1

16.6K 1.8K 54
                                    

Kayla Farida Syaqila. Wanita dewasa yang sedang meniti karirnya dalam bidang desain pakaian. Dia sudah menjadi designer muda dan sukses waktu di kota Perth, Australia. Namun, kini Kayla mau memulai kembali karir dan usahanya di Jakarta. Di kota kelahirannya.

Satu bulan yang lalu, Kayla pindah dan tinggal lagi di Jakarta. Dia membeli sebuah apartemen yang tergolong mewah. Dan dia juga sudah membeli sebuah gedung yang akan dia jadikan sebagai butik.

Setelah di renovasi sana-sini, akhirnya butik pun siap untuk di buka. Di dalamnya sudah terdapat banyak pakaian wanita maupun pria yang indah, berkelas dan elegan.

Pakaian itu adalah rancangan Kayla waktu di Australia dan dia bawa ke Jakarta. Hasil rancangannya sendiri.

Kaki jenjangnya yang mulus dan putih melangkah memasuki butik. Matanya melihat ke seluruh ruangan yang sudah terisi oleh baju-baju. Senyum puas tersungging di bibirnya. Merasa puas dan bangga dengan hasil kerja kerasnya sendiri.

Kayla melangkah mendekati sebuah meja yang akan dia pakai untuk bekerja dan membuat sketsa. Duduk di kursi yang tersedia dan menikmati lembutnya kursi itu. Lagi-lagi dia tersenyum puas melihat butiknya.

Setelah puas melihat-lihat butik barunya, Kayla pun mengambil ponsel canggih miliknya. Dia menghubungi kedua sahabatnya agar datang ke butiknya. Sekaligus temu kangen setelah enam tahun tak bertemu dan hanya saling terhubung lewat ponsel saja.

Selesai menghubungi kedua sahabatnya, Kayla pun mulai mengambil selembar kertas dan pensil. Ide kembali hadir dalam pikirannya. Dengan mudah, dia pun menuangkan idenya dalam bentuk sketsa sebuah pakaian.

Suasana butik terasa hening namun menenangkan. Jari lentik Kayla bergerak dengan lihai membuat garis dan hiasan di atas kertas. Dia sudah sangat terlatih. Hingga dengan mudah dia menciptakan sketsa pakaian yang indah.

"Kayla!" Sebuah teriakan dari dua orang dengan suara yang nyaring memecahkan konsentrasi Kayla. Kayla pun mendongak dan dia tersenyum lebar melihat Davina beserta Gea masuk ke butik dan berlari ke arahnya.

"OMG! Gue kangen elo Kay! Kangen banget!" teriak Davina girang.

"Aku juga!" seru Gea. Mereka berdua memeluk Kayla dengan erat. Karena saking eratnya, Kayla sampai susah bernafas. Dengan kesal, Kayla pun mendorong tubuh kedua sahabatnya agar melepaskan pelukan darinya.

"Kangen boleh. Tapi gak harus gitu juga kali. Kalian mau aku mati?" tanya Kayla sewot. Davina dan Gea hanya nyengir kuda mendengarnya. Lagi, mereka memeluk Kayla. Namun, tak sampai membuat Kayla sesak nafas.

"Kita kangen elo, Kay. Enam tahun Kay! Enam tahun kita gak ketemu!" seru Davina. Gea mengangguk. Membenarkan ucapan Davina.

"Aku juga kangen kalian. Hanya kalian yang selalu menanyakan kabarku selama aku di Australia," ucap Kayla. Ya, hanya Davina dan Gea yang sering menghubunginya. Sejak pindah, Kayla pun tak pernah lagi berkomunikasi dengan anak-anak Angkasa. Dan orangtuanya, tak berubah. Masih sepeti dulu. Gila kerja.

"Yaelah. Yang udah kuliah di luar negri jadi beda. Aku-kamu aja nyebutnya," sindir Davina. Kayla terkekeh pelan mendengar itu.

"Kita sudah dewasa, Vin. Harus jadi contoh bagi para remaja. Aku-kamu lebih sopan dari pada elo-gue," balas Kayla. Dia berbalik dan mendekati dinding. Mengambil dua kursi untuk Davina dan Gea.

"Maklum lah, Kay. Davina itu anak gaul. Kalau panggilnya aku-kamu, pasti dia ngerasa cupu," kekeh Gea. Kayla tergelak mendengarnya. Mengacungkan jempol terbaliknya pada Davina.

"Enak ya ngetawain gue," gerutu Davina kesal. Dia pun duduk di kursi dengan kesal. Kedua tangannya dia lipat di bawah dada. Wajahnya cemberut karena menahan kesal.

"Eh, Kay. Ini baju-baju rancanganmu semua?" tanya Gea. Matanya menyusuri seluruh baju yang di tata di dalam butik.

"Iya. Ini semua rancanganku saat masih di Australia. Karena butik yang di sana aku jual, aku bawa semua bajunya ke sini," jawab Kayla. Setelah enam tahun berlalu, Kayla pun kembali bersikap baik pada Gea. Sebab, Gea pun sudah berubah. Menyadari kesalahannya di masa lalu yang memusuhi Kayla.

"Rancangannya bagus-bagus, Kay. Aku suka," ucap Gea. Kayla tersenyum mendengarnya.

"Kamu bisa ambil satu, Ge. Anggap saja sebagai hadiah karena kalian datang ke sini menemuiku," ucap Kayla. Mata Gea membelalak mendengar itu. Dia menatap Kayla tak percaya.

"Beneran Kay?" tanya Gea tak percaya. Kayla pun mengangguk dengan yakin. Gea menjerit senang. Dia berdiri dan langsung berjalan menyusuri baju-baju di sana. Melihat dan memilih baju yang sangat dia inginkan.

"Dia aja? Gue enggak di tawari?" tanya Davina merajuk. Kayla terkekeh mendengarnya.

"Kayla akan beri satu jika kamu mengubah kosa katamu, Vin," ucap Gea dari sudut butik sambil memperhatikan sebuah dress model brokat yang menarik perhatiannya.

"Baiklah, baiklah. Aku gak di tawari nih?" tanya Davina. Kayla terkekeh pelan mendengarnya. Lucu sekali sahabatnya yang satu itu.

"Tentu saja kamu juga aku beri. Pilih saja mana yang kamu mau," jawab Kayla dengan senyuman. Davina tersenyum lebar dan dia pun mulai mencari baju yang sekiranya pas dan cocok di tubuhnya.

"Kay, aku mau yang ini aja. Ini gratis kan?" tanya Gea. Kayla mengangguk dan Gea pun bersorak riang.

"Oh ya, Ge. Sekarang kamu masih kerja di perusahaan tekstil yang kamu bicarakan itu?" tanya Kayla setelah Gea duduk lagi di hadapannya.

"Enggak, Kay. Sekarang aku kerja di perusahaan properti," jawab Gea. Kayla mengangguk paham. Gea memang mengambil jurusan kesekretariatan waktu kuliah. Dan sekarang, Gea bekerja menjadi sekretaris.

"Oh ya, Kay. Apa kamu masih komunikasi sama anak-anak Angkasa?" tanya Gea. Kayla diam sesaat. Mendengar kalimat 'anak-anak Angkasa' membuat Kayla teringat akan sosok orang yang pernah menjadi bagian hidupnya.

"Enggak. Aku gak pernah komunikasi lagi sama mereka setelah memutuskan tinggal di Australia. Memangnya kenapa?" tanya Kayla balik.

"Enggak. Hanya mau tanya saja. Soalnya, aku pun sudah jarang ketemu mereka. Hanya Alvin, Sebastian dan Raffa saja yang sering aku temui," jawab Gea dengan santai. Detik berikutnya, Gea sadar akan ucapannya. Dia langsung menatap Kayla yang mematung di hadapannya.

"Kay, maaf," ucap Gea setelah dia sadar. Dia mendekati Kayla dan langsung memeluk tubuh Kayla.

Menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Kayla berusaha tenang. Dia tak boleh terpancing emosi hanya karena nama orang itu di sebut oleh Gea. Dia harus terbiasa.

"Tak apa, Ge. Aku baik-baik saja kok," balas Kayla dengan senyuman yang sedikit di paksakan. Gea jadi merasa bersalah setelahnya. Dia tak bermaksud untuk mengingatkan Kayla pada masa lalu.

"Maaf Kay." Lagi, Gea mengucapkan maaf dengan sorot mata bersalah. Melihat itu, Kayla tersenyum. Dia tahu, Gea tak sadar saat bicara.

"Tak apa," balas Kayla. Tak lama kemudian, Davina datang menghampiri mereka dengan sebuah dress model duyung di tangannya.

"Aku mau yang ini, Kay," ucap Davina. Tangannya bergerak mengambil paperbag bertuliskan nama butik Kayla.

"Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" usul Gea. Davina dan Kayla diam. Mereka saling tatap kemudian mengangguk bersama.

"Boleh," jawab Kayla dan Davina serentak. Mereka pun berjalan keluar dari butik Kayla untuk makan siang bersama setelah lama mereka terpisah. Dan Kayla harap, pikirannya bisa bersih dari bayang-bayang masa lalunya.

_______________________________________

Hai hai...
Bagaimana???
Jangan lupa vote dan komennya ya...

Second ChanceWhere stories live. Discover now