Realita Lain

142 6 4
                                    

"Jaga dirimu baik-baik, ada yang menunggumu pulang."

Aku sudah jujur pada diriku sendiri, dan dia menolak kebenaran itu.

Lalu apa?

Mungkin saat itu tepat November?

Hanya untuk sekadar basa-basi,
Bagaimana kabarmu?
Kamu terlihat sedikit aneh.

"Ke mana dia?"

Tidak apa-apa, kamu bisa ceritakan nanti. Kita nikmati saja dulu reuni kecil ini.

"Jika saja hari itu aku sedikit berjuang, apakah akan ada bedanya? Mungkin hari ini juga tidak akan pernah ada."

Sudah lama bukan? Untuk sesaat aku bernostalgia saat itu.

"Hari itu membuat kamu menelan kecewa hari ini. Hari itu menciptakan hari ini. Reuni ini ada karena hari itu."

Kamu masih cantik seperti dulu, terima kasih sudah menjaga diri semampumu.

Hanya saja kamu terlihat sedikit muram. Tidak apa-apa. Eksistensiku disini juga bisa menjadi bukti bahwa akulah yang terbaik.

Tapi,
Hari itu kamu memilih dia.
Ternyata kamu salah arah ya? Kecewa?
Sudah terlambat.

"Kamu dipermainkan."

Baik aku maupun kamu, terlihat masih sama saja. Hanya saja, hari itu membuat kekosongan besar dalam diriku.

"Bukan sakit. Bukan pula bahagia. Hari itu membuat aku mati rasa."

Aku yang terbaik untukmu, Tapi kamu bertingkah seperti bukan yang terbaik untukku.

Kamu membuang semua tentang kita. Demi dia? Atau demi dirimu?

Lihat dirimu, siapa yang patut disalahkan?
Dia? Aku? Kamu?
Apa yang kamu harapkan di reuni kecil ini?
Kejelasan? Atau penyelesaian?

Entahlah, aku takut berharap lebih, khususnya padamu.

"Aku takut menjadi tegas."

Jadi bagaimana?

MonologWhere stories live. Discover now