Dua - Ayla

74 1 0
                                    

"Aduh, yah tumpah semua deh," runtuk gadis berkuncir ekor kuda sambil melihat daun daun tehnya berserakan di tanah yang masih basah akibat terkena embun malam tadi.

"Makanya jadi cewe jangan sok kuat, pake bawa bawa barang berat gitu. Tumpah kan jadinya," ledek Joshua yang sedari tadi asik memperhatikan tingkah gadis itu dari kejauhan. "Sini aku bantu,"

Mata si gadis membulat. Tidak terima diledek seperti itu. Bukannya terlihat galak, malah makin menambah manis wajahnya. Tanpa sadar Joshua terpesona melihatnya.

"Maaf ya, bukannya saya ngga mau dibantu. Tapi saya bisa bawa sendiri kok," Ujar si gadis gelagapan melihat tatapan Joshua. Dengan tergesa, ia segera mengumpulkan daun-daun teh muda yang berserakan dan memasukannya ke keranjang.

Joshua yang tersadar, langsung berjongkok membantu mengumpulkan daun daun teh itu. Kemudian mengangkat keranjangnya.

"Ayo aku antar,"

Gadis kuncir ekor kuda tak menolak. Ia berjalan di belakang dalam diam, mengikuti langkah kaki Joshua. Meski kepalanya menunduk, namun terlihat jelas bahwa ia sedang tersenyum.

"Kamu udah lama kerja di sini?" Joshua membuka obrolan.

"Lumayan lama, sekitar delapan atau sembilan tahunan kang,"

"Berarti dari kamu kecil?"

"Nggak juga. Palingan dari saya umur 12 tahun. Sebelumnya saya bukan bekerja di sini,"

"Di mana?"

"Sebelumnya saya ikut orang tua saya, bekerja di kebun teh sebelah itu," ujar si gadis sambil menunjuk kebun teh yang luas milik Pak Purba.

"Kebun Pak Purba?"

"Iya Kang. Dulu saya tinggal di sana,"

"Trus kenapa pindah ke sini?"

"Saya nggak betah tinggal di sana, soalnya ada Kang Arman. Saya takut," gadis itu bergidik ngeri.

"Kang Arman itu siapa?"

"Dia mandor di sana kang. Dia suka banget godain perempuan-perempuan, termasuk saya. Awalnya saya teh biasa saja, eh lama-lama dia makin berani,"

"Maksudnya?"

"Dia mau perkosa saya kang," jawaban si Gadis bagai petir di telinga Joshua. Dirinya sama sekali tidak menyangka jika ada orang sejahat itu di lingkungan perkebunan milik Om Purba.

"Kang kita sudah sampai, tolong keranjang tehnya diturunkan, mau ditimbang," ucapan gadis di depannya langsung membuyarkan pikiran Joshua. Dengan cepat ia menyerahkan keranjang teh dari tangannya ke akang Pengepul untuk ditimbang.

Rrtttt...rrtttt

Buru-buru Joshua mengambil ponsel yang bergetar di saku celananya. Tertulis nama 'Rea' di layar telepon pintar itu. Joshua tersenyum. Teringat dirinya belum menghubungi kekasihnya tersebut sejak ia tiba di villa. Ia angkat telponnya seraya berjalan meninggalkan tempat pengepul teh.

"Assalamualaikum, Sayang,"

"Waalaikumsalam. Tumben panggil sayang, biar aku ga sebel?" gerutu Rea di ujung telpon.

Joshua berusaha menahan tawanya, hingga membuat wajahnya terlihat semakin tampan. "Ah enggak juga, kan aku memang sayang sama kamu Re," sahut Joshua ngegombal. "Gimana kabar kamu? Ujiannya lancar?" lanjutnya mengalihkan pembicaraan.

"Ya Alhamdulillah lancar, cuma masih harus nunggu hasilnya minggu depan Josh. Kamu sendiri gimana? Sudah dapat bahan skripsinya? Jangan lama-lama di sana, aku kangen."

"In shaa Allah ga lama kok. Palingan satu dua bulan udah selesai. Kamu kalau kangen kan bisa ke sini,"

"Iya juga sih, nanti kamu jemput aku ya kalau aku mau main ke sana,"

Bukannya menjawab Rea, perhatian Joshua justru tertarik pada laki laki dan wanita yang ada di jalan setapak di tengah kebun teh. Agak jauh dari tempatnya berdiri. Si laki laki terlihat sedang menggoda si wanita. Joshua kenal wanita itu. Tanpa ba bi bu ia langsung mematikan sambungan telpon Rea dan lari ke arah jalan setapak.

"Wah.. wah ada apa ini? seru banget," ujarnya seraya tersenyum.

Si lelaki nampak geram, "Nggak usah ikut campur kamu, pergi! Ini bukan urusan kamu," bentaknya seraya melepaskan tangan si wanita yang tidak lain adalah Gadis Ekor Kuda.

Setelah tangannya bebas, Gadis Ekor Kuda langsung bersembunyi di punggung Joshua. Sesekali dia memberanikan diri mengintip, tapi kembali bersembunyi kala tau si lelaki menatapnya tajam.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Josh ke Gadis Ekor Kuda

"Iya saya baik-baik saja, Kang." Gadis Ekor Kuda lalu menarik lengan Josh, ia berbisik, "Kang, itu dia yang namanya Kang Arman,"

Josh tersenyum lembut, "Kamu ga usah takut, ada aku." Ia mengalihkan pandangannya ke Kang Arman yang masih saja menatapnya tak suka.

"Kang Arman, mending Akang balik aja ke rumah. Ga usahlah ganggu ganggu perempuan di sini. Inget dosa kang," gurau Joshua mencairkan suasana.

"Kamu orang pendatang tau apa? Saya nggak kenal siapa kamu, baru datang sudah ngatur saya. Berani sekali kamu!" hardik Kang Arman.

"Oia perkenalkan Kang, saya Joshua. Saya anak temannya Om Prabu. Akang kenal Om Prabu kan? Jadi kalau Akang macam-macam di sini saya bisa bilang ke Om Prabu untuk pecat Akang. Mau?" ancam Joshua. Bukan tak mau berkelahi, ia malah berpikir ingin manfaatkan kejadian ini untuk bahan kajian skripsinya. Hmm.. mahasiswa yang kreatif.

Sambil terus meruntuk jak jelas, Kang Arman pergi meninggalkan mereka berdua. Lagi-lagi Joshua tersenyum. Ciptaan Allah yang sungguh sempurna, batin Gadis Ekor Kuda. "Astagfirullah," ucap si Gadis sambil menunduk.

"Kenapa? Kamu baik-baik aja kan? Ada yang sakit?" Ujar Joshua sedikit khawatir.

"Enggak Kang, saya baik-baik aja. Nggak ada yang sakit kok," jawabnya malu-malu.

Joshua tersenyum. Masih menunduk si Gadis berucap," Kang boleh ga kalau Akang ga usah senyum. Biasa aja kang, jangan cemberut juga,"

"Memangnya kenapa kalau saya senyum?"

"Ga apa-apa Kang, ya sudah kalau Akang mau tersenyum silahkan. Saya permisi dulu Kang," Masih menunduk, si Gadis melangkah dengan cepat menuju ke rumahnya. Ia salah tingkah.

"Hey saya belum tau nama kamu," teriak Joshua

Si Gadis membalikkan badan menatap Joshua, "Saya Ayla Kang,"

"Ayla, nama yang cantik," gumam Joshua.

***

TBC

Hayy hayy vomment nya aku tunggu yaa. 

Sengaja bikin partnya pendek-pendek

Supaya readers ga lelah bacanya

Jadi kaya camilan ringan, ya ga sih?

Gadis Pemetik TehHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin