Part 12

4.9K 428 34
                                    

“Jadi atas dasar apa kau akan membuktikan bahwa aku ini matemu?” tanya Vanya.

Karena menurutnya ini tidak masuk akal. Ralat! Masuk akal, namun Vanya belum siap menerimanya.

“Aku tidak perlu membuktikan dengan bukti nyata karena suatu ikatan tidak memiliki alasan nyata. Aku bisa membuktikan melalui perasaan dan hati. Sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur. Pertama, kau merasa nyaman berada di dekatku bukan?”

Vanya mengangguk. Ia tidak bisa membantah karena memang nyatanya ia nyaman bersama Alex, bahkan sangat nyaman.

“Yang kedua, kau merasa sudah mengenalku lama bukan?”

Vanya mengangguk lagi untuk kedua kalinya.

“Itu karena ikatan mate ini, Van. Yang terakhir, sangat menyakitkan bila sehari saja tidak bertemu denganku bukan?”

Untuk ketiga kalinya, Vanya mengangguk. Ia tidak menyangkalnya. Ia memang merasa hatinya sakit saat tidak bertemu Alex sehari saja.

“Kini giliranku untuk bertanya. Kau dari klan mana?”

“Aku dari klan penyihir.”

Vanya tidak terkejut dengan fakta itu. Ia bersyukur untuk siapapun yang menulis novel bergenre fantasi karena ia tidak buta akan ikatan mate ini.

“Dan bagaimana kau bisa menemukanku?”

Alex menggenggam tangan Vanya, “Saat umurmu delapan belas, kekuatanmu akan datang dan aromamu akan menyebar. Dan disaat itulah aku merasakan kehadiran mateku. Aku mencarinya di seluruh dunia. Dan akhirnya aku menemukanmu. Karena alasan itulah aku masuk ke sekolah ini.”

Vanya tercengang, “Kau mencariku ke seluruh dunia? Berapa lama kau menemukanku?”

“Kurang lebih dua bulan. Karena aku penyihir, jadi aku terbang untuk mencarimu.”

“Lalu bagaimana kau tahu, kau telah menemukan matemu?”

“Sudah kukatakan, ikatan mate itu menggunakan perasaan, jadi saat aku berada di dekatmu, aku langsung tahu bahwa kau mateku. Kau tahu aku mati-matian untuk menahan diriku agar tidak langsung memelukmu saat itu. Aku bahagia akhirnya aku bisa menemukan mateku.”

Vanya tersenyum. Ia tidak menyangka bahwa pasangannya mencarinya sampai ke seluruh dunia. Tanpa sepatah kata apapun, Vanya langsung memeluk Alex.

“Aku akan melindungimu dan selalu berada disampingmu sampai aku mati, Van.”

Lagi-lagi Vanya mengulum senyum.

“Dan terima kasih karena tidak menyerah untuk menemukanku.”

Vanya melepaskan pelukannya dan menatap manik hitam milik Alex. “Bagaimana kau tahu aku adalah seorang vampir?”

“Aku mencari tahu latar belakangmu, Van. Aku selalu mengawasimu dulu. Dan kau adalah anak dari pasangan keluarga Damenson bukan?”

Dan lagi Vanya terkejut. Ia berpikir sejauh mana Alex mencari tahu tentang dirinya?

“Aku tahu karena sudah kukatakan, aku selalu mengawasimu. Dan jujur sampai sekarang ini aku masih mengawasimu karena aku takut ada penyihir yang akan menyakitimu seperti saat kau masih bayi dahulu.”

“Oh God, bagaimana kau mengetahuinya?”

“Waktu itu kau melakukan perjalanan untuk mengulang masa lalu kan? Aku melihatnya juga. Di dalam memori itu ada Ibu Dewi bukan? Ibu Dewi adalah ibuku, Van.”

Sudah tidak bisa dihitung lagi, Vanya terkejut untuk ke berapa kalinya. Fakta ini membuat kepalanya agak pusing.

Mendadak ia ingin pingsan rasanya. Dengan sigap, Alex menyandarkan kepala Vanya di bahunya.

“Kau baik-baik saja, Van?”

“Kepalaku agak pusing, Lex. Bisa kau antarkan aku ke rumahku?”

“Baik. Aku akan membawa mobilmu. Nanti aku bisa pulang dengan taxi atau menggunakan sihirku.”

Alex mengangkat Vanya dan membawanya ke luar sekolah. Alex sudah tahu tempat parkir yang biasa Vanya tempati untuk menaruh mobilnya. Alex selalu mengawasi Vanya, oleh karena itu dia tahu segalanya tentang Vanya.

YoungDetective

Akhirnya setelah bergelut dengan ramainya jalan raya, kini Alex dan Vanya sampai di rumah Vanya. Yang tak lain dan tak bukan adalah rumah Caryle. Alex mengangkat Vanya lagi dan mengetuk pintu.

Tidak ada jawaban dari dalam. Ia memutar kenop pintu namun nihil hasilnya. Dengan terpaksa ia menggunakan kekuatannya untuk membuka pintu rumah Vanya. Alex membawanya ke dalam kamar Vanya.

“Kau sudah tahu banyak tentang diriku, Lex. Tunggu, kau tidak mengawasiku saat aku mandi dan berganti pakaian bukan?”

Dengan santainya Alex menjawab, “Pernah saat itu, mungkin dua kali.”

Vanya melotot dan memukul dada bidang Alex. “Dasar mesum! Turunkan aku!”

Alex menurunkan Vanya di atas ranjang.

“Kenapa mesum? Kau itu adalah pasanganku, Van. Cepat atau lambat aku akan menikahimu dan kita akan memiliki bayi kecil yang lucu sepertimu.”

Vanya tersipu. Dalam hati ia berkata,  ‘Mengapa ia harus membahasnya sekarang sih? Ah, persetan dengan ikatan itu! Aku tidak sanggup untuk menatapnya lebih lama.’

“Kau tersipu, Van. Aku bercanda soal melihatmu mandi itu. Aku masih mematuhi aturan untuk tidak mengintip gadis mandi, Van.”

Vanya menghela napas lega. “Baguslah. Terima kasih telah mengantarku. Sekarang kau bisa keluar, Lex.”

“Kau mengusirku? Oh, aku tidak percaya ini. Kau tidak menyuguhkanku makanan atau minuman?”

Vanya tersenyum lebar. “Tidak. Sekarang kau boleh pergi, Lex.”

“Untung kau mateku, kalau bukan sudah kusihir jadi makanan dan aku akan makan kau.”

Vanya bergidik ngeri. “Kau jahat.”

“Kau itu mudah sekali terbawa perasaan. Aku hanya bercanda, sayang.”

“Sayang?”

Alex tersenyum misterius. Ia mulai mendekati Vanya yang sedang bersandar di kepala kasur itu. Vanya panik. “Kau mau apa?”

“Mencium mateku,” ucap Alex dan dengan cepat ia mengecup dahi Vanya. Alex berjalan keluar setelah menciumnya.

“Aku akan di sini sampai Caryle pulang, my dear.” Alex berteriak dari luar kamar Vanya.

“Dia gila!” Vanya tersenyum.

YoungDetective

To be continued

Minggu, 3 September 2017
12.14
Tiara Ulfiah

Young Detective [END]Where stories live. Discover now