Terikat Mawar

173 23 10
                                    

Airmata Zetta sudah mengering di pipinya. Akhirnya ia bisa duduk. Tas sekolah masih di punggung, jaket biru masih membalut di atas seragam, dan tangannya masih menggenggam tiga tangkai mawar yang sudah gundul.

Baru kali ini, ia jadi saksi perkelahian dua laki-laki. Yang paling menyesakkan, dialah penyebab perkelahian itu.

Zetta memperhatikan tiga tangkai mawar di tangannya. Tiga tangkai yang jadi penyebab komanya Armon sekarang. Ada kertas merah mencuat disana.

Sinar matahari pertama

Kuikat hatiku dalam tiga kuntum mawar merah

'Si Haiku?'

Lelaki itu tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Zetta. Lelaki yang sudah mengirim Armon ke rumahsakit ini. "Aku minta maaf," katanya, "pukulanku tak terlalu kuat, tapi pacarmu terlalu lemah."

'Kurang ajar! Minta maaf sambil menghina, lelaki macam apa, ini?' satu tamparan, tanpa pemberitahuan, langsung mendarat di pipi lelaki itu.

'Tangannya lembut,' lelaki itu tersenyum, "Mau aku antar pulang?"

Zetta memalingkan muka dan langsung berlalu pergi. Dikeluarkannya ponsel dari saku untuk memesan ojek online. 'Sial! Kuotanya abis!'

Lelaki itu sudah sampai di dekatnya, "Ada yang bisa dibantu?"

Zetta menatapnya dan berpikir. Menimbang, haruskah menerima tawarannya dengan segala risiko atau tetap disini berusaha menelepon Mama minta dijemput atau naik angkot, pulang. Pilihan pertama dipertimbangkan. Pilihan kedua dicoret, pulsa telepon 0 rupiah. Pilihan ketiga dicoret, tak tahu rute angkot dari sini sampai rumah.

Akhirnya Zetta pasrah, "Oke, antar aku pulang." Setidaknya lelaki ini penulis Haiku. Berarti anggota Klub Jepang, kumpulan anak pintar yang ingin disebut anti-mainstream. Rasanya dia tak akan cukup bodoh untuk menorehkan catatan buruk dalam bundel Curriculum Vitae.

"Oke," lelaki itu memandu Zetta menuju lapangan parkir. "Sebelumnya kenalkan, aku Bara," lelaki itu mengulurkan tangannya.

Zetta masih marah. Dia diam saja melihat tangan yang terulur.

Bara mengangkat bahu, "Ngga apa-apa. Aku tahu nama kamu Zetta."

Zetta melirik ngeri, 'Apa saja yang sudah dia tahu?'

"Kita berdua sama, kamu tahu?"

'Ih, enak aja nyama-nyamain!'

"Nama kita sama-sama berarti mawar. Aku suka mawar, dan kamu pakai parfum aroma mawar. Bisa dibilang, kita berdua diikat oleh mawar."

Sekarang Zetta benar-benar merasa ngeri, "Darimana kamu tahu wangi parfumku?"

Pertanyaan bodoh, "Dari hidungku, pastinya."

***

Mama membuka pintu dengan ekspresi yang sulit dipahami. Mungkin dia heran mengapa Zetta tak pulang bersama Armon. Mungkin dia bingung mengapa Zetta pulang terlambat.

Tapi mata Mama terpaku pada lelaki yang mengantar Zetta, "Bara?"

Yang ditanya malah diam sebeku es.

Mama langsung melingkarkan tangan memeluk Bara.

Bara merasa hangat. Aroma mawar menghambur masuk ke hidungnya, memutar kembali kenangan yang hampir hilang. Kenangan akan cinta, "Mama?"

Mawar Di Tepi KebunOn viuen les histories. Descobreix ara