PHK-Emang Gue Pikirin?

58 2 0
                                    

Suatu saat Cak Kamto melihat ada seorang pemulung yang membawa tumpukan botol minuman bekas. Pemulung itu mondar – mandir di depan rumah. Tubuhnya yang kurus kering tak mampu lagi membawa tumpukan botol bekas yang berat ini. Akhirnya pemulung itu tiba – tiba pingsan. Melihat kejadian ini Cak Kamto tak tinggal diam. Saat itu dia langung membawa pemulung ini ke rumahnya. Setelah pemulung ini sadar, semua botol minuman bekas ini di beli oleh Cak Kamto. Pemulung itu agaknya bisa tersenyum. Tak tanggung – tanggung, botol minuman bekas ini di beli dengan harga lebih mahal dari para pengepul atau tengkulak barang rosokan pada umumnya.

Dari botol bekas minuman inilah, Cak Kamto menyulapnya menjadi pot bunga berwarna – warni. Cak Kamto menjual pot bunga ini dengan harga pasaran sepuluh ribu rupiah. Satu bulan kemudian Cak Kamto menambah omset penjualanya hingga puluhan juta rupiah. Bagi Cak Kamto, PHK adalah batu loncatan bagi dirinya untuk menjadi seorang pengusaha. Kini bisnis Cak Kamto dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyaknya permintaan pesanan membuat Cak Kamto kewalahan kalau pekerjaan ini dikerjakan sendirian. Pada akhirnya Cak Kamto merekrut lima orang karyawan. Mungkin bagi lho atau gue pribadi, PHK selalu menjadi momok yang paling menakutkan di dunia kerja. Tapi tidak dengan Cak Kamto. PHK merupakan suatu anugrah bagi dirinya. So, jangan takut lagi dengan PHK. Toh, itu cuma tulisan saja. Jika lho mau berusaha lebih keras, menjadi pengusaha itu lebih baik daripada harus menjadi seorang karyawan.

Kata pertama yang keluar setelah PHK adalah EGP (Emang Gue Pikirin). Gue pernah di PHK. Untungnya cuma sekali. Lalu gue nglamar kerja lagi. Ternyata gue di PHK untuk yang kedua kali. Saat itu gue mikir. Kenapa gue bisa di PHK?. Apa kesalahan gue?. Lantas, apa yang terjadi?. Selama satu bulan gue menjadi gembel berdasi. Kesana – kemari, mondar – mandir, luntang – luntung dan ngalor – ngidul mencari pekerjaan. Alhasil, tak ada satupun perusahaan yang menerima ijazah S-1 gue.

Dunia seakan tidak adil. Gue kuliah mahal – mahal ternyata tidak ada gunanya. Ijazah S-1 gue menangis tak sadarkan diri, mengigat masa – masa sulitnya membuat tugas skripsi. Perjuangan kuliah selama empat tahun yang molor lima bulan ini, akhirnya pupus di tengah jalan. Kini gue resmi menjadi seorang pengangguran. Teman gue Brodin yang ternyata senasib dan sepengangguran berkeinginan untuk mengajak gue merantau. Laki – laki tamatan SMP ini ingin mengajak gue merantau ke Kalimantan. Paman dia mempunyai ladang sawit di Pontianak. Diam – diam laki – laki bertubuh kecil ini menaiki jendela kamar gue. Dia memanggil gue dengan suara lumayan keras. Pagi ini gue terusik dengan suara comelanya yang khas dengan logat jawa suroboyan.

"Cuk!, Tangi, Cuk!" teriak Brodin.

"Ono opo, Cuk?" tanya gue yang masih setengah sadar

"Ayo, melok aku merantau!" ucap Brodin dari bilik jendela

"Gubrak!" suara Brodin terjatuh dari atap jendela

"Berisik amat, Sih!" gue baru sadar kalau Si Brodin terjatuh dari jendela

"Tolongin gue, Kampret!" Wajah Si Brodin tampak menahan sakit di bagian pantat sebelah kiri.

"Lagian kamu sendiri yang salah, ngapain pakai acara naik jendela segala"

"Gue takut sama anjing di sebelah kamar, lho!" ungkap Brodin

"Katanya jagoan?. Sama anjing aja takut." ejek gue

Gue masih bingung antara menerima dan menolak ajakan Si Brodin. Dia menawarkan gaji sepuluh juta perbulan. Gaji yang cukup besar bagi seorang mantan karyawan kelas teri. Gue adalah tipe orang yang tidak bisa jauh – jauh dengan keluarga. Jarak Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa tidak sedekat antara Surabaya dan Madura yang bisa di tempuh melalui jalur darat. Terpaksa gue menolak tawaran itu. Gue merasa bersalah karena sudah mengecewakan Brodin. Akhirnya Brodin pergi ke tanah Borneo seorang diri.

Sekarang gue masih nganggur di rumah. Satu persatu teman kampung gue banyak yang sudah pergi merantau. Mereka banyak yang merantau di Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan hampir seluruh wilayah provinsi di Indonesia ada teman gue disana. Mengapa harus merantau?. Itu yang membuat gue sedih. Peluang bisnis usaha di rumah memang sangat sempit. Hampir semua sektor bisnis sudah ada disini. Pingin buka bisnis ini dan itu ternyata sudah ada kompetitornya.

Gembel BerdasiWhere stories live. Discover now