dan adu mulut dengan Beby contohnya karena ini. Beby keras kepala dan itulah kelemahannya.

"Lo beneran gapapa?" Kesha masih khawatir dengan keadaan Beby.

"Iya gapapa kok, gue minum obat juga ntar sembuh lagi," Beby menjawab sembari mengulum senyum untuk meyakinkan kedua sahabatnya ini bahwa ia tidak apa-apa.

Martha sudah menjalankan mobilnya daritadi menuju sekolah,"Janji ya By, ini yang pertama dan terakhir."

Beby mengangguk mantap dan berusaha menampakkan wajah cerianya semaksimal mungkin.

***

"By, kepala lo gak sakit lagi kan?" Martha bertanya kesekian kalinya.

Bahkan, saat pertama kali sampai di sekolah Martha dan Kesha selalu bergantian menanyakan keadaan Beby. Mereka hanya tidak ingin kejadian yang belum lama terjadi terulang lagi. Saat itu mereka sedang berada di rumah Beby, tiba-tiba Beby pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Sampai di sana, dokter yang biasa menangani Beby mengatakan bahwa Beby terlalu banyak pikiran, dan salah satu penyebab utamanya lagi-lagi Beby masih berusaha mengingat bagaimana kejadian di hari itu terjadi. Sejak saat itu keluarganya, juga Martha dan Kesha selalu menjaga Beby dengan ketat dan mencegahnya untuk berpikir terlalu keras. Untungnya Beby merupakan anak yang cerdas dan cekatan, sehingga pelajaran mudah diterimanya.

I Hope You KnowWhere stories live. Discover now