Cinta

162 21 16
                                    

"Mama pergi dulu, ya sayang," kecup pipi kiri dan kanan. Perempuan itu menatap Bara lama. Butiran air menjadi danau di matanya, "Mama sayang Bara. Sayaaaang banget." Dipeluknya lelaki kecil itu, sangat erat.

Bara merasa hangat. Aroma mawar menancap di benaknya. Aroma cinta seorang Mama.

***

"Bara, salim, dong sama Tante Nisrina," suara Papa terdengar sebagai komando.

Bara mendongak ke atas. Tubuh kecilnya hanya sedikit di atas lutut perempuan itu.

Nisrina berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka. "Hai, Bara, apa kabar?"

Bara masih memandang perempuan itu. Rambutnya hitam, mirip Mama. Matanya bercahaya, sedikit mirip Mama. Senyumnya manis, sangat mirip Mama.

Bara menyambut tangan Nisrina dan menciumnya. Tangannya harum, seperti tangan Mama tapi bukan harumnya Mama.

"Sebentar lagi, Tante Nisrina bakal jadi Mama Bara," Papa ikut-ikutan berjongkok di samping Bara.

Bara menatap perempuan itu lagi, 'Mirip Mama, tapi bukan Mama.'

"Bara boleh, kok. Panggil Tante, Mama," senyum Nisrina membelai mata Bara.

Bara menatap perempuan itu lagi, 'Bukan Mama.'

***

Tante Nisrina bukan Mama. Bara tak mau memanggilnya Mama. Mama selalu harum seperti bunga. Tante Nisrina hanya suka bunga. Dia menanam bunga dimana-mana. Rumah jadi penuh aroma bunga karenanya.

"Bara suka bunga apa?" Tante Nisrina bertanya saat mereka sampai di toko bunga.

Bara berjalan berkeliling, mencari satu bunga yang sama harumnya dengan Mama. Ada yang mirip, mawar namanya. "Ini," Bara menunjukkan mawar merah pada Tante Nisrina.

"Oh, Bara suka mawar?"

Bara mengangguk.

"Ayo kita tanam mawar!"

Tante Nisrina bersemangat sekali. Mereka bertanam mawar di kebun belakang, di pekarangan, dan di pot ruang tamu. Mawar yang mereka tanam cepat sekali tumbuh.

Sekelompok semak mawar akhirnya disusun menjadi pagar di tepi kebun. Mawar itu berwarna merah dan berduri tajam. Tepat sekali untuk melindungi kebun dari hewan liar.

Inilah mawar kesukaan Bara. Mawar yang sama harumnya dengan Mama.

***

Aroma itu lewat di depan hidungnya. Bara memejamkan mata, membiarkan kenangan menguasai. Ini harum cinta Mama, 'Siapa yang punya?'

Bara mengikuti angin yang membawa harum Mama. Angin membawanya pada seorang gadis. Gadis harum itu berakhir di musholla dan melepas sepatunya.

Bara ingin menyapa tapi nyalinya hanya sampai di ujung pena. Akhirnya selembar post it ditugaskan untuk bicara.

Mawar Di Tepi KebunUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum