Prolog

1K 37 8
                                    

Prolog

"Apa?!" seruku saat mendengar kalau aku akan di jodohkan dengan pria yang pantas aku panggil kakek.

"Maafkan mama dan papa, nak. Kami terpaksa menikahkan mu karena kami berhutang padanya." Ucap mama membuatku menggeleng di tempat.

"Hutang bisa di lunasi, ma! Kenapa harus aku di jadikan tumbal?" tanyaku tak terima.

"Nak! Ini demi adikmu. Dia kemarin membutuhkan banyak biaya untuk masuk taruna. Kamu tega melihatnya gagal?" tanya papa membuatku menghembuskan nafas kasar.

"Lalu bagaimana denganku? Aku masih kuliah. Apa kalian tidak memikirkan masa depanku?" tanyaku tak terima. Memang anak mereka hanya adikku?

"Nak. Kami mohon. Menurutlah." Ucap mama membuatku menggeleng.

"Kalian jahat! Buatlah sesuka kalian!" seruku yang langsung berlari menuju kamar.

Mereka sadar tidak? Mereka memberikan putri mereka untuk kakek-kakek seperti pria yang ada di depan tadi?

Yak!

Gila aja!

Gara-gara mama dan papa utang 200 juta sama tuh kakek2, aku jadi tumbal buat di nikahkan sama dia?

Iyuh!

Aku jelas aja ga mau! Mana mau aku berumah tangga sama aki2 kayak dia. lebih baik aku jadi perawan tua selamanya kalau harus di nikahkan sama dia.

Huaa!

Kenapa aku harus menanggung itu? Masakan mereka tak bisa menunggu adikku untuk melunasinya?

Sial! Aku kesal!

Besoknya aku kabur dari rumah diam-diam dan tiba di sebuah tempat yang ramai. Kayaknya lagi ada event. Lumayan buat hiburan.

"Lho, bang Dedi!" seruku melihat seniorku di komunitas ada di tengah-tengah event itu.

"Bang!" panggilku sambil melambaikan tangan di udara.

"Eh adek! Kenapa di sini?" tanyanya menghampiriku.

"Nyari hiburan, bang." balasku.

"Lho! Lagi ada masalah?" tanya bang Dedi membuatku tersenyum tipis dan mengangguk.

"Ada masalah apa?" tanya bang Dedi membuatku menggeleng.

"Santai aja. Cerita aja sama abang." Ucapnya membuatku menghela nafas.

"Aku mau dinikahkan, bang." mulaiku membuat bang Dedi terkejut.

"Apa? Kamu serius?" tanya bang Dedi yang aku angguki.

"Tapi sama kakek-kakek. Gara-gara mama dan papa punya utang sama dia." balasku membuat bang Dedi membulatkan matanya.

"Memang berapa utang orang tua adek?" tanya bang Dedi membuat bahu ku meluruh.

"200 juta, bang." jawabku membuat mata bang Dedi membulat.

"Astaga!" bang Dedi terkejut di tempatnya.

"Hm. Udah nasib aku sih, bang." balasku dengan senyum paksa.

"Abang turut berduka ya, dek." Ucap bang Dedi yang aku angguki.

"Eh iya! Abang lomba dulu, ya!" ucap bang Dedi membuatku mengangguk.

"Semangat, bang!" seruku yang diangguki oleh bang Dedi dan dia pergi setelah mengacak rambutku.

Saat mataku menatap ke depan, akumelihat seorang pria asing yang menatapku lekat. Ada apa dengannya? Kenapa dia melihatku seperti itu?

.

.

.

BE CONTINUE...

VOTE AND KOMENNYA DINANTIKAN, LHO...

JOM BERAMAI-RAMAI!

NIKAH UANG!Where stories live. Discover now