Part 10

5.1K 466 10
                                    

Seperti saat Calvin membawanya ke dalam memorinya saat membunuh Clarissa, ia merasakan hal itu lagi. Seperti tersedot ke dalam lubang yang sangat kecil.

Vanya merasakan pusing yang amat dahsyat. Namun itu hanya sementara, kini keadaannya sudah baik-baik saja.

Kini mereka berempat sedang berdiri di dalam sebuah ruangan. Ruangan yang Calvin beserta keluarganya amat mengetahui.

Ini ruang keluarga mereka delapan belas tahun yang lalu. Istana yang mereka tempati delapan belas tahun yang lalu. Yang kini berada di suatu tempat yang tidak diketahui oleh manusia.

Vanya sendiri langsung mengedarkan pandangannya ke dalam ruangan ini. Vanya nampak asing di ruangan ini.

“Hei! Ratu Nadine melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik.” Terdengar banyak suara dari luar sana. Mereka memutuskan untuk melihatnya.

Layaknya hantu, mereka berempat tidak bisa dilihat oleh orang lain. Mereka mengikuti para rakyat berbondong-bondong ke sebuah ruangan.

“Bukankah itu Bunda?” Tanya Vanya saat ia melihat sosok Nadine sedang berbaring di sebuah kasur mewah.

“Ya benar. Itu Bunda saat melahirkan anak kedua Bunda.”

Datanglah Papa Calvin beserta Calvin dari pintu masuk kamar ini.

“Lihatlah anak perempuan kita sangat cantik sekali. Ia habis dimandikan oleh tabib kerajaan.” Papa Calvin menaruh bayinya diatas perut istrinya.

Calvin yang masih berusia dua tahun hanya melihat bayi itu dengan tatapan asing. Baginya bayi itu seperti mainan yang ia miliki.

Setelah mereka melihat memori itu, mereka ditarik kembali dan tibalah mereka di ruangan yang sama, namun dengan waktu yang berbeda.

“Ini kejadian tiga bulan setelah Nathalie lahir.” Mama Vanya berbicara dengan mata berkaca-kaca.

Dari jendela besar yang berada di kamar ini, mereka berempat tahu bahwa kini telah malam.

Tiba-tiba ada seseorang berdiri ralat! Terbang dan menatap ke dalam kamar ini. Ia mengelurkan cahaya merah dan dengan ajaibnya jendela besar itu membuat lubang seperti kertas yang terbakar oleh api secara perlahan.

Orang itu menggunakan tudung dan topeng sehingga mereka berempat mustahil mengetahui identitas orang tersebut. Tanpa berpikir panjang, ia menggendong Nathalie yang sedang tertidur pulas dan membawanya keluar.

“Betapa bodohnya dulu kita, mengapa kita tidak bisa merasakan aura dari orang itu?” Nadine menangis di dalam pelukan suaminya.

“Itu menandakan bahwa orang itu adalah makhluk yang sangat teliti. Ia menggunakan kekuatannya untuk membuat kita tidak bisa merasakan aura miliknya.”

Tak lama kemudian, mereka tersedot kembali dan kini mereka berada di depan rumah Caryle.

Saat ini mereka berdiri dibawah hujan yang sangat deras. Namun, hujan menembus tubuh mereka dan mereka sama sekali tidak merasakan dingin.

Tiba-tiba datanglah seseorang yang membawa bayi perempuan dan meletakan bayi itu di depan
rumah Caryle yang depannya terdapat genting sehingga keranjang bayi itu tidak kebasahan oleh air hujan.

“Tolong maafkan aku. Aku tidak ingin menculikmu, namun Ratu Zevara menyuruhku untuk menculikmu karena ia akan membunuh anakku bila aku tidak menurutinya. Sebenarnya Ratu Zevara menyuruhku untuk menculik lalu membunuhmu dan membawa jasadmu ke hadapannya. Namun, aku tidak akan melakukannya. Aku akan memalsukan kematianmu dengan mengganti jasad yang akan kubawa nanti dengan mayat bayi yang telah mati. Hiduplah dengan bahagia ya.”

Orang itu melepaskan tudungnya dan mencium kening sang bayi lalu pergi. Tak lupa ia mengetuk pintu berkali-kali agar pemilik rumah membuka pintu.

“Astaga bukankah itu Ibu Dewi?” Ucap Vanya saat melihat wajah wanita tadi.

“Siapa Ibu Dewi?”

“Ibu Dewi adalah wali kelasku sekaligus guruku.”

Dari kejauhan mereka masih bisa melihat tubuh Dewi yang bersembunyi dari sela-sela rumah yang berada diseberang sana. Ia tersenyum saat bayi yang ia taruh itu dibawa masuk oleh pemilik rumah.

“Berarti Ibu Dewi adalah penculikya? Tunggu, berarti kalian adalah orangtua kandungku dan kau adalah kakakku?”
Mereka mengangguk.

Dibawah langit yang sedang menurunkan butiran air yang tak terhingga banyaknya, Vanya
mengetahui masa lalunya. Tanpa ia sadari bahwa selama ini ia adalah seorang vampir. Entah mengapa Vanya merasa bahagia saat mengetahui statusnya sebagai vampir. Ia sama sekali tidak menolak oleh identitas aslinya itu.

_YoungDetective_

Mereka kembali di dalam kamar orangtua Calvin. Tiba-tiba Vanya segera memeluk mereka bergantian.

“Bunda maafkan aku, karena selama ini aku berpikir bahwa kau adalah Ibu yang jahat yang membuangku karena tidak sayang kepadaku.”

Mama Calvin memeluk erat Vanya. Sambil mengeluarkan tangisan bahagia ia berkata, “Harusnya Bunda yang meminta maaf karena tidak bisa melindungimu. Bunda sangat senang mengetahui bahwa kamu masih hidup sampai saat ini.”

Kini Vanya memeluk Papa Calvin.

“Papa aku tidak tahu harus berkata apa, namun aku sangat bahagia bisa bertemu kembali denganmu.”

Papa Calvin juga menangis bahagia.

“Papa juga tidak tahu harus berbicara apa, oh tolong maafkan Papa karena tidak bisa melindungimu saat itu.”

“Itu bukan kesalahan kalian kok, Ibu Dewi sangat teliti dalam menggunakan sihirnya.”

Lalu Vanya memeluk Calvin.

“Aku tidak menyangka memiliki kakak menyebalkan sepertimu, namun aku bahagia bisa bertemu denganmu. Aku merindukanmu kak.”

“Aku juga merindukanmu. Aku juga tidak menyangka ternyata Nathalie kecil sudah sebesar ini.”

“Namaku Nathalie?”

“Ya namamu adalah Nathalie Anne Damenson. Meskipun saat itu umurku masih dua tahun, namun aku memiliki daya ingat yang sangat kuat," katanya dengan nada agak sombong.

Seketika Vanya dan Calvin melupakan tentang kasus Caryle, karena mereka kini tengah melepaskan rindu.

_YoungDetective_

Nggak nyangka ya?
Wkwk, mulai part berikutnya nama Vanya akan berubah menjadi Nathalie. Tapi kalo lagi dihadapan Caryle namanya masih Vanya kok :v

27 Juli 17
11.02
Tiara Ulfiah

Young Detective [END]Where stories live. Discover now