part 4

26.6K 335 18
                                    

"Jika kalian suka tolong tinggalkan jejak ya bambangku klik bintang di pojokan . Makasih bambangku love u"

🌷🌷🌷

Tepat di depan ruangan UGD seorang laki laki tengah mondar mandir menunggu dokter keluar.

Siapa lagi kalo bukan Mario yang beberapa saat yang lalu membawa Irene yang seperti akan mati.

Jika mengingat kejadian itu membuat Mario merasa bersalah. Dia hanya ingin memberi pelajaran pada Irene karna Mario tidak ingin dia terus seperti itu bisa bisa Mario benar benar lepas kendali.

Mario sangat mencemaskan wanita itu pasalnya walaupun berteman baru baru ini dengan Irene, ia sudah tau semua tentang keluarga Irene, tentang sipatnya. Mengingat keluarganya Irene. Mario merasa sangat prihatin.

Irene di tinggalkan ayahnya saat wanita itu masih di dalam kandungan ibunya, entah kemana ayahnya tersebut, ibunya yang depresi hampir saja membunuh bayi mungil yang lahirnya pun prematur, Irene di besarkan oleh neneknya, ibunya pun di urus oleh neneknya, sampai pada saat umur 14 tahun neneknya meninggalkan Irene dan ibunya, Irene yang baru menginjak 14 tahun harus mengurus ibunya dan menjadi tulangpunggung keluarga, Irene tidak pernah menanyakan ayahnya pada ibunya. Bertatapan mata dengan ibunya saja Irene tidak berani.

Setiapkali ibunya kambuh, setiapkali Irene turun tangan untuk menenangkan ibunya dia selalu menjadi sasaran emosi ibunya.

"PERGI BAJINGAN, PERGI KAMU. ANAK SIALAN. AKU TIDAK MENGINGINKANMU. MATI SAJA KAU. MATIIII. PERGIIII" teriakan ibunya Irene dibarengi dengan pukulan yang bertubi tubi pada tubuhnya Irene. Irene hanya menahan sambil memeluk beliau sampai dia merasa lelah sendiri.

Irene bekerja apapun asalkan menghasilkan uang untuk hidup mereka berdua, walau bagaimanapun Irene tetap menyayangi ibunya karna hanya dia keluarga yang Irene punya.

Sampai pada suatu hari, ketika Irene baru pulang sekolah tepatnya ketika Irene mengijak umur 17 tahun tepatnya satutahun yang lalu ibunya telah di temukan gantung diri di kamarnya.

Irene sangat terpukul kala itu. Irene menangis menjerit. Mario, Hanna, Bobbi, Septian, Zidan. Mencoba menenangkan namun sia sia tidak ada yang bisa menenangkannya.

🌷🌷🌷

Ceklek.....

Sesoorang yang sudah di tunggu akhirnya muncul juga siapa lagi kalo bukan dokter Indra yang menangani Irene.

"Dok gimana keadaan temen saya?." Seru Mario tiba tiba.

"Eeem .... bisa bicara dengan keluarganya?." Dokter bertanya dengan sangat tenang.

"Saya gak tau keluarganya, yang saya tau dia tinggal sama nenek dan ibunya dan dua duanya sudah meninggal, kalo ada apa apa saya yang tanggung jawab dok." Jawab Mario. Terlihat dokter tersebut mengangguk ngangguk.

"Oke kalo begitu, kita bicara di ruangan saya." Kata dokter.

🌷🌷🌷

"Gimana keadaan temen saya dok, dia gakpapakan? Tanya Mario langsung. Setelah tadi mengikuti dokter tersebut menuju ruangannya.

"Apa dia sering begadang? Atau melakukan sesuatu yang berat berat? Karna asmanya semakin parah. Apa dia tidak meminum obatnya?" Dokter bertanya.

"Hah asma? Saya malah baru tau dok kalo dia punya penyakit asma, iyah dia sering banget begadang" jawab Mario.

"Nemenin gue di kost an dok, ngegame, nobar film horor, mabok juga dok, jam 2 baru tidur kadang subuh baru tidur" lanjutnya dalam hati.

"Iya asma, sudah lumayan parah. Jangan terlalu banyak begadang, kecapean, syok, ngeroko sama minum alkohol. Karna itu semua bisa memicu asmanya kambuh dan memperparah keadaannya. Nanti saya kasih resepnya tolong di tebus ya." Kata dokter tersebut lalu langsung menuliskan resep obat yang harus Mario tebus .

Setelah merima resep dari dokter, Mario langsung menebusnya.

🌷🌷🌷

Di kamar ruma sakit yang Irene tempati

Sesoorang tengah duduk di samping bangkar. Ia memandangi seorang gadis yang tengah tertidur pulas . Siapa lagi kalo bukan Irene.

"Gimana keadaan Irene yo?" Septian bertanya.

"Dia gapapakan" ucap Zidan .

"Dasar anak itu sakit tidak pernah bilang " dumel Hanna.

"Gila sih dia " ucap Bobbi.

"Kita ini di anggap apa sama dia,ya ampun pusing gue. Mau marah tadinya eh udah liat orang nya, seakan emosi gue terbawa angin anjir" kata Hanna yang langsung menuju kursi yang ada Di kamar tersebut .

Itu suara Teman teman Irene yang baru saja datang. setelah beberapa saat lalu di kabari oleh Mario.

"Ok sekarang kalian udah tau kan kalo dia asma, ngertikan maksud gue" jelas mario.

Sangat jelas sekali maksud Mario agar teman temannya tidak keterlaluan mengajak Irene bermain. Boleh bermain tapi sewajarnya. Terkadang mereka itu bermain tanpa ingat waktu, tanpa kenal lelah, merusak tubuhnya sendiri, jam 3 pagi baru pulang, tau tau besoknya sakit karna kecapean. Mereka memang menggilakan.

"Yaaa .... liat aja nanti yang penting dia makan obatnyakan?" Jawab Hanna

"Si anjir mh gak sayang Irene tu" Zidan menimpali ucapan Hanna

"Eh si allex udah tau kondisi Irene? Apa gue telpon aja suruh kesini ya" Tiba tiba Bobbi bertanya

"Gak penting juga tu orang kesel gue sama dia socuek anjir, kembarannya si cabe juga sopedes abis gila" kata Hanna

"Tapi lu tergila gila tuh sama si cabe" jawab septian yang menggatai Allano si cabe karna mulutnya yang terkrnal pedas.

"Gue suka sama mukanya aja mirip opa soalnya unyu gitu" elaknya

Tiba tiba semua yang tengah ngumpul itu di kagetkan oleh suara sesoorang.

"BRISIK, GUE NGANTUK ANJIR PULANG AJA KALO MAU NGEGOSIP," teriak Irene dengan nada kesalnya karna tidurnya terganggu oleh suara suara aneh :v. Teriakannya seperti sesoorang baru bangun tidur tanpa beban anjir. :v

🌷🌷🌷

Jika ingin menyampaikan kritik, saran, masukan, atau pesan kalian😁. Pintu komentar terbuka lebar ya bams❤. Makasih

Jakarta, 11 Nov 2019

My Bad LifeWhere stories live. Discover now