1 - Terkejut

729 32 5
                                    

Pagi-pagi sekali mama membangunkanku untuk bersiap. Saat aku bertanya ingin ke mana, mama hanya menggelengkan kepala dan mengalihkan pembicaraan.

"Apa jangan-jangan aku akan dinikahkan hari ini?" tanyaku dengan wajah terkejut.

Ya Tuhan! Bantu aku!

Aku pun keluar dari kamar dengan celana kain hitam dan baju casual. Mama menatapku dengan mata melototnya. Sedangkan aku berpura-pura tak melihat mata mama yang hampir keluar itu.

"Wah! Calon istriku semakin cantik saja." Ucap kakek-kakek di hadapanku.

"Sini sayang, kamu duduk sama abang."

WTH!

Dia bilang apa tadi? Abang?

Haha!

Lo pantes jadi kakek gua woi!

Aku yang ga mau deket-deket sama tuh kakek genit, duduk di samping papa. Ya Lord! Gimana aku hidup sama orang kayak gini?

"Baiklah. Mari kita mulai perhitungan untuk acara pernikahan kalian." Ucap papa membuat mataku membulat.

"Pa!" sentakku menatap papa dan mama tajam bergantian.

"Baik. Aku setuju, calon papa mertua." Balas kakek tak tahu umur itu.

"Terserah! Aku pasrah!" balasku bangkit dari tempat duduk dan hendak meninggalkan mereka.

"Tunggu!" sentak sebuah suara membuatku berbalik.

"Siapa kau?" tanya kakek tua itu.

"Aku yang akan menikahi gadis itu dan aku akan melunasi hutangnya." Ucap pria itu membuat mataku membualat.

"Hei! Apa-apaan kau?!" sentakku membuatnya tersenyum misterius.

"Ini 200 juta dan bunganya. Sesuai dengan permintaanmu." Ucap pria itu sambil melemparkan koper hitam yang aku yakin isinya adalah uang.

"Tidak! Aku dan Mika sudah sepakat akan menikah. Ambil kembali uangmu!" sentak kakek tua itu membuat mataku membulat.

Sejak kapan aku setuju menikah dengan tua bangka sepertinya?!

"Terima dan pergi, atau aku akan melaporkan masalah ini ke hukum!" ancamnya membuat kakek tua itu mendengus marah.

"Aku akan buat perhitungan pada kalian!" ucap kakek tua itu yang langsung pergi setelah di ancam oleh pria yang aku kenal saja tidak!

Setelah kakek tua beserta orang-orangnya pergi, pria itu menatap kearahku dan keluargaku. Perasaanku tak enak saat menatap matanya. Pria berkaca mata di hadapanku duduk di kursi tanpa kami persilahkan.

"Sesuai ucapan saya. Saya akan menikahi putri bapak. Tapi ini hanya hitam di atas putih." Ucapnya membuatku membulatkan mata.

"Aku tidak mau! Aku akan melunasi uang itu secepatnya. Aku bukan barang yang harus kalian oper-oper! Aku punya harga diri!" sentakku membuat mereka menatapku.

"Tapi nyatanya kau memang harus menjalankan ini. Bagaimana bisa kau mendapatkan uang 200 juta tadi beserta bunganya hanya dalam satu malam?" tanyanya meremehkan.

"Tenang saja. Ini hanya pernikahan hitam di atas putih. Aku memintamu menjadi menantu yang baik untuk ibuku." Ucapnya membuatku memejamkan mataku untuk sesaat.

"Baiklah." Balasku membuatnya tersenyum tipis dan mengangguk.

"Besok aku akan membawamu ke rumah sakit. Ibuku ingin melihat aku menikah di hadapannya." Ucapnya membuatku membulatkan mata.

"Kau gila? Besok?" aku tak percaya dengan yang dia katakan.

"Hm. Besok. Ini gaunmu untuk besok." Balas pria itu memberikan sebuah bungkusan dengan motif bunga-bunga.

"Namaku Arwen Samuel. Jangan lupakan itu. Aku tidak ingin ibuku curiga padamu." Ucap pria bernama Arwen itu. Aku bingung, diantara banyaknya cewek. Kenapa harus aku?

"Baiklah. Urusanku sudah selesai. Aku akan menjemputmu besok pagi-pagi sekali." Ucap Arwen bangkit dari tempat duduknya.

"Kamu tidak ingin minum dulu, nak?" tawar mama membuat Arwen menggeleng.

"Tidak, terima kasih." Balas Arwen. Ini orang ketus amat!

"Ah ya! Setelah pernikahan besok, maka Mika akan tinggal bersama saya." Ucapnya membuatku membulatkan mata.

"Tapi kita hanya hitam di atas putih!" balasku tak terima.

"Bukankah itu juga sudah sah?" tanyanya membuatku mati kutu.

Sial! Dia menjebakku!

"Saya pamit." Ucap Arwen langsung pergi setelah menunduk pamit. Aku meluruh di tempatku berdiri.

"Kalian senang, kan? Menjual anak kalian sendiri?" tanyaku pada dua orang yang menjadi wakil Tuhan di dunia ini.

"Nak, maafkan kami. Tapi.."

"Asal papa dan mama tahu, Mika ga kenal sama dia. Nasib Mika sudah ada di tangannya. Mika kecewa sama papa dan mama."

Aku menatap nanar kedua orang tuaku dan melangkah gontai ke dalam kamar bersama bungkusan yang di berikan oleh si Arwen.

Saat aku berada di dalam kamar, aku mulai mengambil koper dan membuka lemari. Namun tanganku tak sengaja menyentuh barang yang selama ini aku jaga. Sebuah power bank berbentuk beruang kutub.

"Bang.. Maafin Mika, ya. Mika ga bisa jaga janji Mika." Lirihku menyentuh bagian kepala power bank itu.

"Mika udah ga ada harga nya lagi di mata dunia. Mereka mempermainkan Mika, bang.."

"Besok Mika akan menikah. Menikah karena uang."

"Entah seperti apa nasib Mika setelah ini. Mika harap abang bisa dapat wanita yang lebih baik dari Mika."

Air mataku menetes kala membawa power bank itu ke dalam pelukanku. Kalian tidak tahu bagaimana aku menukar power bank itu dengan penantian. Di saat aku menawarkan barang untuk menukar power bank itu, dia malah menukarnya dengan menyuruhku menunggunya pulang.

"Maafin Mika, bang. Mika gagal nunggu abang,"

.

.

.

Be Continue...

Vote dan Komen jangan lupa, yaa..

See yaa

NIKAH UANG!Where stories live. Discover now