Hanya Milikku

139 22 0
                                    

"Zetta, kamu pake parfum Mama lagi?" Mama sudah berdiri di pintu kamar Zetta sambil menadahkan tangannya.

Zetta hanya meringis berusaha terlihat manis, "Hehe, iya." Lalu tangannya meraih parfum dalam botol berbentuk mawar dan menyerahkannya pada Mama.

"Kalo abis pinjem, balikin ke tempatnya, oke?"

"Siap, Bos!" Zetta mengambil sikap hormat.

"Ditungguin Armon, tuh," Mama mengawal Zetta ke teras.

"Dah, Ma, berangkat," Zetta mencium tangan Mama.

"Armon pamit juga, Tante," giiliran Armon yang mencium tangan Mama.

"Ya, hati-hati."

"Assalamu'alaikum," dua anak SMA itu melambaikan tangan, siap berangkat sekolah.

"Wa'alaikumsalam," Mama melepas dalam doa.

Di seberang jalan, seorang lelaki memperhatikan dari balik helm hitam.

***

Lampu merah menyala. Zetta mencolek Armon, "Anak SMA kita," sambil mengarahkan tunjuk ke motor yang berhenti di sebelah mereka.

Armon membuka kaca helmnya, dan mengangguk, menyapa. Zetta melempar senyum dan mengangguk menyapa.

Pengendara motor di sebelah mereka mengangguk samar lalu membuang pandang ke depan. Jantungnya berdegup kencang dan otaknya menimbang, 'Sekarang atau nanti?'

Penanda waktu di samping lampu merah terus menghitung mundur, '14, 13, 12.' Pengendara motor berhelm hitam itu membuka tasnya dan mengeluarkan 3 tangkai mawar merah yang dibungkus koran. '8, 7, 6,' dia turun dari motor dan langsung mendatangi Zetta tanpa mempedulikan Armon. '3, 2, 1,' Zetta menerima mawar merah dengan bingung.

Pengendara motor berhelm hitam segera melompat kembali ke motornya dan tancap gas. Armon tak terima, mengejar pengendara motor kurang ajar di ramainya jalanan Jakarta. Zetta memeluk pinggang Armon erat, berdoa semoga Allah masih memberi kesempatan baginya untuk hidup lebih lama.

Kelopak-kelopak mawar beterbangan, tak kuasa melawan serangan angin.

***

"Heh!" Armon mendekati pengendara motor berhelm hitam di lapangan parkir sekolah, "maksud lo apa?"

Si pengendara motor melepas helm hitamnya, memandang Armon sebentar, lalu berlalu. Bibirnya menarik senyum sinis, 'Baru kelas 1 udah belagu.'

Armon tak terima diabaikan begitu saja. Darahnya sudah kepalang mendidih. Cepat tangannya mengarah ke leher jaket si pengendara motor. Kalah cepat, si pengendara motor telah lebih dulu menangkap dan memelintir tangannya. Hanya dengan satu gerakan, kini tangan Armon sudah terkunci di punggungnya.

"Anak kecil, ngga usah belagu!" telinga Armon nyeri menerima bisikan keras si pengendara motor. Hanya beberapa detik, tangan Armon kemudian dilepaskan.

Armon tak mau melepaskan. Harga dirinya telanjur terluka. Ada orang yang tiba-tiba datang memberi mawar merah pada pacarnya, tepat di depan mata. Kurang ajar! Armon bangkit, mengejar si pengendara motor, bersiap menyarangkan satu kepalan tinju di tengkuknya.

Sekali lagi Armon kalah cepat. Si pengendara motor segera berbalik, mencengkeram tangannya dan menyarangkan satu pukulan langsung ke ulu hati. Armon tersungkur. Zetta berteriak.

Mawar Di Tepi KebunWhere stories live. Discover now