A Blue Sunday

160 45 20
                                    

Hari minggu yang cerah Yura memilih untuk membawa Azka ke taman bermain di pusat kota bersama Vigo. Ia sedang pergi ke toilet saat berpapasan dengan orang yang beberapa waktu lalu ditemuinya di rumah sakit.

Merasa tak boleh menyia-nyiakan kesempatan, ia pun menghampiri.

"Tunggu!" panggilnya saat dua sosok tersebut akan beranjak dari tempatnya. Yang dipanggil pun menoleh.

Seketika air mata Yura meleleh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seketika air mata Yura meleleh. Membelah kedua pipi mulusnya tanpa aba-aba.

Brian...
Dia benar-benar Brianku...

"Ada apa, Nona?"

Napas Yura tercekat.

"Brian, apa kabar? Kau ke mana saja? Kami semua mencarimu. Kenapa tidak pulang? Dan apa maksudmu memanggilku Nona? Kau tidak ingat aku?" Yura memberondongi pria tersebut dengan berbagai pertanyaan.

Belum sempat lelaki itu menjawab, gadis cilik di sebelahnya menyela, "Tante ini siapa, Pi? Papi mengenalnya?"

Belum sempat lelaki itu menjawab, gadis cilik di sebelahnya menyela, "Tante ini siapa, Pi? Papi mengenalnya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Deg.

Saat itu juga rasanya sejuta beban menghantam kepala Yura. Berat sekali ketika mendengar anak perempuan itu memanggil Briannya dengan sebutan Papi.

"Aku istrimu. Kau lupa?" sahut Yura lirih.

Hatinya sakit. Bertahun-tahun ia menunggu kembalinya Brian. Selama itu pula ia percaya bahwa suaminya masih hidup disaat semua orang telah merelakan kepergiannya. Tetapi...

"Maaf. Bukankah Anda datang bersama suami serta putra kalian? Bagaimana bisa Anda berkata bahwa saya adalah suami Anda?" Pria itu akhirnya bersuara.

Yura mencelos. "Ah, iya. Bahkan kau pergi saat Azka masih dalam kandunganku. Tentu kau tidak mengenalinya."

Air mata Yura jatuh semakin deras tanpa bisa ditahan lagi. Ia tidak menyangka bahwa harapan serta penantiannya akan berakhir sia-sia. Entah mengapa Tuhan membiarkan hatinya patah untuk yang ke sekian kali. Menyesal telah menghabiskan waktunya untuk bersedih.

Yura menghapus sisa air matanya. Kedua tangannya terkepal kuat lalu berkata, "Vigo bukanlah suamiku. Tapi aku bisa mempertimbangkannya kembali jika memang suamiku telah meninggal. Maaf sudah salah mengenali Anda, Tuan."

Dan Yura pun berbalik. Meninggalkan tatapan sendu dari dua orang yang baru saja ditemuinya.

🐣🐣🐣

Aish, baru aja senyumnya Yura mulai merekah kan ya, kok udah sakit hati lagi sih? ㅜ.ㅜ

RAWS Festival 2019 : They Never KnowWhere stories live. Discover now